Oleh : Rita Handayani (Muslimah Pemerhati Umat)
Tahun baru membawa perubahan baru bagi team kabinet penguasa negara. Reshuffle akhirnya tak terhindari demi harapan baru, setelah kekecewaan dan kemarahan pimpinan negara meluap di ruang rapat kabinet pada tahun 2020 lalu.
Reshuffle dilakukan karena ketidakpuasan penguasa terhadap kinerja kerja kabinetnya. Ada juga menteri yang kena marah oleh bapak presiden. Sehingga jauh-jauh hari isu reshuffle sudah menggema seantero negeri. (Detik.news, 18/06/2020)
Ada kesan lucu, jika dirunut dari awal kepemimpinan rezim saat ini. Presiden menyatakan dalam pelantikan para menteri, bahwa "tidak ada ada visi misi menteri, yang ada hanya visi misi presiden dan wakil presiden." Bahkan dengan tegas orang no satu di Indonesia ini menganalogikan dengan istilah "Seringkali kita kaya dalam perencanaan dan miskin dalam implementasi atau eksekusi." (Setkab.go.id, 14/11/2019)
Jadi siapa yang patut lebih dipersalahkan? Jika para pekerja negara tidak diberikan arah tujuan dan capaian kerja serta langkah-langkah capaian yang tidak bisa lepas, yang terangkum dalam visi dan misi, mengakibatkan hasil yang mengecewakan. Ini membuktikan ketidakmampuan pemimpin mengeksekusi.
Akhirnya, tak bisa dielakkan reshuffle di penghujung 2020 pun sukses menggoyang publik terutama "politikus milenial" yang mendadak melek politik. Mungkin karena pecahnya ingatan mereka sehingga memori masa pemilihan presiden dari kubu 01 dan kubu 02 kembali bernostalgia.
Dimana banyaknya korban berjatuhan demi membela kubu masing-masing, selain 894 petugas KPPS yang meregang nyawa, 6 orang dari rakyat jelatapun tak terselamatkan. Belum lagi para emak milenial berdaster kala mengungkapkan isi hati dan kekecewaannya, dibui dengan sadis. Malah, rival yang gontok-gontokan diawal pemilu dibela masing-masing kubu kini bersatu.
Statement awal yang katanya tetap diposisi oposisi alias menjadi penentang, berbelok arah merajut hubungan mesra di kursi kekuasaan. Sampai-sampai quote drakor start-up jadi viral “jika tak bisa mengalahkan musuhmu, jadilah pasukannya.”
Para pengamat politik juga banyak yang menganalisa bahwa reshuffle ini adalah bentuk balas budi rezim penguasa kepada para penyokong kekuasaan. Buktinya seperti, menteri kesehatan yang berlatarbelakang perbankan. Jadi reshuffle tidak dipilih berdasarkan kemampuan, Bukankah ini sangat membahayakan kelangsungan hidup seluruh warga Indonesia.
Bahkan menurut politikus, Amien Rais fragmen marah-marahnya presiden pada pegawainya adalah drama politik belaka. Agar rakyat percaya bahwa yang tidak cakap bekerja itu bawahannya, sedangkan presiden bagus sekali kapabilitas kerjanya. (kompas.tv 03/07/2020)
Akan tetapi, ternyata adegan marah-marahnya rezim sebenarnya menjadi blunder politik bagi rezim sendiri. Karena hakekatnya hasil kerja para menteri kabinet adalah tanggung jawab presiden dan merupakan buah dari sukses atau gagal keleadershipannya. Kegagalan para menteri dalam menjalankan tugas bentuk dari ketidakmampuan rezim dalam mengurus negara.
Sehingga banyak kalangan yang menilai demokrasi memang sukses. Sukses dalam pembagian kursi kekuasaan kepada para penyokong kekuasaan. Tapi gagal memberikan kesejahteraan dan keadilan bagi rakyat. Masihkah demokrasi bisa kita harapkan?
Bagi muslim sejati harus kembali berpikir, masihkah cinta mati dengan demokrasi? padahal disisi lain Allah Swt telah memberikan kita sistem kehidupan yang lebih baik dan sempurna, masa kita tidak yakin dengan aturan yang Allah Swt tetapkan.
Islam punya sistem pengganti terbaik. Untuk menggantikan demokrasi, Sistem Islam mampu memberikan kesejahteraan dan keadilan bagi umat manusia di dunia.
Bahkan keadilan dan kesejahteraan itu tidak hanya dirasakan dan diakui oleh kaum muslim saja. Penulis Barat, Will Durantpun dengan jelas menggambarkan dalam tulisannya:
“Para Khalifah telah memberikan keamanan kepada manusia hingga batas yang luar biasa besarnya bagi kehidupan dan usaha keras mereka. Para Khalifah itu juga telah menyediakan berbagai peluang bagi siapapun yang memerlukannya dan memberikan kesejahteraan selama berabad-abad dalam keluasan wilayah yang belum pernah tercatat lagi fenomena seperti itu setelah masa mereka. Kegigihan dan kerja keras mereka menjadikan pendidikan menyebar luas sehingga berbagai ilmu, sastra, falsafah dan seni mengalami kejayaan luar biasa; yang menjadikan Asia Barat sebagai bagian dunia yang paling maju peradabannya selama lima abad.” (Will Durant – The Story of Civilization).
“Agama Islam telah menguasai hati ratusan bangsa di negeri-negeri yang terbentang mulai dari Cina, Indonesia, India hingga Persia, Syam, Jazirah Arab, Mesir bahkan hingga Maroko dan Spanyol. Islam pun telah memiliki cita-cita mereka, menguasai akhlaknya, membentuk kehidupannya, dan membangkitkan harapan di tengah-tengah mereka, yang meringankan urusan kehidupan maupun kesusahan mereka. Islam telah mewujudkan kejayaan dan kemuliaan bagi mereka, sehingga jumlah orang yang memeluknya dan berpegang teguh padanya pada saat ini [1926] sekitar 350 juta jiwa. Agama Islam telah menyatukan mereka dan melunakkan hatinya walaupun ada perbedaan pendapat maupun latar belakang politik di antara mereka.” (Will Durant – The Story of Civilization).
Dalam sistem Islam akan mengangkat langsung pembantu-pembantu pemimpin negara yang disebut mu'awin tafwidh dan mu'awin tanfidh (kalau dalam demokrasi menteri kabinet, yang sekarang direshuffle/dirombak) dengan kualifikasi berkompeten dan profesional dalam bidangnya. Bukan karena bagi-bagi jatah kursi, sebagai aksi balas budi. Sehingga sosok yang berlatarbelakang perbankan didudukkan menjadi menteri kesehatan.
Dalam Islam tidak ada istilah partai penguasa dan partai oposisi (penentang) meski kepala negara dan sejumlah pejabatnya berasal dari partai tertentu namun setelah menjadi pejabat publik maka sudah tidak ada hubungan sebagai bagian dari partai. Sebagai pejabat publik kepala negara dan jajarannya akan mengambil jarak yang sama antara ke rakyat dan partai.
Dengan cara ini, Negara akan steril dari kepentingan politik partai pengusung penguasa, dan oligarki kekuasaan.
Demikianlah bedanya Islam dengan demokrasi. Dalam Islam negara akan hadir untuk melayani urusan rakyat, mengatur urusan umat manusia tidak hanya muslim tapi juga non muslim, dengan menerapkan syariat Islam secara menyeluruh. Baik urusan di dalam negeri maupun luar negeri.
Maka mengganti para pengemudi saja (reshuffle) tidak cukup. Jika, memang yang bermasalah adalah mesin kendaraannya. Untuk itu mengganti mesin adalah keharusan. Demikian juga mengganti mesin negara dari ideologi demokrasi menjadi ideologi Islam adalah suatu kewajiban, yang tidak bisa ditawar lagi. Agar tujuan didirikannya negara bisa terwujud.
Siapa saja yang hidup di dalam negeri yang berasas Islam akan mendapatkan kebaikan. Juga Kebaikan ini tidak hanya dirasakan oleh umat manusia tapi seluruh makhluk hidup hingga keledai dan binatang melatapun akan merasakan kebaikannya. Inilah wujud Islam sebagai rahmatan lil alamiin, rahmat bagi seluruh alam.
Allah Swt, berfirman :
“Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh manusia” (QS. Al Anbiya: 107)
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri tersebut beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (Qs. Al-A'raf: 96).
Wallahu a'lam bishshawab.
Post a Comment