Definition List

Menguak Fakta Sejarah Islam di Nusantara



Oleh: Atik Sukarti (Pegiat Dakwah Literasi)


Film premier JKdN II yang akan diluncurkan Rabu, 20 Oktober 2021 tengah menjadi perbincangan publik. Film yang digawangi oleh pakar sejarawan muda Nicko Pandawa ini mendapat antusiasme yang luar biasa dari masyarakat.

Dalam tayangan You Tube Khilafah Channel Reborn, Nicko Pandawa menuturkan jika film JKdN II ini merupakan kelanjutan dari film JKdN I yang tayang  20 Agustus 2020 tahun lalu. Jalan cerita yang dibuat dalam JKdN II berbeda dengan jalan cerita JKdN I. Aktor-aktor dan para sejarawan yang akan ditampilkan pun berbeda. Bukti-bukti sejarah tentang baiat Sultan-Sultan Nusantara terhadap Khilafah Turki Utsmani akan ditampilkan secara konkret (Kanal YouTube Khilafah Channel 14/10/2021).


Nur Fajaruddin sebagai penulis naskah JKdN juga menyampaikan bahwa dalam pembuatan film JKdN II ini akan lebih terasa degup Islam dan perjuangan kaum muslimin di Nusantara. Bagaimana masyarakat menjaga dan menyimpan spirit perjuangan dalam beragam bentuk. 


Film dokumenter ini bukanlah film biasa. Film ini menguak fakta sejarah yang terkaburkan dan terkuburkan. Menyajikan fakta adanya keterkaitan antara Nusantara dengan Kekhilafahan Turki Utsmani. Beberapa bukti sejarah menunjukkan jika hubungan antara Nusantara dengan Khilafah Turki Utsmani begitu erat. Bukan sekedar hubungan bilateral kedua negara yang membicarakan tentang perdagangan saja, melainkan lebih dari itu. Terdapat kesamaan pemahaman fikih serta keterikatan emosional sebagai umat yang terintegrasi dalam sebuah Daulah Khilafah. Hal ini terlihat dari ditemukannya beberapa makam Bani Abbasiyah di Lokseumawe yang disinyalir sebagai pejabat Kesultanan di Samudera Pasai.


Menolak lupa, saat penayangan JKdN I (20/08/2020) selain mendapatkan antusiasme positif, film ini juga sempat menuai kontroversi. Timbul kepanikan-kepanikan rezim akan terkuaknya fakta sejarah yang benar hingga penayangan perdana sempat di-banned oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.

Terlepas dari pro dan kontra tersebut, film JKdN I semakin menyedot perhatian publik, baik dari kalangan sejarawan, ulama, dan lapisan masyarakat biasa. Untuk selanjutnya diluncurkanlah film JKdN II yang diharapkan semakin membuka mata khalayak tentang sebuah peradaban gemilang di masa lalu. Bagaimana sebenarnya kejayaan masa lampau itu ada karena loyalitas para penguasa Nusantara terhadap Khalifah Utsmani, bukan karena kedigdayaan Majapahit dan Sriwijaya seperti anggapan para nasionalis.

Namun karena secara faktual Nusantara pernah dijajah oleh Barat, kebenaran sejarah itu dibelokkan untuk kepentingan penjajah pada saat itu. Sejumlah data dimanipulasi sedemikian rupa hingga bukti keterikatan Nusantara dengan Khilafah dikaburkan dan dikuburkan. Sejarah kejayaan Khilafah tidak dituliskan dalam kurikulum pendidikan. Yang tersaji hanyalah kurikulum yang terdidik oleh nasionalisme Barat.


Dalam film JKdN II ini, Nicko Pandawa mengetengahkan intelektualitas seorang muslim yang menuliskan sejarah Islam berdasarkan pemikiran, akidah, dan tsaqofah Islam yang benar. Bukan hanya berbekal data-data sejarah secara mentah, melainkan dengan menelusuri sejarah secara komprehensif. Sehingga dihasilkan sebuah tontonan spektakuler yang mengisahkan hubungan khilafah dengan Nusantara.


Oleh karena itu penting bagi umat Islam untuk mempelajari sejarah berdasarkan pemikiran dan tsaqofah Islam yang benar agar kita tidak terlena dengan sejarah yang menyesatkan. Dengan mengetahui kebenaran fakta yang terkubur, maka diharapkan umat Islam dapat mengetahui identitasnya serta meningkatkan kesadaran ruh jama'i dan konektivitas antar umat Islam di berbagai belahan dunia. 


Selanjutnya dengan berbekal ruh jama'i tersebut umat Islam akan bersatu padu dalam keimanan yang satu yang berlandaskan pada ketakwaan kepada Sang Khaliq. Bersama-sama menyadari tentang pentingnya penerapan hukum Allah secara menyeluruh. Dengan kata lain wajib bagi umat untuk mengusung berdirinya Daulah Islam, karena tanpa adanya Daulah, hukum syara mustahil dapat diterapkan secara keseluruhan. 


Wallahua'lam bishshawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post