Oleh : Lia Haryati, S.Pd.I. (Pemerhati Remaja, dan Pendidik Umat)
Teringat sebuah pribahasa "Kasih sayang ibu sepanjang masa, kasih sayang anak sepanjang galah". Artinya kasih sayang ibu tidak akan ada ujung dan akhir untuk anak-anak mereka, tapi jauh berbeda dengan kasih sayang anak, ia memiliki batasan cinta. Seperti kasus yang dialami Bu Trimah (69) tahun, dimana ketiga orang anak mereka, tega menyerahkan pengasuhan orang tua atau ibunya kepada Griya Lansia Husnul Khatimah.
Beberapa hari lalu media sosial digemparkan dengan surat pernyataan tersebut, bahwa ketiganya sepakat untuk menyerahkan dan menitipkan ibu mereka. Bahkan lebih miris lagi mereka menyerahkan sepenuhnya kepada yayasan apabila ibu mereka meninggal dunia, mulai dari pengurusan sampai proses pemakaman telah diserahkan kepada Griya Lansia. Ketiga orang anak ibu Trimah beralasan tidak mampu merawat karena ketiganya memiliki kesibukan sendiri-sendiri.(ccnindonesia.com, 01 November 2021)
Jelas berita ini menjadi trending topik di medsos. Wajar kalau berita ini menjadi masalah besar, tak sedikit yang simpati kepada ibu Trimah bahkan mengecam perbuatan anak-anaknya.
Tak lama berselang, salah seorang anak ibu Trimah memberikan klarifikasi bahwa ia dan kedua saudaranya bukan membuang ibu mereka. Melainkan ada ketidak cocokan dan sering bertengkar. Ia sendiri mengaku tidak bisa merawat ibu Trimah karena suaminya sudah sakit hati dengan ibunya. Apabila sang istri kekeuh ingin merawat ibu mereka, tak segan suami akan pergi membawa anak-anak mereka. Hal serupa dilontarkan oleh kedua adiknya ada ketidak cocokan dan sering bertengkar. Maka jalan tengahnya menitipkan ibu mereka ke Griya Lansia Husnul Khatimah. (Tribunnews.co, 02 November 2021)
Penyebab Muncul Masalah
Tak sedikit media sosial, memberitakan perlakuan buruk anak terhadap orang tua mereka. Bahkan hal ini sering terjadi. Kasus ibu di Malang, yang dilaporkan anak kandungnya sendiri ke polisi karena perkara warisan sampai saat ini belum terlihat titik terangnya. Kasus lainnya di Jepara, Jawa Tengah, dimana MF yang sedang asyik menonton televisis. Lalu korban (ibunya) datang dan menegur korban agar tak hanya bermalas-malasan. Tanpa rasa iba ia tega membunuh ibunya dengan alasan sakit hati lantaran ditegur.
Ini sedikit gambaran buruk perlakuan anak kepada ibu mereka. Jika ditelisik masih banyak lagi kasus serupa, yang seharusnya dijadikan pelajaran bagi yang lain.
Lalu kenapa hal seperti ini bisa terus bermunculan? Hal tersebut diduga kuat bahwa perlakuan buruk anak terhadap orang tua, penyebabnya adalah penerapan sistem kapitalis-sekuler. Azaz manfaat dijadikan sebagai tolat ukur dalam perbuatan. Bahkan dalam sistem ini, kebebasan yang berujung kebablasan dijunjung tinggi, tanpa mengenal halal dan haram, baik atau buruk. Mulai dari kebebasan dalam beragama, mengajukan pendapat, dalam hal kepemilikan, dalam sikap maupun dalam ucapan. Mereka bebas melakukan segala hal sesuai yang dikehendaki selama tidak mengganggu orang lain. Alhasil, munculah pemikiran dan pola sikap yang tidak sesuai dengan ketentuan Islam.
Kebebasan dijadikan dasar dalam melakukan perbuatan. Lahirlah generasi yang jauh dari pemahaman Islam kaffah. Bahkan semakin jauh, Islam saat ini hanya dipahami sebatas ibadah ritual semata, sehingga kehilangan arah sebagai petunjuk antara kebaikan dan keburukan. Baik itu halal ataupun haram tak mampu dibedakan, alhasil berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari. Baik dilingkungan pribadi, keluarga maupun lingkungan masyarakat atau bernegara.
Sedikitnya pemahaman Islam, membuat sebagian masyarakat sulit dalam mengambil keputusan, bahkan menyerah pada keadaan. Tak sedikit mereka yang menyimpang pada kemaksiatan dan kesesatan hanya karena mencari jalan pintas dalam segala urusan mereka.
Begitu parah kerusakan di tengah-tengah masyarakat. Mereka lebih mengedepankan keegoisan, tidak lagi dapat berpikir dengan akal sehat. Bahkan aturan agama yang begitu sempurna, diabaikan begitu saja.
Kemuliaan Aturan Allah
Sistem Islam berbeda 360° dengan sistem Kapitalis-sekuler yang rusak dan merusak sendi-sendi kehidupan. Sistem Islam adalah seperangkat aturan dari Allah SWT, dibuat untuk kebaikan dan memuliakan manusia. Allah ciptakan gharizatun nau' (naluri seksualitas) untuk melahirkan rasa kasih sayang diantara manusia, atas dasar iman. Begitu jelas Islam menjabarkan peran setiap makhluk Nya. Baik ia sebagai wanita, laki-laki, atau sebagai ibu, ayah atau anak memiliki peran yang sudah Allah tetapkan. Termasuk adab kepada keluarga, sehingga lahirlah keluarga bahagia dunia akhirat.
Dalam Islam, seorang anak diwajibkan untuk berbakti kepada kedua orang tua. Menyayangi, mencintai, serta merawatnya jika keduanya sudah dalam kondisi lansia dan tak sanggup merawat diri. Sebagaimana firman Allah SWT;
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعۡبُدُوۤا۟ إِلَّاۤ إِیَّاهُ وَبِٱلۡوَ ٰلِدَیۡنِ إِحۡسَـٰنًاۚ إِمَّا یَبۡلُغَنَّ عِندَكَ ٱلۡكِبَرَ أَحَدُهُمَاۤ أَوۡ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَاۤ أُفࣲّ وَلَا تَنۡهَرۡهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوۡلࣰا كَرِیمࣰا
Artinya : "Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. (Qs. Al-Isra : 23)
Dan firman Allah lainnya;
وَوَصَّیۡنَا ٱلۡإِنسَـٰنَ بِوَ ٰلِدَیۡهِ حَمَلَتۡهُ أُمُّهُۥ وَهۡنًا عَلَىٰ وَهۡنࣲ وَفِصَـٰلُهُۥ فِی عَامَیۡنِ أَنِ ٱشۡكُرۡ لِی وَلِوَ ٰلِدَیۡكَ إِلَیَّ ٱلۡمَصِیرُ
Artinya : "Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu. (Qs. Al-Luqman : 14)
Belajarlah dari sahabat Rasulullah SAW, Uwais al-Qarni. Ia adalah pemuda shalih dan berbakti kepada ibunya yang sudah sepuh dan lumpuh. Ia merawat dan memenuhi segala kebutuhan ibunya. Bahkan saat pergi berhaji bersama ibunya, yang terucap dari lisannya adalah doa untuk ibunya. Ia mendoakan agar dosa-dosa ibunya diampuni. Baginya ridho ibu adalah segalanya.
Pernah suatu ketika, Uwais al-Qarni ingin menyampaikan kerinduannya kepada Nabi Muhammad SAW. Ia utarakan dengan penuh kehati-hatian kepada ibunya. Sampai ibunya mengizinkan, barulah ia berangkat ke Madinah demi menemui Nabi SAW yang dirindukannya. Sayangnya, kala itu Rosullullah SAW sedang berada di Medan jihad. Ia tak berani berlama-lama di Madinah sebab khawatir pada ibu yang ditinggalkannya.
Meski tak sempat berjumpa dengan Rasulullah, namun rasul mengenal baik siapa Uwais al-Qarni. Pemuda yang namanya terkenal di langit sebab baktinya yang luar biasa terhadap orang tua. Dalam sebuah hadits, Rasulullah berpesan kepada para sahabat.
"Suatu ketika, apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istigfarnya. Dia adalah penduduk langit, bukan penduduk bumi." (HR. Ahmad).
Saat Islam memimpin dunia, standar bagi perbuatan bukan lagi dunia melainkan akhirat. Sebagaimana yang dilakukan sahabat Rosullullah SAW, Uwais al-Qarni kepada ibunya. Begitu perhatian dan berbakti kepada ibunya. Merawat, memberikan kasih sayang dan memenuhi segala kebutuhan ibunya, hingga tak berpikir lelah dan sesal dalam hidupnya. Bahkan jarak yang begitu jauh, dari Yaman menuju Mekah tak jadi kendala untuk memenuhi cita-cita sang ibu melakukan ibadah haji. Ia gendong ibunya yang lumpuh.
Lihatlah saat ini, bagaimana perlakuan anak pada orang tua, terlebih ibu mereka. Masih banyak yang tega menitipkan dan menyerahkan pengurusannya kepada pihak panti jompo. Atau tega menganiaya seorang ibu atas dasar sakit hati. Inilah dua contoh sikap yang kontradiktif dengan sikap Uwais al-Qarni. Uwais hidup ketika Islam diterapkan secara sempurna oleh Daulah, sedangkan anak-anak ibu Trimah atau pemuda asal Jepara Jawa Tengah, hidup di masa sistem Kapitalisme-sekuler diterapkan dan Islam di abaikan. Oleh sebab itu sudah saatnya kita buang sistem kufur, sistem cacat buatan manusia dan kembali pada sistem mulia, sistem yang akan membawa umat pada kehidupan yang berkah dan mulia.
Wallahu a'alam bishawab
Alhamdulillah semoga menjadi wasilah para anak untuk menyayangi dan mencintai orang tua mereka aamiin ya rabbal'alamiin 🤲🏻
ReplyDeletePost a Comment