Oleh: Eti Setyawati
(Pegiat Literasi dan Member AMK)
Baru saja masyarakat merasa lega dengan melandainya kasus Covid-19. Tak merasa khawatir lagi menjalankan aktivitas harian. Rumah Sakit pun terlihat tampak lebih lenggang dibanding ketika puncak merebaknya covid bulan Juli 2021. Siapa sangka muncul varian baru yang lebih cepat penularan. Varian terbaru ini bernama Omicron.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mencatat, per 14/01/2022 pasien Corona varian baru mencapai 572 kasus. Penambahan kasus mencapai 66 kasus per hari, di mana 33 kasus berasal dari perjalanan luar negeri dan sisanya transmisi lokal. (detikhealth, 14/1/2022).
Menilik saran Trubus Rahadiansyah, Pengamat Kebijakan Publik Universitas Trisakti, usaha yang harus dilakukan untuk menangani penyebaran Omicron adalah dengan menutup rapat pintu penyebaran virus secara total. Maka perlu memberhentikan pelaku perjalanan dalam dan luar negeri.
Mestinya pemerintah belajar dari pengalaman sebelumnya tak perlu menunggu masyarakat terjangkit virus baru lockdown wilayah. Atau tak hanya sekadar memaksimalkan vaksinasi ketiga, apalagi bila yang mendapatkan hanya beberapa warga tertentu saja, bukan semua masyarakat.
Tentu sebuah pilihan yang sulit. Bagaimana tidak, pertumbuhan ekonomi negeri ini baru saja beranjak naik. Bila menengok ke belakang bahkan penyebab covid-19 masuk Indonesia karena orientasi pemegang kebijakan masih sebatas kepentingan ekonomi.
Kian merebaknya Omicron adalah bukti kegagalan Kapitalisme dalam menyelesaikan permasalahan wabah ini. Membiarkan masyarakat melakukan aktivitas harian hanya dengan himbauan protokol kesehatan. Dengan kondisi seperti ini tak menutup kemungkinan munculnya gelombang baru pandemi yang terus menghantui dunia.
Dibutuhkan sistem alternatif yang lebih bijak hingga bisa memberi solusi menyelesaikan masalah pandemi melalui dua pendekatan yaitu:
1. Menjamin terpeliharanya kehidupan yang normal di luar area wabah.
2. Memutus rantai penularan secara efektif sehingga setiap orang tercegah dari terjangkit bahaya infeksi yang menyebabkan kematian.
Adapun hal-hal yang perlu dilakukan adalah
1. Mengunci areal wabah (lockdown).
Seperti sabda Rasulullah: "Apabila kalian mendengar ada wabah di suatu tempat maka janganlah memasuki areal tersebut dan apabila terjadi wabah sedang kamu berada di tempat itu maka jangan keluar darinya." (HR. Imam Muslim).
2. Mengisolasi orang yang terjangkit.
Rasulullah saw menegaskan: "Sekali-kali janganlah orang yang berpenyakit menular mendekati yang sehat." (HR. Imam Bukhari).
3. Bagi orang yang terinfeksi dilakukan pengobatan hingga sembuh tanpa biaya. Seperti sabda Rasulullah: "Semua penyakit ada obatnya. Apabila sesuai antara obat dan penyakitnya, maka (penyakit) akan sembuh dengan izin Allah Swt." (HR. Muslim).
4. Negara akan membiayai berbagai penelitian guna menemukan obat penyembuh, vaksin untuk pencegahan ataupun upaya mitigasi untuk menangani pandemi.
Pelaksanaan keempat prinsip tersebut akan memungkinkan menutup penyebaran virus. Namun upaya ini hanya bisa terlaksana dengan sistem yang didukung oleh sistem kesehatan Islam dimana seluruh elemen melaksanakan aturan Islam secara kafah. Pemimpinnya amanah dalam mengurusi rakyatnya. Demikian pula rakyat tunduk pada arahan pemimpinnya dengan penuh keikhlasan. Semata-mata karena sebuah kesadaran bahwa semua bersumber dari aturan Allah yang tertuang dalam Al-Qur'an dan hadis hingga tiada keraguan sedikit pun di dalamnya.
Waallahua'lam bishshawab
Post a Comment