Oleh : Hayana |
India sebagai negara demokrasi terbesar kerap melakukan diskriminatif terhadap warga minoritas. Kelompok ekstrimis Hindu di India menyerukan genosida terhadap umat Islam di negara tersebut. Tidak ada aksi nyata selain retorika dari pemerintah negeri-negeri kaum muslim untuk menghentikan rencana kelompok ekstrimis Hindu itu. Hal itu membuka wajah buruk demokrasi, karena India yang sejatinya adalah negeri demokrasi terbesar tapi sering melakukan diskriminasi terhadap warganya yang minoritas. Lahir dari islamofobia yang melahirkan kebencian yang teramat sangat terhadap kaum muslim, muslim India kerap mengalami ketidakadilan yang akhirnya merampas hak dan menjadi kesengsaraan bagi mereka.
Kebencian Terhadap Kaum Minoritas
Beredar video tentang konfrensi Partai Politik Mahasabha di India pada Desember 2021. Pembicara dalam video itu, menyeru pada jemaahnya untuk melakukan genosida kepada umat muslim. "Jika 100 dari kita menjadi tentara dan siap untuk membunuh dua juta muslim. Maka kita akan menang melindungi India dan menjadikan negara Hindu," ucap anggota senior sayap kanan Hindu, Partai Politik Mahasabha. (cnn Internasional, 15/1/2022)
Walaupun pemerintah India dinilai kurang merespon hal tersebut, akhirnya setelah mendapat banyak kecaman dari warga India sendiri dan masyarakat Internasional terkait video tersebut, seorang pembicara pada acara tersebut ditangkap, walaupun tidak langsung didakwa (cnn Indonesia, 16/1/2022)
Konflik agama sering terjadi semenjak kemunduran Khilafah Islamiyah pada Perang Dunia 1. Diskriminatif dan penganiayaan terhadap kaum muslim sering terjadi. Sejak Partai Nasionalis Bharatiya Janata (BJP) yang dipimpin Perdana Menteri Narendra Modi berkuasa di India.
Di negara bagian Haryana yang dikuasai BJP warga Hindu menghentikan umat Islam yang sedang salat Jum'at. Dan pada November lalu, rumah mantan Menteri Luar Negeri muslim, Salman Khurshid dibakar oleh kelompok garis keras Hindu. Pembunuhan, pelecehan terhadap kaum Muslimah dan perampasan hak kaum muslim sering terjadi hingga sekarang di India. Inilah sistem demokrasi yang sesungguhnya sistem yang hakekatnya hanya jalan menuju kekuasaan para komprador.
Akibat dari Islamofobia
Pendiri dan direktur Genoside Watch Gregory Stanton dalam rapat dengan kongres AS, mengatakan ada "tanda dan proses" awal genosida di negara bagian Assam (India) dan Kashmir yang dikelola India. Genosida bukan sebuah peristiwa, tetapi sebuah proses (Merdeka, 19/1/2022)
Sejak 2022 Genoside Watch telah memperingatkan genosida di India. Ketika itu terjadi kekerasan selama tiga hari di Gujarat yang menelan korban jiwa lebih dari 1000 muslim.
Kondisi India mirip dengan kondisi di Myanmar. Pemerintahan yang dijalankan Perdana Menteri India, Narendra Modi dan pemerintahan Myanmar terhadap muslim Rohingya, sangat diskriminatif terhadap kaum muslim. Contohnya kebijakan pencabutan status otonomi khusus Kashmir yang dikelola India pada 2019 dan amandemen undang-undang kewarganegaraan kepada penganut agama minoritas tetapi tidak untuk umat Islam. Kondisi ini serupa dengan apa yang dialami muslim Myanmar terhadap muslim Rohingya. Islamofobia sumber dari kebencian mereka terhadap Islam sehingga pemerintahan setempat melakukan kebiadaban demi kebiadaban terhadap kaum muslim dengan mudahnya. PBB, OKI dan organisasi Internasional lainnya tidak mampu menghentikan kezaliman ini.
Di Mana Para Pemimpin Negeri Muslim?
Orang-orang yang setidaknya memiliki hati nurani memaksa India untuk menghentikan kebiadabannya dan menyelesaikan konflik agamanya dan mengutuk rezim Narendra Modi yang ingin "menghindukan" India.
Mana suara pemimpin negara-negara di dunia? Yang katanya menjunjung tinggi HAM? Mana pemimpin negeri muslim, melihat nyawa saudaranya terancam? Tidak ada aksi nyata dari mereka.
Lalu bagaimana nasib saudara-saudara kita muslim Rohingya, muslim Uighur, di Xinjiang, Cina? Mengapa kamp-kamp penahanan yang menyiksa kaum muslim Uighur dibiarkan masih ada? Bagaimana juga dengan saudara kita di Palestina yang tanah dan nyawanya dirampas? Muslim di Kazakhstan, Suriah. Muslim Pattani di Thailand, muslim Moro di Filipina. Mereka semua terzalimi dan teraniaya!
Mengapa pemimpin dunia diam? Sejatinya mereka para munafik yang hanya diam melihat saudaranya teraniaya demi harta dan kekuasaan. Parahnya lagi, pemimpin negeri-negeri muslim mengkhianati saudara seakidahnya dan membela Cina atas tindakannya terhadap muslim Uighur dan menjaga ekonomi dan politik mereka.
Islamofobia benar-benar mengancam umat muslim. Wujud kebencian pada Islam mereka lakukan dengan cara genosida dan pembersihan etnis. Ini dipelihara karena Barat sangat khawatir akan keberadaan Islam yang kian hari terlihat tanda kebangkitannya.
Barat sangat terancam jika Islam bangkit. Mereka sadar peradaban mereka akan hancur jika Islam bangkit. Padahal, Islam sangat menjaga nyawa manusia. Tidak ada satu etnispun dibantai karena berbeda agama dalam sejarah Islam ketika Khilafah memimpin dunia.
Tidak ada paksaan dalam memilih agama tapi harus ada kerelaan. Sebagaimana dalam QS Al- Baqarah: 256. semua warga negara baik muslim maupun kafir (ahli kitab maupun musyrik) dilindungi haknya dan hidupnya terjamin.
Kafir zimi (kafir yang menjadi warga negara khilafah) akan mendapat mendapat santunan jika memang kehidupannya tidak tercukupi. Keadilan dan kesejahteraan akan dirasakan muslim maupun kafir zimi secara merata.
Sejarah mencatat dalam kepemimpinan Islam 2/3 bagian dunia semua hidup rukun dengan keragaman agama dan etnis yang berbeda-beda. Seperti sejarah yang ditorehkan Khalifah Muhammad Al-Fatih saat menguasai Konstantinopel, sehingga Sultan memberi kebebasan kepada orang-orang Nasrani untuk melakukan ritual ibadah mereka dan memerintahkan mereka untuk memiliki pemimpin keagamaan yang mengatur urusan agama mereka.
Pada masa Khalifah Bayazid ll, Khalifah memberi pertolongan kepada kaum Yahudi di Andalusia dari Mahkamah Inkuisisi Spanyol. Semua ini dilakukan karena Allah Swt.memerintahkan untuk membangun peradaban yang memuliakan manusia.
Untuk menghentikan kezaliman dan kebiadaban ini tidak cukup hanya dengan kecaman. Harus ada aksi nyata dari para pemimpin dunia khususnya pemimpin negeri-negeri muslim. Agar mereka bisa menghadirkan pasukan militernya untuk menyelamatkan umat muslim yang terzalimi di manapun berada.
Disamping itu kita harus fokus pada membangun kesadaran politik di tengah umat. Menyampaikan pada umat bahwa Islam adalah solusi bagi semua permasalahan umat. Fokus pada perjuangan untuk penerapan Islam kafah meriayah umat dengan pengurusan yang sebaik-baiknya pengurusan.
Sungguh hanya kepemimpinan Islam yang dapat menghentikan kezaliman ini. Dalam Islam perlindungan terhadap nyawa kaum muslim benar-benar terjaga. Dari al-Barra' bin Azib ra. Nabi saw bersabda
لذوال الد نيا اهون عل الله من قتل مو من بغير ØÙ‚
"Hilangnya dunia lebih ringan bagi Allah dibandingkan terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak," (HR An-Nasai 3987, Tarmidzi 1455, dan disahihkan oleh Al-Albani).
Wallahu a'alam bishshawab.
Post a Comment