Oleh : Lia Haryati, S.Pd.I (Pemerhati Umat, Pendidik, dan Pendakwah Ideologis)
Lebaran adalah momentum yang selalu dinantikan setiap orang. Sebab di masa itu waktu yang pas untuk bersilaturahmi dengan sanak famili di kampung halaman. Setelah sebulan lamanya berpuasa, waktu yang pas untuk temu kangen sebab selain hari libur, lebaran bagian dari hari kemenangan bagi seluruh umat Islam di seluruh dunia. Maka pantas bila banyak diantara mereka melakukan aktivitas yang beraneka ragam. Terutama kegiatan yang dilakukan bersama keluarga besar.
Hal demikian biasa dilakukan oleh orang-orang Indonesia, seperti kegiatan mudik ke kampung halaman yang menjadi tradisi baik untuk menyambung tali silaturahmi. Sebab selama 11 bulan tidak jumpa dengan keluarga maka lebaran menjadi momentum yang ditunggu-tunggu. Dengan berbagai pilihan transportasi yang biasa dipergunakan pemudik untuk pulang kampung. Namun, sayang justru sebaliknya lebaran di era kapitalisme bukan sebagai penyambung silaturahmi tapi dijadikan ajang meraup keuntungan besar-besaran. Seperti eksploitasi untuk kampanye turut terjadi.
Sebut saja program Mudik Bareng Pemkot Medan, Sumatera Utara, maka akan mendapatkan kaos putih bergambar Wali Kota, Bobby Nasution dan wakilnya, Aulia Rachman. Di dalam kaosnya, selain logo Pemkot Medan, hanya ada logo Bank Sumut yang terlihat jelas.
Pembagian kaos itu dilakukan sebelum Bobby melepas para peserta mudik yang dilakukan di Jalan Pulau Pinang, Lapangan Merdeka Medan. Senin (kompas.com 02/05/22).
Mudik pada tahun 2022 ini dikatakan mengalami kenaikan yang luar biasa, sebagaimana Jasa Marga menerangkan 1,7 juta kendaraan yang meninggalkan Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi (Jabotabek) menuju tiga arah yaitu timur (Trans Jawa dan Bandung), barat (Merak) dan selatan (Puncak). Jasa Marga menyampaikan angka tersebut naik 9,5 persen dibandingkan jumlah kendaraan saat Lebaran 2019, atau sebelum pandemi Covid-19. (detiknews.com 03/05/22).
Namun, sayangnya peningkatan kendaraan pemudik justru minimnya akan fasilitas maupun keselamatan pemudik, yang dilakukan pemerintah untuk silaturahmi ke kampung halaman. Justru rakyat dibebani dengan biaya besar baik dari biaya BBM maupun harga tiket kendaraan umum.
Dalam Islam Khalifah adalah Raa'in. Khalifah sebagai pemimpin tunggal kaum Muslim di seluruh dunia memiliki tanggung jawab yang begitu besar dalam mengurusi urusan umat. Dalam segala bentuk pengaturan hajat hidup manusia, semua dalam periayahan Khalifah, bahkan dalam urusan tata kelola infrastruktur dan alat trasnportasi lainnya. Semua itu berlaku bukan hanya saat momen mudik lebaran saja, akan tetapi berlaku pula dalam aktivitas sehari-hari.
Rasulullah SAW bersabda,
"Sesungguhnya seorang imam (kepala negara) laksana perisai, rakyat di belakangnya dan dia menjadi pelindung bagi rakyatnya." (HR Bukhari dan Muslim)
Wa'allahu'alam bishawab
Sempurnanya hidup dibawah naungan Islam
ReplyDeletePost a Comment