Oleh: Luth Balqist
Mendekati pemilihan umum presiden yang akan dilaksanakan pada tahun 2024, para politikus dan partai politik mulai menunjukkan pandangan dan rencana politiknya kepada publik.
Semisal bantahan PKS yang dinilai cenderung mendukung Gubernur DKl Jakarta, Anies Baswedan, sebagai capres yang dikutip dari You Tube Tribun Network, Senin (13/6/2022) Sekretaris Jenderal Partai Keadilan Sosial(PKS) Aboe Bakar Al Habsyi mengatakan bahwa "PKS wait and see sampai sekarang. Kita tunggu sampai ada perkembangan yang menarik. Enggak (cenderung mendukung Anies) enggak ada, enggak ada," kata Aboe dalam wawancaranya. (kompas.com, 13/6/2022)
Sebelum menentukan calon presiden, maka partai akan membentuk koalisi, namun berbeda dengan Partai NasDem. Partai tersebut mencari capres dulu sebelum menentukan arah koalisi.
Dalam agenda penutupan Rakernas NasDem di Jakarta Convention Center, Senayan Jakarta, Jumat (17/6/2022), Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh mengumumkan penetapan rekomendasi nama-nama bakal calon Presiden Republik Indonesia, yang pertama Anies Baswedan, yang kedua Muhammad Andika Perkasa, dan ketiga Ganjar Pranowo. (tribunnews.com, 17/6/2022)
Masuknya Ganjar Pranowo menjadi salah satu kandidat bakal calon presiden mendapat kritik dari rekan separtainya. Dikutip dari keterangan tertulis, Rabu (1/6/2022), anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Trimedya mengatakan "Ganjar apa kinerjanya delapan tahun jadi gubernur selain main di medsos, apa kinerjanya?" (kompas.com, 13/6/2022)
Dalam sistem demokrasi semua partai/pihak memilih calon yang bisa memenangkan kontestasi tanpa peduli apakah calon yang diusung berada dalam kebenaran, memiliki kapasitas, dan komitmen kepada rakyat apalagi terhadap lslam.
Dalam politik demokrasi, menjadi seorang pemimpin seolah tidak dilihat dari integritasnya. Sebab kenyataannya seseorang yang memenangkan kontestasi pemilu hanya calon yang didukung oleh kapitalis dan dana yang besar, ini adalah bukti betapa bobroknya sistem politik demokrasi. Alhasil demi mengembalikan modal pemilu, maka penguasa berusaha mencari keuntungan dan manfaat sebanyak-banyaknya walaupun merugikan rakyat yang dipimpinnya.
Dalam lslam seorang pemimpin harus memiliki iman dan amal shaleh dan orientasinya hanya untuk mendapat keridaan Allah Swt. Kepemimpinannya tidak terlepas dari tanggung-jawab terhadap amanah yang telah dipercayakan.
Kepemimpinan pertama kali dalam lslam dicontohkan oleh baginda nabi Muhammad Saw. Dalam kepemimpinannya, beliau mengutamakan uswatun hasanah yaitu memberi contoh kepada para sahabat dan masyarakat yang dipimpin.
Rasulullah Saw memiliki akhlak yang sangat mulia, sehingga dalam hal memimpin dan memberikan teladan tidak diragukan lagi. Kepemimpinan Rasulullah Saw tidak dapat ditiru sepenuhnya, namun setidaknya sebagai umat lslam harus berusaha meneladani kepemimpinannya.
Allah SWT berfirman dalam Surat Al- Ahzab Ayat 21:
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (QS Al Ahzab (33) : 2)
Berikut adalah beberapa kriteria pemimpin dalam lslam:
Pertama, orang yang paling takut kepada Allah dan merasa takut dosa dan paling merasa diawasi Allah Swt. Dengan begitu kepemimpinannya tidak keluar dari batas syariat lslam.
Kedua, shiddiq, yang bearti jujur. Sebagaimana dicontohkan Rasulullah Saw., karena kejujurannya beliau mendapat gelar Al Amin, sedangkan Abu Bakar mendapat gelar Ash- Shiddiq karena kejujurannya. Sedangkan Umar bin Khaththab mendapat gelar Al-Faruq.
Rasulullah Saw. bahkan memberi peringatan keras bagi pemimpin yang tidak jujur atau dusta serta mereka yang membenarkan kedustaannya.
"Dengarlah, apakah kalian telah mendengar bahwa sepeninggalku akan ada para pemimpin? Siapa yang masuk kepada mereka, lalu membenarkan kedustaan mereka dan menyokong kezaliman mereka, maka dia bukan golonganku, aku juga bukan golongannya. Dia juga tak akan menemuiku di telaga." (HR al-Tarmidzu, ak-Nasai, dan al-Hakim).
Ketiga, amanah, lawan dari sifat ini adalah hianat. Dengan sifat amanah seorang pemimpin akan menjaga kepercayaan rakyat atas tanggungjawab kepemimpinannya.
Keempat, tabligh atau komunikatif. Kemampuan komunikasi seorang pemimpin dengan rakyatnya menciptakan hubungan yang baik. Pemimpin mendengarkan keluh kesah rakyatnya dan menerima nasehat rakyatnya.
Kelima, fathanah atau cerdas. Dengan keilmuannya seorang pemimpin mampu memecahkan persoalan yang terjadi di masyarakatnya.
Keenam, adil. Lawan dari adil adalah zalim. Menjadi seorang pemimpin haruslah adil karena di tangannya hukum ditegakkan.
Dalam QS An-Nahl: 90 Allah berfirman, "Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu Pemimpin) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pelajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran."
Nabi Saw., bersabda "Sesungguhnya manusia yang paling dicintai Allah pada hari kiamat dan yang paling dekat kedudukannya di sisi Allah adalah seorang pemimpin yang adil. Sedangkan orang yang paling dibenci oleh Allah dan yang paling jauh kedudukannya dari Allah adalah seorang pemimpin yang zalim." (HR at-Tarmidzi)
Adapun teguran bagi pemimpin zalim adalah "Barang siapa yang diangkat oleh Allah untuk memimpin rakyatnya, kemudian ia tidak mrncurahkan kesetiaannya, maka Allah baginya surga." (HR Bukhari dan Muslim)
Sosok pemimpin yang mampu mengayomi dan menyejahterakan rakyatnya lahir dari sistem pemerintahan yang menerapkan lslam secara kafah. Sejarah membuktikan bahwa selama 13 abad lslam mampu menguasai 2/3 dunia. Mari kita tinggalkan sistem demokrasi kapitalis dengan kembali menerapkan lslam kafah.
Wallahu'alam bishahawab
Post a Comment