Oleh : Eti Setyawati
Pemerhati Umat
Bayangkanlah senyum warga Palestina. Seandainya punya seikat kembang pasti sudah diberikan pada Indonesia sebagai tanda terima kasih atas keputusan besarnya menolak Timnas Israel masuk wilayah Indonesia. Dan rela melepaskan untuk tidak ikut dalam perhelatan Piala Dunia U-20.
Sebelumnya, jelang pelaksanaan Piala Dunia U-20 aksi penolakan kehadiran timnas Israel bermunculan dari berbagai kalangan masyarakat, ormas, politikus hingga Kepala Daerah. Mereka mendesak pemerintah untuk berani mengambil sikap tegas menolak kedatangan delegasi Israel pada event tersebut.
Imbas dari penolakan tersebut, FIFA pun mengambil sikap membatalkan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20. Dan menunjuk Argentina sebagai penggantinya pada gelaran Mei mendatang. Jatah Timnas Indonesia sebagai tuan rumah pun digantikan Timnas Argentina yang awalnya tidak lolos ke putaran final. (Kompas TV, 31 Maret 2023)
Setidaknya ada tiga alasan yang disampaikan oleh mereka yang menolak kedatangan Israel.
Pertama, Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel.
Kedua, menuding bahwa FIFA melakukan standar ganda karena menghukum Rusia karena invasi ke Ukraina, namun tidak menghukum Israel yang dianggap menginvasi Palestina.
Ketiga, dengan menerima Timnas Israel bermain di Indonesia, berarti mendukung Israel untuk terus menjajah Palestina. Hal ini bertentangan dengan konstitusi kita yang menolak segala bentuk penjajahan.
Terjebak pada pilihan yang cukup sulit, satu sisi mimpi besar pertama kalinya melihat para pesepakbola muda kita bersaing dengan para pesepakbola muda top dunia telah sirna.
Disisi lain, Indonesia sudah berkomitmen untuk mendukung kemerdekaan Palestina dan menolak hubungan diplomatik dengan Israel sejak era Bung Karno. Prinsip ini masih dipegang hingga kini bahwa tidak akan mengakui negara Israel sebelum memerdekakan Palestina.
Cucu pendiri Israel sendiri yakni Miko Peled, seorang aktifis HAM sekaligus penulis anti zionis ikut angkat bicara, dengan mengijinkan team sepakbola Israel bermain dan masuk ke Indonesia sama saja dengan memberi ijin kepada Israel untuk melanjutkan pembunuhan dan penindasan kepada penduduk Palestina.
Pelestina tidak bisa sendirian saja memenangkan peperangan dengan Israel tanpa dukungan negara-negara Muslim. Dan Indonesia sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar tentu sangat diharapkan dukungannya bagi kemerdekaan Palestina sekecil apapun perannya.
Melihat kondisi saat ini, Negara Arab dan Negara Muslim lainnya mulai terbuka terhadap Israel. Ini adalah fenomena yang berbahaya karena melalui pendekatan dan jalinan kerjasama dari berbagai sektor lambat laun akan mampu melunturkan sikap anti penjajahan.
Memang menjadi duka yang mendalam bagi bagi para pesepakbola muda atas gagalnya ikut serta di ajang bergengsi dunia. Namun bila berbicara dengan hati nurani maka jerih payah berlatih dalam sebuah perlombaan tak sebanding dengan perihnya penganiayaan dan kekerasan yang diderita warga Palestina akibat pendudukan Israel.
Bahkan jelang Ramadan tepatnya 22 Maret 2023 pasukan Israel dilaporkan menembakkan gas air mata ke sebuah Rumah Sakit di Ramallah hingga berdampak ke sejumlah anak baru lahir di inkubator dan personel medis. Ada juga pasien-pasien yang mengeluhkan sakit dada akut. (Liputan 6, 23/3/2023).
Sudah seharusnya sebagai Muslim peduli pada sesama negeri Muslim lainnya yang tertindas. Ketika Islam diemban dan dijadikan sebagai kepemimpinan berpikir umat manusia, maka mereka bisa disatukan dengan ikatan ideologi Islam.
Dengan bersatunya seluruh negeri-negeri Muslim akan menjadi kekuatan yang dahsyat menghadapi zionis yang tak pernah berhenti menindas Islam. Apa yang dilakukan warga Palestina adalah dalam rangka mempertahankan wilayahnya.
Dan takkan ada yang sia-sia dari suatu perjuangan, sebagaimana Rasulullah Muhammad Saw bersabda:
“Siapa saja yang terbunuh karena membela harta, kehormatan dan agamanya, maka dia mati syahid.”
[Hr. at-Tirmidzi].
Sejengkal tanah yang dimiliki adalah harta, apalagi berjengkal-jengkal. Maka, mempertahankannya hingga terbunuh dinyatakan sebagai syahid. Karena itu, menjaga kesatuan wilayah, baik yang akan dipisahkan, maupun yang sudah dipisahkan, dan hendak direbut kembali, hukumnya wajib.
Waallahua'lam bishshawab
Post a Comment