Oleh : Devi Marlinasari, S.Farm., Apt.
Aktivis Muslimah dan Tenaga Kesehatan
Tiga minggu sudah terlewati di bulan Juni ini. Bulan dimana Pendaftaran Peserta Didik Baru (PPDB) mulai dibuka. PPDB untuk meningkatkan RLS saat ini terus digaungkan oleh Disdik Kabupaten Bandung. Seperti dikutip dari Jurnal Soreang (08/06/2023) bahwa Jelang PPDB tahun pendidikan 2023-2024, Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung Optimalkan Sosialisasi kepada seluruh masyarakat. Optimalnya sosialisasi akan mendorong daya minat belajar untuk anak usia sekolah. Selain itu, juga akan mendorong standar rata-rata lama sekolah (RLS) untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Kabupaten Bandung.
RLS adalah Nilai Rata-rata Lama Sekolah yang perhitungannya mengikuti standar internasional. RLS merupakan salah satu dari 2 indikator untuk mengukur dimensi pengetahuan. Dimensi Pengetahuan ini adalah salah satu komponen dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Menurut informasi yang ditulis pada laman Badan Pusat Statistik (BPS), IPM diperkenalkan oleh United Nations Development Programme (UNDP) pada tahun 1990 dan dipublikasikan secara berkala dalam laporan tahunan Human Development Report (HDR). Salah satu manfaat IPM adalah indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk).
Sehingga dapat kita tarik kesimpulan bahwa Kabupaten Bandung menggaungkan sosialisasi PPDB SMP dan SMA dengan harapan akan dapat meningkatkan minat individu usia sekolah untuk melanjutkan pendidikan wajib sampai tuntas sebagaimana tercantum dalam pasal 7 ayat 2 RUU Sisdiknas versi Agustus 2022, yang menjelaskan bahwa warga negara Indonesia wajib mengenyam pendidikan dasar selama sepuluh tahun dan pendidikan menengah tiga tahun. Hal itu bertujuan agar mendorong peningkatan angka RLS, yang berimbas pada peningkatan IPM. Dimana menurut BPS muaranya adalah Pembangunan Manusia yang berkualitas.
Namun alih-alih untuk meningkatkan minat belajar, tapi pada kenyataannya untuk sarana dan prasarana pendidikan pun belum memadai. Mengutip Dejurnal.com (16/05/2023) yaitu dua lokal SMPN 4 Margahayu, Desa Sukamenak, Kecamatan Margahayu Kabupaten Bandung baru selesai dibangun. Namun, pantauan dejurnal.com di lokasi, Kp. Sampora RW 07 desa setempat belum ada mebeler dan kedua pintu dari bahan kayu tipis (triplek) yang dilapis sudah rusak. Selan itu, beberapa pintu toilet juga rusak.
Selain daripada itu, bahwa PPDB sebenarnya hanyalah sekadar cara saja untuk menjaring peserta didik. Peningkatan angka RLS pun tidak ada kaitannya dengan pembangunan manusia yang berkualitas jika tidak diiringi dengan kurikulum pendidikan itu sendiri. Yaitu kurikulum yang membangun manusia dari akarnya sebagai makhluk Allah. Yang menjalankan perintah Tuhannya, bukan seperti sekarang kurikulumnya dijauhkan dari hukum Allah.
Kurikulum saat ini nyatanya sangat jauh dari target mencetak generasi berkualitas. Mengapa demikian? Karena penyusunan kurikulum yang mengacu pada tujuan pendidikan nasional dari pusat saat ini menggunakan nilai kapitalisme sekuler. Dimana memisahkan nilai agama dari pendidikan dan cenderung pragmatis untuk sekadar mengisi kebutuhan kualifikasi tenaga kerja yang sedang tren. Terlebih mengerikan adalah saat nanti kurikulum mengacu pada Peta Jalan Pendidikan Nasional (PJPN). Dimana seperti dikutip dari VIVA.co.id (6 /04/2022) bahwa sejak dikeluarkan bulan Mei tahun 2020, draf peta jalan pendidikan Indonesia sudah menuai kontroversi. Pasalnya peta jalan tidak memuat frasa kata agama yang dianggap bertolak belakang dengan pandangan hidup bangsa ini.
Potret buramnya pendidikan saat ini bisa dilihat dari beberapa hal seperti, tawuran pelajar, aksi anarkis genk motor, minuman keras, narkoba sampai seks bebas. Seperti dikutip dari rri.co.id (19/06/2023) yang berjudul “Geng Motor Pukuli Bus Pariwisata di Bandung, Ditangkap Polisi”, aksi itu dilakukan geng motor pada hari Minggu (18/6/2023) pukul 23.00 WIB di Rancaekek, saat bus pariwisata itu pulang dari Pangandaran menuju Sadu Soreang. Diketahui salah satu pelakunya berusia 19 tahun.
Belum lagi informasi dari gridhealth.id (27/01/2023) Menurut data, mayoritas dari mereka diketahui mengajukan pernikahan karena telah hamil duluan atau telah lama putus sekolah. Menurut Kepala PA Kota Bandung, Asep M Ali Nurdin menyebutkan bahwa pihaknya telah mengabulkan dispensasi menikah bagi 143 pemohon sepanjang tahun 2022 lalu. Dan masih banyak potret buram lainnya yang sepertinya tak terhitung jumlah peristiwanya. Sungguh ngeri. Apakah kita akan menerima saja tanpa bertindak apapun Apakah kurikulum saat ini sudah menjadi kurikulum yang terbaik sehingga kita biarkan merusak anak cucu kita? Tentu tidak bukan?
Kita masih punya solusi. Solusi yang pernah dilakukan. Solusi yang pernah membuat jaya para pemuda dimasa lalu. Bukan kuno atau ketinggalan zaman. Namun, solusi sejati yang menciptakan para pemuda hebat dan sejarah itu akan terwujud kembali. Solusi apakah itu? Solusi Islam tentunya.
Pada masa diterapkannya sistem Islam, pendidikan berkembang sangat pesat. Melahirkan pemuda-pemuda hebat dalam sains dan teknologi, juga pemimpin-pemimpin yang adil dan pemberani. Pendidikan pada masa keemasan Islam menjadi rujukan peradaban negeri-negeri lainnya dan ini terbukti. Seperti yang diungkapkan oleh Tim Wallace-Murphy (WM), dimana buku yang diterbitkan berjudul “What Islam Did For Us: Understanding Islam’s Contribution to Western Civilization” (London: Watkins Publishing, 2006). Di buku itu dipaparkan kenyataan bahwa transfer ilmu pengetahuan dari Dunia Islam (Khilafah) ke Barat pada abad pertengahan. Disebut juga bahwa Barat telah berutang dalam hal pendidikan dan sains. Mulai dari industri mesin, bahan bangunan, persenjataan, perkapalan, kimia, tekstil, kertas, kulit, pangan sampai pertambangan juga metalurgi.
Mengapa bisa sehebat itu? Karena Pendidikan pada masa kejayaan Islam tidak berdiri sendiri. Tidak membuang agama dalam kurikulumnya. Ada sistem ekonomi, sistem kesehatan, sistem politik yang saling keterkaitan. Pendidikan sains tidak dipisahkan dari agama, kehalalaan prosedur kesehatan tidak dibahas terpisah. Literatur sains dan filsafat sesuai dengan bahasa fikih, dengan begitu para ilmuan Islam yang juga polymath sudah tahu untuk tidak melakukan hal yang haram atau menggunakan yang haram dalam penelitiannya. Seperti yang dipaparkan oleh Ahmad Rusydan Ph.D dalam Media Al-Wa’ie edisi 1-13 Mei 2021.
Maka kita harus sepakat, saat ini kita membutuhkan kesadaran kolektif bagi umat untuk menemukan kembali jatidiri dan membangun generasi yang berpendidikan. Terlepas dari keterbatasan yang ada, umat juga perlu memahami kembali bahwa porsi agama dalam mata pelajaran bukan sekadar aktivitas ritual saja atau bahkan dihilangkan sama sekali hanya menjadi ranah aktivitas individu saja yang melenyapkan amar makruf nahi mungkar yang menjadi penjaga akidah. Dalam hal ini negara menjadi pihak yang bertanggung jawab untuk mewujudkan kurikulum pendidikan formal yang berlandaskan akidah Islam. Kurikulum yang hanya ada satu yang ditetapkan oleh negara. Dengan demikian untuk mewujudkan kurikulum yang berkualitas maka harus ada blue print Peta Jalan Pendidikan yang berbasis Syariah Islam yang hanya mampu di tegakkan oleh negara yang menerapkan syariah Islam dengan menyeluruh tanpa kecuali sehingga mampu melahirkan manusia yang berkualitas sesuai dengan keridaan Allah Azza wa zala.
Wallahu a'lam bishshawab
Post a Comment