Pilarmabda.com |
Ibu Rumah Tangga dan Pegiat Literasi
Pilpres yang di gadang-gadang akan diselenggarakan tahun 2024 belum apa-apa ternyata sudah menimbulkan banyak permasalahan dan tentu saja membuat kebingungan di masyarakat. Para elit politik sudah siap dengan berbagai trik untuk memuluskan jalan menuju tujuannya, membuat rakyat semakin kebingungan dengan politik yang diciptakan oleh pemerintah.
Memilih pemimpin bangsa itu bukan perkara yang mudah karena hal itu akan menentukan kondisi negeri ini kedepannya. Sudah ada beberapa bakal calon presiden yang mendeklarasikan maju ke pilpres yang diusung partai-partai kebanggaannya. Kriteria khusus untuk jadi calon presiden itu seharusnya benar-benar diperhatikan, bukan main-main karena ini menyangkut hajat hidup ratusan juta rakyat Indonesia.
Calon pemimpin tentu saja seharusnya dilihat dari akhlaknya, tidak memiliki citra buruk apalagi pernah bersangkutan dengan perkara hukum karena kasus korupsi. Seharusnya orang dengan latar belakang seperti itu tidak lolos menjadi bakal calon presiden Republik Indonesia. Walhasil rakyat yang dibebani agar pandai dalam memilih presiden, dan mengenali rekam jejak para bakal calon presiden. Seperti yang akhir-akhir ini ramai diberitakan, ungkapan menteri agama yang sangat tidak pantas karena akan menyesatkan umat dan membahayakan kehidupan umat, karena agama dituduh sebagai alat politik. Padahal jelas dalam Islam politik tidak dapat dipisahkan dari agama, karena agama harus menjadi landasan atau dasar dalam menentukan arah politik negara. Berikut kutipan ungkapan yang disampaikan oleh Kemenag.
"Agama seharusnya dapat melindungi kepentingan seluruh umat, masyarakat. Umat Islam diajarkan agar menebarkan Islam sebagai rahmat, rahmatan lil 'alamin, rahmat untuk semesta alam. Bukan rahmatan lil islami, tok," kata Yaqut. Karenanya, pemimpin yang ideal, menurut Yaqut harus mampu menjadi rahmat bagi semua golongan. "Kita lihat calon pemimpin kita ini pernah menggunakan agama sebagai alat untuk memenangkan kepentingannya atau tidak. Kalau pernah, jangan dipilih," tegasnya.
Entah bagaimana nasib bangsa ini kedepannya bila terus mengusung sistem kapitalisme. Seharusnya yang menjadi seorang pemimpin itu orang yang benar-benar layak untuk memimpin sebuah bangsa. Diketahui dari sebuah podcast yang sedang viral saat ini ada satu calon presiden yang dengan percaya diri mengakui kebiasaan buruknya yaitu hobi menonton video dewasa di sisi lain, beliau menjadi tokoh pemeran di sebuah video adzan yang ditayangkan di televisi. Ini jelas terbukti sebagai politik identitas semata-mata hanya untuk menarik simpatik masyarakat dan menciptakan citra sholeh pada dirinya.
Money politik pun menjadi jalan ninja untuk memuluskan tujuannya. Seperti gayung bersambut masyarakat yang hidupnya susah akan dengan senang hati memilih calon yang memberi mereka uang, walaupun dengan nominal yang tidak seberapa. Tanpa berpikir bagaimana dampaknya nasib bangsa ini kedepannya dengan pemimpin yang demikian. Ini semua karena sistem sekularisme yang sudah mengakar diberbagai aspek kehidupan.
Agama yang seharusnya menjadi landasan dalam berpolitik malah justru hanya dijadikan sebagai identitas politik semata untuk meraih dukungan rakyat. Ini yang akan menciptakan penderitaan panjang di masyarakat, hutang negara yang semakin menumpuk, para elit politik yang berlomba memperkaya diri dengan korupsi, tiada lagi yang memikirkan kepentingan dan kesejahteraan rakyat. Berbeda dengan syariat Islam apabila ditegakkan di negeri ini. Sudah pasti seluruh rakyat akan hidup makmur karena para pemimpin akan memikirkan kesejahteraan rakyatnya. Mereka akan mencontoh kepemimpinan Rasulullah saw sehingga tercipta masyarakat yang adil dan makmur, selamat di dunia dan akhirat, sesuai harapan bangsa.
Pemimpin yang menjalankan syariat Islam tidak akan berbuat kecurangan karena ketakwaan dan ketakutannya kepada Allah Swt. Mereka menyadari setiap makhluk yang hidup di dunia ini, apalagi seorang pemimpin akan diminta pertanggung jawaban kelak di yaumul akhir.
Wallahualam Bissawab
.
Post a Comment