Definition List

Heboh Bakal Capres di Siaran Azan: Politik Identitas atau Identitas Politik


Oleh : Indri Lestari

Pemerhati Kebijakan Publik


Kau ini bagaimana ...

Kau bilang Tuhan sangat dekat ...

Kau sendiri memanggil-manggilnya dengan pengeras suara setiap saat ...

Begitulah potongan bait puisi yang pernah dibacakan oleh Ganjar Pranowo pada tahun 2018 silam. Tentu saja, bait tersebut menuai kontra di kalangan sebagian masyarakat terutama umat Islam.

Setelah menuai banyak kritikan karena dianggap menyakiti hati mayoritas umat Islam, kini bakal calon presiden dari PDI Perjuangan tersebut kembali menjadi sorotan lantaran kemunculannya dalam tayangan azan magrib di salah satu stasiun televisi swasta milik Ketua Umum Partai Perindo, Hary Tanoesoedibjo. Banyak yang beranggapan, jika yang dilakukan oleh Ganjar adalah praktik politik identitas. (@geloranews, 09/09/2023)

Politik Identitas atau Identitas Politik

Politik identitas yang diduga dilakukan oleh Ganjar mendekati musim pemilu membuat masyarakat berpikir jika tim suksesnya tidak konsisten, sebab yang paling getol menolak kampanye menggunakan simbol-simbol tertentu adalah dari kalangan mereka sendiri. sehingga apa yang dilakukan oleh tim sukses Ganjar Pranowo dalam tayangan azan tersebut membuka kembali rekam jejak yang selama ini pernah dilakukan oleh sang capres. Padahal sebelum kabar pencalonannya beredar, sosok Ganjar digambarkan jauh dari kata Islami.

Berbagai catatan hitam mewarnai sang pejabat publik sebelum dicalonkan. Ganjar secara sadar mengatakan penyuka video vulgar pada saat menjadi tamu undangan podcast YouTube Deddy Corbuzier tahun 2019 silam, terseret kasus korupsi e-KTP, kasus di Wadas, perizinan pabrik semen Rembang dan penolakan Timnas Israel serta gagalnya Indonesia jadi tuan rumah. (pikiran-rakyat.com)

Politik identitas sudah biasa dipakai oleh berbagai partai politik menjelang musim pemilu, baik partai itu berhaluan nasionalis maupun agamis demi meraup suara rakyat. Tak heran, jika partai yang selama ini menolak keras agama  dicampuradukkan dengan politik yang telah menjadi "identitas politik" atau "ciri khas" partai tersebut, tiba-tiba berubah haluan merubah citra anti agama yang melekat pada partainya menjadi pro-agama yang banyak dijumpai mendekati agenda lima tahunan tersebut.

Pencitraan demi Raup Suara

Sudah bukan rahasia lagi jika pemilu akan tiba, para calon presiden melakukan berbagai cara untuk menarik hati dan perhatian masyarakat agar condong memilih mereka menjadi orang nomor satu di Indonesia. Pencitraan dengan berbagai modusnya akan menghiasi layar kaca. Beberapa cara yang sering dilakukan para calon adalah dengan blusukan ke pondok pesantren, mendekat kepada orang-orang berpengaruh di lingkungan keagamaan dan menunjukkan kesolehannya dalam melakukan ibadah.

Dengan cara tersebut, para calon berharap akan mendapatkan banyak dukungan dari para petinggi karena suara mereka tentu akan sangat berpengaruh untuk mendulang suara di kalangan umat Islam yang merupakan warga mayoritas negeri ini.

Rakyat Jangan Mudah Percaya

Seharusnya, hal yang sama yang pernah mereka lakukan dahulu demi mendapatkan suara menjadi pelajaran bagi rakyat negeri ini.

Di sistem demokrasi, suara rakyat hanya berlaku saat musim pencoblosan tiba, tetapi ketika para calon sudah terpilih, mereka enggan untuk menyuarakan kepentingan rakyat bahkan lebih memprioritaskan kepentingan para kapitalis. Itulah ilusi di sistem kapitalisme.

Menkumham Mahfud MD bahkan pernah mengatakan  bahwa siapapun yang masuk ke dalam sistem demokrasi akan menjadi iblis. Ini adalah fakta yang tidak terbantahkan, bahkan orang Soleh dan baik pun, jika masuk ke dalamnya akan terseret arus kotor sistem buatan manusia ini.

Pemimpin Bertaqwa Hasil dari Sistem Islam

Kapasitas kepala negara tidak bisa diukur dari soleh tidaknya ia dalam beribadah. Banyak faktor yang menjadikan kepala negara mampu menjadi orang yang mengurusi urusan rakyat. Tentu saja contoh ideal  memilih pemimpin adalah Rasulullah Saw. Beliau adalah sosok yang berkompeten bukan hanya seorang nabi tapi juga seorang pemimpin dalam bernegara.

Pemimpin yang baik tentu tidak hanya soleh tapi juga mengerti bagaimana mengurus urusan umat. Ia tidak suka meminta-minta jabatan itu dan tahu akan konsekuensinya. Seperti hadis yang diriwayatkan Imam Muslim dalam kitab shahihnya, sahabat Rasulullah yang bernama Abu Dzar al Ghifari pernah meminta jabatan kepada beliau, tetapi Rasul menolaknya, sambil menepuk bahu Abu Dzar, Rasulullah mengatakan: "Wahai Abu Dzar, Kamu ini lemah (dalam memegang jabatan) padahal jabatan adalah amanah. Pada hari kiamat ia adalah kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi siapa yang mengambilnya dengan Haq dan melaksanakannya dengan benar".

Rasulullah menolak Abu Dzar, sahabat yang terkenal akan kesolehannya karena beliau tahu kapasitas dan kapabilitas sahabatnya tersebut.

Dalam sistem yang baik, orang-orang yang buruk bisa terinstal menjadi baik  begitupun dalam sistem yang buruk, maka orang-orang baik akan mengikuti arus keburukan. Mengapa bisa terjadi demikian? Karena ketika sistem itu baik maka aturan-aturan yang ada akan senantiasa berjalan untuk kebaikan manusia, alam dan kehidupan, sedangkan jika sistem itu buruk maka aturan-aturan yang diterapkan akan sesuai dengan kepentingan manusia si pembuat aturan. Jika aturan itu dibuat dan diserahkan kepada akal manusia yang terbatas, sudah pasti akan menimbulkan kerusakan. Inilah yang terjadi pada sistem demokrasi buatan manusia.

Berbeda dengan sistem yang baik, sistem ini berasal langsung dari pencipta manusia yaitu Allah Swt. yang tentu saja mengetahui aturan yang cocok untuk ciptaannya. Melalui Wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah Muhammad, Allah Ta'ala menjelaskan aturan-aturan yang harus diikuti manusia agar selamat dunia akhirat. Aturan yang Allah buat dari masalah sederhana seperti masuk ke dalam WC sampai urusan mengurusi urusan umat (politik).

Aturan Allah Swt. tersebut pernah diterapkan kurang lebih selama 13 abad semenjak Rasulullah mendirikan negara Madinah sampai terakhir runtuhnya institusi khilafah di Turki oleh pengkhianat bangsa yaitu Mustafa Kemal Attaturk laknatullah tahun 1924 silam.

Dan ketika penerapan dengan aturan-aturan Allah, terbukti dunia Islam dalam posisi kegemilangannya, sedang barat yang mengadopsi sistem kufur berada dalam sisi gelapnya.

Begitulah jika sistem Islam diterapkan, maka penduduk bumi dan langit akan mendapatkan keberkahan, dan insyaallah sistem baik itu akan muncul kembali sebagaimana yang dijanjikan melalui lisan Rasulullah bahwa akan ada kembali Khilafah 'ala minhajin nubuwwah.


Wallahu a'lam bi ash'shawwab

Post a Comment

Previous Post Next Post