Oleh : Siti Wahidah
Aktivis Muslimah
Aktivis Muslimah
Sudah sekitar 2 bulan terakhir ini harga beras terus mengalami kenaikan, bahkan kenaikan harganya jauh melampaui harga eceran tertinggi yang telah ditetapkan pemerintah. Hal ini tentu saja menambah berat beban masyarakat mengingat beras adalah sumber makanan pokok.
Mahalnya harga beras ini tidak hanya terjadi di Jakarta saja di daerah lain pun terjadi kelangkaan dan harganya juga lebih tinggi dari harga sebelumnya. Seperti yang terjadi di Bandung, Jawa Barat, dikutip oleh media online IDXChannel- stok beras di beberapa agen beras dan mini market mengalami kelangkaan. Agen beras menduga kelangkaan beras disebabkan karena musim kampanye Pilpres dan Pileg yang memborong beras untuk bantuan sosial (bansos).
Rizal salah seorang agen beras mengatakan banyak faktor, salah satunya jumlah pasokan dan produsen yang berkurang Rizal menyebutkan saat ini memang bukan waktunya panen raya dan kesulitan para pedagang untuk mendapatkan pasokan beras pun sempat tersendat sejak Januari 2024. Rizal yang sehari-harinya adalah pemasok beras di daerah Banjaran, Kabupaten Bandung sampai mendatangkan beras dari petani beras dari Garut, Jawa Barat.
Rizal juga mengatakan sebenarnya mahalnya harga beras saat ini terjadi karena efek dari kemarau panjang, selain itu panen raya baru akan terjadi di bulan Maret, April kata Rizal saat dihubungi MNC portal Indonesia, Minggu (18/2/2024).
Dalam persoalan ini pemerintah melakukan dua strategi untuk mengatasi tingginya harga beras, pertama dengan impor, kedua melakukan operasi pasar harapan pemerintah dengan solusi tersebut harga beras akan berangsur turun.
Disamping itu juga pemerintah memberikan bantuan langsung tunai (BLT) kepada masyarakat yang berhak. Namun, seperti yang sudah-sudah bantuan tersebut tidak dapat dirasakan oleh semua masyarakat yang membutuhkan. Ada sebagian masyarakat yang tidak mendapatkan haknya.
Pemerintah juga mengupayakan untuk mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap beras, dengan melakukan diversifikasi bahan pangan, upaya ini dinilai cocok untuk mengganti beras dengan makanan pokok yang lain. Sayangnya, upaya yang sudah dilakukan oleh pemerintah tidak berhasil mengendalikan naiknya harga beras.
Mahalnya harga pangan saat ini, terutama beras bukanlah hal yang baru, artinya ini adalah masalah yang terus berulang, berbagai alasan kenaikan menunjukkan ketidaksigapan pemerintah mengatasi segala persoalan, terlebih kapitalisme tidak memiliki solusi yang salutif.
Padahal pangan merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi dan negara harus menetapkan kebijakan yang strategis, bukan sebaliknya kebutuhan rakyat dipolitisasi seperti pembagian beras bansos.
Banyaknya faktor penyebab naiknya harga beras diantaranya adalah tingginya harga pupuk karena subsidi yang berkurang sehingga petani harus mengeluarkan biaya besar, akhirnya para petani yang modalnya hanya pas-pasan tidak bisa mengurus tanamannya dengan maksimal sehingga mengakibatkan hasil panen yang tidak maksimal. Pengalih fungsian lahan secara besar-besaran dari tanah pertanian menjadi kawasan industri disinyalir juga mengurangi luas lahan pertanian.
Hal ini tidak mungkin terjadi jika tidak ada pihak yang mencari dan menawarkan lahan pertanian tersebut, tentunya mereka yang punya modal besar akan melakukan apa saja untuk mendapatkan lahan tersebut, dengan proses izin yang mudah merekapun menyulap lahan pertanian menjadi kawasan Industri.
Kebijakan yang diambil pemerintah tersebut terkesan hanya mengambil tindakan pada solusi praktis, dan tidak menyentuh pada akar masalah, kebijakan yang ada hanya bisa menahan lonjakan harga yang suatu saat kembali terulang.
Berbeda dengan solusi dalam Islam. Islam pastinya memiliki solusi yang sempurna karena Islam memiliki sistem hidup yang mengatur tentang politik pangan tersendiri. Dalam Islam negara tidak boleh membiarkan rakyatnya kelaparan, negara wajib hadir dalam setiap kebijakan. Negara akan senantiasa hadir pada produksi, distribusi hingga konsumsi. Negara juga akan menjalankan politik pertanian Islam.
Negara yang menerapkan syariat Islam juga tidak akan mengizinkan alih fungsi lahan subur menjadi kawasan industri, sebaliknya negara akan memberikan lahan pertanian kepada siapa saja yang mampu menghidupkan lahan pertanian.
Negara juga akan memotong rantai distribusi yang panjang sehingga harga tidak mahal dan melarang adanya penimbunan barang untuk kepentingan pribadi. Negara akan memastikan setiap harganya terpenuhi seluruh kebutuhannya. Program tersebut hanya akan terwujud dalam negara yang menerapkan syariat Islam (khilafah). Dengan menerapkan sistem ekonomi Islam, sistem sanksi Islam hingga sistem pendidikan Islam.
Jika semua telah terpenuhi jaminan surplus akan tercapai karena Allah telah berjanji dalam firmannya yang artinya “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi tapi mereka mendustakan ayat-ayat kami maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (TQS Al A'raaf:96)
Islam akan memastikan dan mengatur sedemikian rupa agar distribusi pangan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.
Waalahualam bissawab
Mahalnya harga beras ini tidak hanya terjadi di Jakarta saja di daerah lain pun terjadi kelangkaan dan harganya juga lebih tinggi dari harga sebelumnya. Seperti yang terjadi di Bandung, Jawa Barat, dikutip oleh media online IDXChannel- stok beras di beberapa agen beras dan mini market mengalami kelangkaan. Agen beras menduga kelangkaan beras disebabkan karena musim kampanye Pilpres dan Pileg yang memborong beras untuk bantuan sosial (bansos).
Rizal salah seorang agen beras mengatakan banyak faktor, salah satunya jumlah pasokan dan produsen yang berkurang Rizal menyebutkan saat ini memang bukan waktunya panen raya dan kesulitan para pedagang untuk mendapatkan pasokan beras pun sempat tersendat sejak Januari 2024. Rizal yang sehari-harinya adalah pemasok beras di daerah Banjaran, Kabupaten Bandung sampai mendatangkan beras dari petani beras dari Garut, Jawa Barat.
Rizal juga mengatakan sebenarnya mahalnya harga beras saat ini terjadi karena efek dari kemarau panjang, selain itu panen raya baru akan terjadi di bulan Maret, April kata Rizal saat dihubungi MNC portal Indonesia, Minggu (18/2/2024).
Dalam persoalan ini pemerintah melakukan dua strategi untuk mengatasi tingginya harga beras, pertama dengan impor, kedua melakukan operasi pasar harapan pemerintah dengan solusi tersebut harga beras akan berangsur turun.
Disamping itu juga pemerintah memberikan bantuan langsung tunai (BLT) kepada masyarakat yang berhak. Namun, seperti yang sudah-sudah bantuan tersebut tidak dapat dirasakan oleh semua masyarakat yang membutuhkan. Ada sebagian masyarakat yang tidak mendapatkan haknya.
Pemerintah juga mengupayakan untuk mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap beras, dengan melakukan diversifikasi bahan pangan, upaya ini dinilai cocok untuk mengganti beras dengan makanan pokok yang lain. Sayangnya, upaya yang sudah dilakukan oleh pemerintah tidak berhasil mengendalikan naiknya harga beras.
Mahalnya harga pangan saat ini, terutama beras bukanlah hal yang baru, artinya ini adalah masalah yang terus berulang, berbagai alasan kenaikan menunjukkan ketidaksigapan pemerintah mengatasi segala persoalan, terlebih kapitalisme tidak memiliki solusi yang salutif.
Padahal pangan merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi dan negara harus menetapkan kebijakan yang strategis, bukan sebaliknya kebutuhan rakyat dipolitisasi seperti pembagian beras bansos.
Banyaknya faktor penyebab naiknya harga beras diantaranya adalah tingginya harga pupuk karena subsidi yang berkurang sehingga petani harus mengeluarkan biaya besar, akhirnya para petani yang modalnya hanya pas-pasan tidak bisa mengurus tanamannya dengan maksimal sehingga mengakibatkan hasil panen yang tidak maksimal. Pengalih fungsian lahan secara besar-besaran dari tanah pertanian menjadi kawasan industri disinyalir juga mengurangi luas lahan pertanian.
Hal ini tidak mungkin terjadi jika tidak ada pihak yang mencari dan menawarkan lahan pertanian tersebut, tentunya mereka yang punya modal besar akan melakukan apa saja untuk mendapatkan lahan tersebut, dengan proses izin yang mudah merekapun menyulap lahan pertanian menjadi kawasan Industri.
Kebijakan yang diambil pemerintah tersebut terkesan hanya mengambil tindakan pada solusi praktis, dan tidak menyentuh pada akar masalah, kebijakan yang ada hanya bisa menahan lonjakan harga yang suatu saat kembali terulang.
Berbeda dengan solusi dalam Islam. Islam pastinya memiliki solusi yang sempurna karena Islam memiliki sistem hidup yang mengatur tentang politik pangan tersendiri. Dalam Islam negara tidak boleh membiarkan rakyatnya kelaparan, negara wajib hadir dalam setiap kebijakan. Negara akan senantiasa hadir pada produksi, distribusi hingga konsumsi. Negara juga akan menjalankan politik pertanian Islam.
Negara yang menerapkan syariat Islam juga tidak akan mengizinkan alih fungsi lahan subur menjadi kawasan industri, sebaliknya negara akan memberikan lahan pertanian kepada siapa saja yang mampu menghidupkan lahan pertanian.
Negara juga akan memotong rantai distribusi yang panjang sehingga harga tidak mahal dan melarang adanya penimbunan barang untuk kepentingan pribadi. Negara akan memastikan setiap harganya terpenuhi seluruh kebutuhannya. Program tersebut hanya akan terwujud dalam negara yang menerapkan syariat Islam (khilafah). Dengan menerapkan sistem ekonomi Islam, sistem sanksi Islam hingga sistem pendidikan Islam.
Jika semua telah terpenuhi jaminan surplus akan tercapai karena Allah telah berjanji dalam firmannya yang artinya “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi tapi mereka mendustakan ayat-ayat kami maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (TQS Al A'raaf:96)
Islam akan memastikan dan mengatur sedemikian rupa agar distribusi pangan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.
Waalahualam bissawab
Post a Comment