Definition List

Menyambut Ramadan Perbaiki Kepribadian



Oleh Anisa Estepe

(Pemerhati Keluarga)



Meski tahun ini adalah tahun kedua Ramadan yang dihadapi dengan situasi yang berbeda, situasi pandemi yang belum juga selesai. Namun, Ramadan haruslah disambut dan dipersiapkan dengan baik agar nanti memperoleh hasil yang optimal.


Masa pandemi memang membuat aktivitas luar rumah menjadi terbatas. Tetapi itu tidak menjadikan harus bermalas-malasan, terlebih di bulan yang mulia ini begitu banyak keberkahan yang Allah Swt karuniakan. Sudah seharusnya kita bersiap untuk meraih semua kebaikan itu dengan usaha yang plaing baik.


Sejatinya, bulan Ramadan  adalah masa di mana kita melatih diri agar menjadi pribadi muslim yang taat dan senantiasa berada dalam ketaatan kepada Allah Swt, serta menjauhi maksiat dan larangan Allah Swt.

Buah dari latihan ini dapat dilihat ada 11 bulan berikutnya. 

Apabila bersungguh-sungguh, maka 1 bulan berikutnya, pribadinya sama seperti Ramadan.

Senantiasa mengingat bahwa segala aktivitas di dunia ini akan ditanya di akhirat kelak.

Maka kita akan selalu berusaha yang terbaik agar segala aktivitas ini bermanfaat untuk akhirat yang kita inginkan. Ketaatan atau kemaksiatan kepada Allah Swt.


Jauh sebelum ketaatan dan kemaksiatan, sebagai seorang muslim, kita hendaknya mencari tahu aktivitas mana saja yang termasuk wajib, sunah, mubah, makruh, dan haram. Caranya? dengan belajar Islam yang benar. Sehingga kita tidak terkecoh dengan aktivitas yang tidak menuju ketaatan kepada Allah Swt.

Mengetahui 5 hal pokok diatas (wajib, sunah, mubah, makruh, haram) akan membuat kita memiliki skala prioritas dalam segala aktivitas.

Dengan begitu kita akan tahu mana perbuatan yang paling utama.


Mengingat 100 tahun tiadanya kepemimpinan Islam di atas muka bumi ini, saatnya kita harus semakin berjuang untuk menegakkannya kembali, sebagaimana hadits yang telah Rasulullah Saw sampaikan :


ثُمَّ تَكُوْنُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ …


…Kemudian akan ada kembali Khilafah ‘ala minhaj an-nubuwah (HR Ahmad).


Dan firman Allah Swt.

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا


Allah telah menjanjikan kepada orang-orang beriman dan beramal salih di antara kalian, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa; akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah Dia ridhai (Islam); dan akan mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan, menjadi aman sentosa (TQS an-Nur [24]: 55).


Urgensi khilafah


Pentingnya keberadaan khilafah sebagai sebuah konstitusi yang berhukum pada hukum Islam, sangat menentukan terlahirnya pemimpin yang bertakwa.


Pemimpin yang bertakwa kepada Allah Swt. Akan membawa rakyatnya menjadi warga negara yang bertakwa pula. Karena kesempurnaan puasanya seorang pemimpin adalah menjauhkan dirinya dari perbuatan dusta.


Siapa saja yang tidak meninggalkan perkataan dan perilaku dusta maka Allah tidak membutuhkan upayanya dalam meninggalkan makan dan minumnya (HR al-Bukhari).


Pemimpin yang bertakwa adalah pemimpin yang amanah. Yakni, tidak berkhianat kepada Allah Swt dan Rasul-Nya. Sehingga tidak mengkriminalisasi ajaran Islam dan umatnya. Mendukung upaya penerapan syariat Islam secara total. Dalam artian pemimpin yang bertakwa adalah pemimpin yang menerapkan hukum Al-Qur'an dan hadis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.


Demikianlah iklim ketakwaan secara totalitas hanya akan tercipta ketika Kita kembali kepada habitat kita. Yakni, berhukum dengan yang telah Allah Swt tetapkan, dan itu hanya akan tercipta dalam konstitusi yang bersyariat Islam, tiada lain dia adalah Khilafah Islamiyyah.


Untuk itu, perjuangan agar kembali tegaknya Daulah Khilafah Islam sebagaimana janji Allah Swt yang dikabarkan oleh Rasulullah saw. Harus diupayakan oleh seluruh umat Islam tak terkecuali para pemimpin negeri-negeri muslim dan seluruh warga negaranya. Sebagai bentuk ketotalitasan takwanya.

Wallahu a'lam bishshawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post