Oleh: Mahdiah, S. Pd (Aktivis Muslimah Kota Cilegon)
Alhamdulillah, umat Islam kembali memasuki bulan Dzulhijjah, tahun ke 1442 Hijriah. InsaAllah dengan izin-Nya beberapa hari lagi, umat Islam bertemu dengan hari raya Idul Adha atau Idul Qurban. Meski pandemi masih membersamai, umat Islam harus tetap semangat menyambut hari besar yang dinanti. InsaAllah berbekal pengetahuan yang cukup setelah lebih dari satu tahun hidup dengan bayang-bayang pandemi. Bisa lebih cerdas menyikapi pandemi, tidak gagap lagi, dan tentunya bisa tetap melakukan ibadah dengan tetap memperhatikan prokes.
Ibadah haji adalah salah satu syiar yang memperlihatkan kepada dunia tentang kesolidan umat Islam. Pada hari yang sama umat Islam di seluruh dunia menggemakan takbir, tahlil, dan tahmid. Ibadah ini ditunaikan oleh umat Islam dari berbagai penjuru, dengan beragam suku, bahasa, warna kulit dan keragaman lainnya. Ini mengonfirmasi bahwa umat Islam berada dalam satu koridor: satu akidah, satu syariah, satu kiblat, dan satu syiar. MaasyaaAllah.
Pemandangan yang menyejukkan mata terlihat saat jamaah haji bersatu di tempat yang sama, pakaian yang sama, syiar yang sama, syariah yang sama, serta tujuan yang sama yakni mewujudkan ketaatan kepada Allah SWT.
Ibadah Qurban sepatutnya menyadarkan kita bahwa ketaatan kepada Allah SWT harus mutlak sebagaimana ketaatan keluarga Nabi Ibrahim as. Jika bukan karena ketaatan kepada Allah SWT, tidak mungkin Nabi Ibrahim as patuh pada perintah Allah yang memerintahkan untuk menyembelih putranya sendiri, putra tercinta yang telah dinanti kehadirannya sejak lama. Begitupun ketaatan putranya, Ismail as. Hingga kisahnya abadi di dalam Alqur'an:
"Ayah, laksanakanlah apa yang telah diperintahkan kepada engkau. Insya Allah engkau akan mendapati aku termasuk orang-orang yang sabar (TQS ash-shaffat [37]: 206).
Ketaatan mutlak dapat kita saksikan pula saat jamaah haji menunaikan serangkaian ibadah haji. Dengan penuh ketundukan, jamaah menunaikan rangkaian manasik haji. Sejak tahap awal hingga tahap terakhir tak seorangpun jamaah haji yang menolak untuk melakukan rangkaian-rangkaian manasik tersebut. Semuanya dilakukan dengan kepatuhan totalitas.
Ketaatan seperti inilah yang patut diwujudkan oleh setiap Muslim, bukan saat ibadah haji saja melainkan di hari-hari di luar itu. Sebab kunci turunnya keberkahan dari Allah SWT adalah ketaatan. Allah SWT berfirman dalam hadis qudsi:
"Sesungguhnya Aku, jika ditaati, pasti Aku ridha. Jika Aku telah ridha, pasti Aku memberikan keberkahan. Keberkahan-Ku itu akan dirasakan oleh umat demi umat" (HR Ibn Abi Hatim).
Keberkahan pasti akan diturunkan oleh Allah SWT jika penyebabnya dilakukan (taat). Namun sebaliknya, jika ketaatan kepada-Nya dijauhi, maksiat, dan berbuat zalim dilakukan maka Allah SWT juga pasti menurunkan musibah. Sebagaimana yang telah Allah SWT firmankan:
"Jika mereka berpaling (dari syariah-Nya), ketahuilah bahwa Allah bermaksud menimpakan musibah kepada mereka akibat sebagian dosa-dosa mereka" (TQS al-Maidah [5]: 49)
Bisa jadi berbagai musibah yang melanda negeri ini, termasuk pandemi yang berkepanjangan merupakan akibat dari dijauhinya ketaatan. Sebaliknya, maksiat dan berbuat zalim justru terus menerus dilakukan. Kasus perzinaan, judi, pesta miras, penipuan, penculikan, perampokan, pembunuhan, korupsi, suap, diskriminasi, riba, ketimpangan penegak hukum, dan sebagainya masih terus mewarnai negeri ini. Sehingga wajar, jika kemudian Allah SWT menurunkan berbagai musibah untuk memberi peringatan kepada manusia, bahwa tingkah polahnya sudah melampaui batas.
Oleh sebab itu sudah sepatutnya kita semua, khususnya umat Islam melakukan muhasabah agar taat bisa dijalankan kembali serta keberkahan benar-benar Allah turunkan. Ketaatan individu dalam menjalankan syariat masih mungkin dilaksanakan, namun ketaatan yang massif agar dilakukan oleh seluruh warga negara serta jaminan penerapan syariah terlaksana, membutuhkan peran aktif negara sebagai institusi penjamin serta pemberi sanksi jika terjadi pelanggaran-pelanggaran terhadap syariat.
Inilah yang menjadi pekerjaan rumah bersama, yakni hadirnya institusi penyelenggara hukum syariah (khilafah rasyidah), yang akan memuluskan jalan bagi semua orang menuju ketaatan kepada-Nya dengan ketaatan mutlak. Dengan demikian insyaallah berbagai musibah akan lenyap dari muka bumi dan berganti dengan negeri yang dicita-citakan, yakni negeri yang baldatun thayyibatun wa Rabbun Ghofur. InsaAllah.
Wallahu a'lam bishowab.
Post a Comment