Penulis
Kembali muslim minoritas di negerinya dizalimi secara sistematis. muslim Assam di Delhi, India mengalami pengusiran dari rumahnya sendiri, sekitar 800 keluarga diusir paksa oleh aparat negara, dengan alasan mereka telah merambah tanah milik negara, dan 4 bangunan tempat ibadah juga dihancurkan. (republika.com, 29/9/2021)
Islamophobia akut telah menjangkiti para pemimpin negeri India yang dikuasai oleh Perdana Menteri Narendra Modi dengan partainya BJP (Partai Bharatiya Hindu).
Kebencian terhadap kaum muslimin yang menjadi warga minoritas ✍di India dikukuhkan dalam undang-undang diskriminatif kewarganegaraan anti-Islam. Dengan target muslim India dijadikan imigran gelap agar mudah dilenyapkan dari bumi India.
Tentu pengusiran paksa terhadap muslim Assam yang terjadi pada 20/9/2021 dan pembunuhan puluhan muslim pada tahun 2020 ini adalah bentuk pelanggaran HAM yang sangat berat, apalagi pelakunya adalah pemimpin negaranya sendiri. Yang seharusnya melindungi seluruh warga negaranya tanpa diskriminasi dan intoleransi.
Kejadian ini menyulut tanya, kenapa Amerika Serikat sebagai pahlawan HAM membiarkan dan tidak peduli dengan kekerasan yang terjadi di Assam, India. Dengan mengatakan "Itu urusan dalam negeri India." Ironis. Inilah bentuk kegagalan sistem dunia sekuler-kapitalis dalam memimpin dunia juga dalam kepengurusannya terhadap umat manusia.
Kehadiran Islam di India
Masuknya Islam pertama kali ke India dibawa oleh Malik Ibnu Dinar bersama 20 sahabat. Penduduk India menyambut ajaran Islam dengan suka cita, alasan masyarakat India masuk Islam adalah agar mereka terbebas dari Kungkungan sistem kasta.
Sekarang, India menjadi populasi muslim terbesar ketiga setelah Indonesia dan pakistan dengan total penduduk muslim 180 juta jiwa.
Namun, muslim di India lemah secara politik begitu pula muslim lainnya di dunia, seperti pakistan meski berdekatan secara wilayah dengan India namun racun nasionalisme telah mematikan rasa persaudaraan seakidah. Sehingga pemerintah pakistan tidak mampu mengerahkan militernya untuk menolong saudara seimannya yang dizalimi orang-orang kafir harbi.
Ini seperti gambaran dalam sabda Rasulullah Saw. “Nyaris orang-orang kafir menyerbu dan membinasakan kalian, seperti halnya orang-orang yang menyerbu makanan di atas piring.” Seseorang berkata, “Apakah karena sedikitnya kami waktu itu?” Beliau bersabda, “Bahkan kalian waktu itu banyak sekali, tetapi kamu seperti buih di atas air. Dan Allah mencabut rasa takut musuh-musuhmu terhadap kalian serta menjangkitkan di dalam hatimu penyakit wahn.” Seseorang bertanya, “Apakah wahn itu?” Beliau menjawab, “Cinta dunia dan takut mati.” (HR Ahmad, Al-Baihaqi, Abu Dawud)
Padahal dari sejarah banyaknya, peninggalan peradaban Islam yang ada di India dan masih kukuh berdiri sampai saat ini. Seperti, taj mahal, masjid jama di Delhi, Redford, Fateh Puri, benteng agra, masjid jummah di Ahmedabad, masjid haji ali dargah di Mumbai, istana tipu sultan di Bangalore, Istana dan kebun mysore di Mysuru, masjid charminar di Hyderabad, backwaters kerala di Negara Bagian Kerala, tamil nadu, dan lain sebagainya. Membuktikan bahwasanya peradaban Islam pernah berjaya dan berkuasa di India.
Nasionalisme yang merupakan anak turunan dari ideologi demokrasi-sekuler yang menjadi kungkungan terbesar bagi negeri-negeri muslim. Melemahkan secara politik dan mematikan rasa persaudaraan seakidah, akibatnya tidak ada satupun negeri muslim mengerahkan militernya untuk menolong muslim di India dan di negeri lainnya yang terzalimi.
Pelajaran Untuk Muslim Indonesia
Indonesia yang merupakan populasi muslim terbesar di dunia, bukanlah hal yang aman tetap tentram dan kondusif untuk keberlangsungan Islam dan kaum muslim. Bukanlah hal yang mustahil apa yang terjadi di India akan terjadi pula Indonesia. Karena tidak ada jaminan ada perlindungan untuk entitas muslim di mana pun berada. Sebagaimana India merupakan popupasli terbesar ketiga setelah Indonesia dan pakistan. Nyatanya ketika lemah secara politik ia terzalimi.
Demikanlah nasib muslim ketika berada dalam iklim sekuler. Kala menjadi mayoritas, mereka tidak bisa menerapkan syariat agamanya. Karena akan dituduh tidak intoleran. Sedangkan, sebaliknya ketika menjadi minoritas, mereka diharuskan tunduk pada aturan sistem dan agama lain. Sekaligus menerima perlakuan yang buruk. Jargon toleransi mati jika muslim yang minoritas.
Sikap Muslim Sejati Pengikut Nabi
Muslim di mana pun berada, di wilayah mayoritas seperti Indonesia atau minoritas seperti India dan lainnya, harus kembali kepada syari'at. Syari'at Islam tidak bisa tersekat oleh daerah teritorial, tidak akan terpisah oleh nasionalisme. Ikatan aqidah Islam menjadi ikatan terkuat, bahkan lebih kuat daripada ikatan darah keturunan.
Diamnya kita, saat saudara muslim dibelahan dunia lainnya diintimidasi, ditindas, dizalimi, dinodai, diusir, dibunuh oleh para musuh Allah. Kita akan dimintai pertanggungjawaban, kita akan ditanya apa yang sudah kita lakukan untuk membela kehormatan dan nyawa saudara seakidah kita? Kenapa kita diam? Kenapa kita membisu? Kenapa kita tidak peduli?
Lantas apa yang bisa kita lakukan? Umat Islam harus menyadari kebutuhan kita akan kesatuan politik. Tanpa persatuan secara politik, umat Islam yang berjumlah hampir dua miliar menjadi lemah, tidak bisa saling menopang, menolong dan membantu. Oraganisai Islam internasional seperti OKI, Liga Arab dan lainnya tidak memiliki kekuatan politik untuk menyatukan malah mudah ditunggangi barat untuk mencampuri urusan negeri kaum muslimin.
Kesatuan politik Islam, hanya bisa terwujud dalam institusi Islam yakni khilafah Islam. Dalam khilafah umat Hindu tidak akan dipaksa masuk Islam atau pun dizalimi, maka wajar umat hindu tetap ada meski India dikuasai Islam dalam politik belasan Abad, demikianlah karena Islam melindungi nonmuslim. Namun, air susu dibalas air tuba, balasan mereka sangat buruk terhadap Islam dan kaum muslimin.
Ketika payung khilafah runtuh, kaum muslim menjadi bulan-bulanan orang-orang kafir yang dengki terhadap Islam, mereka orang-orang kafir harbi sesuai dengan gambaran dalam Al-qur'an tidak akan rela hingga umat Islam mengikuti milah (agama) mereka. Untuk itu, mewujudkan kembali Istitusi pelindung dan penjaga kehormatan kaum muslim di seluruh dunia menjadi kewajiban yang tidak bisa ditawar. Institusi ini adalah daulah khilafah islamiyah.
Dengan adanya khilafah.. nasib kaum muslimin di seluruh dunia akan terjamin.. tak akan ada yang berani mendzolimi, karena adanya perisai yang akan menjaga Marwah kaum muslimin
ReplyDeleteDengan adanya khilafah.. nasib kaum muslimin di seluruh dunia akan terjamin.. tak akan ada yang berani mendzolimi, karena adanya perisai yang akan menjaga Marwah kaum muslimin
ReplyDeleteTiada kemulyaan tanpa islam..
ReplyDeletePost a Comment