Oleh : Aghniarie (Penulis)
Barat tiada henti-hentinya menyerang Islam, ajarannya dan kaum muslimin, demi hegemoninya atas dunia tetap bisa dipertahankan. Selain itu ketamakan akan penguasaan kekayaan milik kaum muslim membuat mereka terus berupaya mencokolkan sistem kapitalis neoliberalnya di negeri-negeri muslim agar penjajahan dan eksploitasi Sumber Daya Alam (SDA) milik kaum muslim berjalan mulus tanpa kendala.
Ketika isu terorisme dan radikalisme tidak laku lagi karena umat telah menyadari dan terbongkarnya kedok mereka. Maka moderasi beragama dirancang menjadi strategi mutakhir untuk menjegal setiap geliat kebangkitan kaum muslimin. Dengan memanfaatkan kebodohan kaum muslim, yang sudah jauh dari sejarah daulah khilafah dan pembodohan bahwa Islam hanya sekedar agama ruhiyah yang mengurus urusan ibadah ritual saja. Dan tidak dibolehkan mengurus urusan negara atau publik dengan Islam dan syariatnya, yang disebut sekularisme.
Moderasi, yang berasal dari kata moderat. yang bermakna tidak berlebih-lebihan, sedang atau pertengahan. Ketika disandingkan dengan kata beragama, menjadi moderasi beragama yang berarti jalan tengah dalam beragama, tidak boleh ekstrem dalam beragama, harus biasa-biasa saja, sepakat dengan ide pluralisme, feminisme, isu gender, dan lain sebagainya. Moderasi beragama menjadi program besar negara, terlihat dari upaya deras pengarusutamaan ide moderasi ini baik di berbagai departemen maupun di semua komunitas. Bahkan dana yang dibutuhkan untuk agenda ini bertambah berkali-kali lipat.
Kementerian Agama menjadi salah satu pilar yang mengokohkan ide ini dilembaganya, Demikian dalam rapat koordinasi yang dipimpin Menag Yaqut Qoumas di kantor Kementerian Agama terkait implementasi penguatan moderasi beragama (MB). Rapat tersebut dihadiri pejabat aseloan 1, serta ratusan pejabat aseleon 2 dan 3 Kemenag, daerah dan pusat. Juga hadir tim ahli dalam Pokja Moderasi Beragama, Lukman Hakim Saifuddin dan Alissa Wahid. (kemenag.co.id, 3/11/2021)
Dengan adanya proyek moderasi ini, kaum muslimin dipaksa untuk mengartikan agama dan ajarannya sesuai dengan cara pandang barat. Yaitu Islam yang mudah kompromi terhadap nilai-nilai mereka, toleran terhadap sistem hidup mereka dan siap untuk meninggalkan aturan Islam demi kesetaraan gender dan perdamaian dunia menurut barat.
Moderasi Beragama Strategi Keji dari Barat Menyasar Islam
Moderasi beragama, tidak hanya mengkampanyekan pemikiran sesat di luar Islam untuk dikonsumsi umat Islam seperti pluralisme, kesetaraan gender dan lain sejenisnya. Tetapi juga menyerang dan menyesatkan pemahaman Islam dengan membajak nash syara misalnya syariat tentang washatan, keberagaman dalam Islam, Islam rahmatan lil alamiin, dan lain lain. Agar tetap langgeng sistem rusak di tengah-tengah kaum muslimin dan menghambat tegaknya daulah khilafah.
Tuduhan keji yang selalu dilontarkan adalah Islam menjadi teror bagi negeri ini, kemudian menghadirkan moderasi beragama sebagai spirit dan solusi kebhinekaan. Dengan adanya moderasi, kebebasan beragama yang selama ini mengalami tekanan karena ekstremisme dan radikalisme terselesaikan.
Lembaga riset swasta Amerika, RAND Corporation merilis dokumen berisi desain besar untuk menghancurkan perjuangan Islam. Dengan cara membagi kelompok Islam menjadi beberapa kelompok dan diberi label dengan ciri khas masing-masing menurut mereka, yaitu:
1. Islam Fundamentalis/Radikal
Label dari RAND Corporation adalah mendukung penerapan khilafah dan syariat Islam, anti demokrasi, kritis pada pengaruh dan ide-ide barat. Islam fundamentalis dicap berbahaya, direkomendasi untuk dihabisi. Dilarang untuk melibatkan kelompok findamentalis dalam mengambil kebijakan negara, dilarang memberi ruang di media mainstream nasional, kebaikannya sebesar apapun tidak boleh disebut tapi kesalahannya meski sangat kecil harus diviralkan, kriminslisasi ulamanya, jauhkan dan kucilakan kelompoknya dari masyarakat.
2. Islam tradisionalis
Menurut definisi RAND Corporation tidak jauh beda dengan fundamenalis seperti mendukung penerapan khilafah dan syariat Islam, kritis pada pengaruh dan ide-ide barat. Hanya tidak anti demokrasi, bahkan menerima demokrasi dan menganggapnya sebagai syuro (permusyawaratan) yang tidak bertentangan dengan Islam. Trdasionalis dilabeli waspada karena memiliki tiga syarat sama dengan fundamentalis. Sehingga tradisionalis harus dijauhkan dari kelompok fundamentalis, karena bisa terpengaruh dan terjadi kesepakatan dan persatuan diantara mereka. Sehingga kedua kelompok ini harus diadu domba, mereka merupakan kelompok yang memiliki pengikut paling banyak.
3. Islam moderat/modernis
Islam moderat menurut mereka adalah ajaran yang tengah-tengah (Wasathiyah) dan tidak ekstrem, ciri-ciri menurut RAND Corporation anti penerapan syariat dan khilafah, tidak kritis terhadap ide dan pengaruh barat, pro demokrasi. Kelompok ini berstatus aman bagi orang-orang kafir barat. Kelompok moderat harus diberi ruang di pemerintahan, media dan didengar suaranya. Jika ada kesalahan sebesar apapun harus ditutupi jika ada kebaikan sekecil apapun harus diviralkan. Dijadikan tokoh panutan negara.
4. Islam Liberal
Didefinisikan oleh mereka dengan ciri-ciri menolak khilafah dan syariat Islam, menerima pengaruh dan ide dari barat, bahkan tak segan menganggap konsep dari barat lebih baik dari ajaran Islam. Berstatus sangat aman dan menjadi agen untuk memukul kelompok Islam lainnya. Kelompok ini diberikan hak dan ruang istimewa, gagasannya diterima dan harus diviralkan, disokong dengan dana besar, dilibatkan dalam setiap ruang publik, kesalahannya ditutupi, kebaikannya ditonjol dan diviralkan. Kelompok liberal ini senafas dengan barat, berjuang untuk menggembosi dan memberantas pergerakan Islam.
Dengan mengetahui klasifikasi dari RAND Corporation ini memberi pemahaman kepada kita bahwa seolah jika kita menjalankan perintah agama secara kafah berarti bertentangan dengan kebhinekaan dan dasar negara. Dikotomi ini buatan dari barat termasuk gagasan moderasi beragama yang menyasar semua kalangan dari semua lembaga milik negara seperti kementerian agama, kementerian pendidikan, pegawai negeri sipil (PNS), generasi milenial, para ustaz, ulama, majelis-majelis taklim hingga pesantren-pesantren. Selain itu pemerintah juga menyelenggarakan wawasan multikultural dan multireligius dengan mengintensifkan dialog antarumat, mengembangkan kegiatan sosial-ekonomi lintas agama dan budaya. Jelas sekali kebencian mereka terhadap Islam secara kafah.
Medan Tempur Abad 21
Moderasi beragama selain mengancam kehidupan beragama juga memandulkan Islam sebagai satu-satunya agama yang berasal dari Zat Yang Maha Agung. Harapannya untuk menghasilkan persatuan jauh panggang dari api, justru berpotensi menimbulkan kekacauan kehidupan beragama dan bernegara.
Sehingga keberadaannya menjadi medan tempur untuk abad 21 antara hak dan batil. Umat Islam wajib mengonter segala serangan yang diarahkan dalam strategi moderasi ini. proyek moderasi ini adalah perang pemikiran, untuk mematahkan semangat perjuangan penegakan Islam makan mereka menempatkan Islam sebagai krisis dunia.
Sayangnya, kita berperang melawan saudara seiman sendiri yang terpapar moderasi atau yang tercekoki karenananya, hingga ada yang menjadi pilot project barat dalam menggaungkan gagasan moderasi. Bahkan keluarga muslimpun harus resah, karena lingkungan pesantren yang menjadi solusi lingkungan yang kondusif untuk generasi muslim, yang mana lingkungan luar semakin liar, bebas dan mengerikan. Kini kembali harus khawatir karena bisa terpapar moderasi buah dari seriusnya pilot project negara memblow up moderasi menjadi modul sekolah untuk dijadikan pedoman bagi guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Tidak hanya itu, moderasi juga diwujudkan dengan bentuk perubahan kurikulum madrasah dan pesantren, khususnya untuk kajian fikih dan sejarah yang dipandang telah mengajarkan Islam garis keras.
Berpegang Teguh Pada Islam, Raih Kemenangan
Umat Islam harus sadar bahwasanya, Islam adalah agama yang hak yang tidak ada cacat cela karena berasal dari Zat Yang Maha Pencipta. Yang tidak layak digantikan atau tidak sebanding dengan aturan buatan manusia seperti kapitalis atau Komunis. Dan berbagai macam krisis dunia yang terjadi saat ini, akan bisa terselesaikan dengan konsep dan sistem Islam.
Umat juga mesti sadar kemuliaannya hanya ada pada Islam, ketika mereka berpegang teguh pada syariat Islam, menjalankan seluruh perintah tanpa memilah-memilih. Umat harus dekat dan kenal lebih dalam dengan agamanya sehingga mereka tidak merasa asing apalagi phobia terhadap agamanya sendiri.
Meski tantangan dakwah semakin berat, semoga para pengembangan dakwah tetap sabar dan istikamah dalam mengemban dakwah hingga kemenangan mampu diraih. Karena sejatinnya bagi pejuang agama Allah Swt, tidak pernah merugi. Jika hidup ia mulia, jika mati ia syahid dengan jaminan surga yang lebih baik dibanding kehidupan fana dunia.
Wallahu'alam bishshawab.
Post a Comment