Definition List

Azan Sebagai Syiar, Bermasalah di Negeri Muslim Terbesar

Oleh: Khaireen (Penulis)


Pernyataan Menteri Agama (Menag), Yaqut Chalil Qaumas yang membandingkan suara azan dengan suara gonggongan anjing menuai banyak kecaman dari masyarakat. Dalam pernyataannya terkait Surat Edaran (SE) Nomor 05 tahun 2022 tentang Pedoman Penggunaan Pengeras Suara Masjid dan Musala, Menag mengilustrasikan betapa terganggunya jika kita hidup dalam satu komplek, dimana tetangga kiri, kanan, depan dan belakang memelihara anjing kemudian menggonggong  dalam waktu bersamaan layaknya suara azan yang berkumandang secara bersamaan.


Hal senada disampaikan oleh Aktifis Jaringan Islam Liberal dan Pegiat Media Sosial, Muhamad Guntur Romli. Dia mendukung Surat Edaran yang diterbitkan Menag dengan mengatakan bahwa tidak perlu ada pengeras suara untuk memanggil Tuhan dengan azan dan doa-doa karena Tuhan tidak tuli, cukup dengan suara hati saja maka Tuhan sudah mendengar. Dikutip dari YouTube CokroTv, Sabtu (26/02).


Analogi yang digunakan Menag jelas tidak tepat. Menyejajarkan sesuatu yang agung dalam Islam dengan makhluk seperti anjing jelas sangat melukai hati umat Islam. Begitupun apa yang disampaikan oleh Guntur Romli juga tidak benar. Panggilan azan bukan ditujukan untuk memanggil Tuhan, tetapi memanggil manusia (muslim) untuk memenuhi seruan Tuhannya dengan salat.


Pernyataan kontroversial seorang pejabat publik itu jelas tidak berdasar. Karena selama bertahun-tahun di negeri ini belum ada yang mempermasalahkan azan sebagai syiar Islam mengganggu kehidupan mereka. Mungkin ada pihak-pihak yang terganggu tetapi sangat kecil kemungkinannya.


Mempermasalahkan sesuatu yang selama ini tidak pernah dipermasalahkan tentu akan membuat publik bertanya-tanya. Akan muncul pertanyaan kenapa suara azan yang hampir setiap hari dikumandangkan di seluruh pelosok negri tiba-tiba dianggap mengganggu bahkan harus dibatasi volume suaranya. Justru hal-hal yang harus diurus bahkan lebih urgen untuk diurus malah tidak diutamakan. Sebenarnya ada apa?


Maka tidak mengherankan jika timbul banyak spekulasi terkait masalah itu. Salah satunya adalah pernyataan yang mengatakan bahwa hal-hal itu sengaja dimunculkan untuk menutupi suatu borok agar tidak tercium oleh publik. Agar perhatian publik terfokus pada masalah-masalah yang membuat mereka tidak menyadari permasalahan besar yang mengintai mereka.


Ketika ada isu besar yang merugikan rakyat, selalu dimunculkan isu-isu sensitif terkait Islam. Umat Islam dijadikan objek sebagai kambing hitam untuk menutupi kebobrokan kebijakan yang dibuat. Umat Islam dijadikan pencetus intoleransi serta memonsterisasi ajarannya.


Semua ini tidak terlepas dari ketakutan musuh-musuh Islam akan kembalinya persatuan dan kekuatan Islam. Mereka, para musuh-musuh Islam menyebarkan Islamofobia di seluruh negeri tak terkecuali negeri-negeri Islam yang mayoritas  memeluk Islam. Mereka tidak akan tinggal diam sampai agama ini hilang dari muka bumi karena kedengkian mereka. Walaupun Islam tetap ada pada individu-individu kaum muslimin, yang terpenting bagi mereka Islam tidak dijadikan landasan hidup. Jadi Islam dipisahkan dari kehidupan (sekulerisme).


Begitulah keadaan kaum muslimin ketika tidak ada institusi yang menjaga dan melindungi mereka. Orang-orang kafir sangat mudah untuk merusak dan mengadu domba persatuan umat melalui makar-makar jahat mereka. Isu terorisme, radikalisme, intoleran, anti kebinekaan telah nyata bercokol di hati umat. Gambaran Islam yang rahmatan lil 'alamin dikaburkan dengan islamofobia.


Tapi sebaik-baiknya mereka (kaum kafir) membuat makar, tetap makar Allah yang paling baik. Sebagaimana yang Allah firmankan dalam Qur'an Surat Ali Imran ayat 54 yang artinya:


"Dan mereka (orang-orang kafir) membuat tipu daya, maka Allah pun membalas tipu daya. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya".


Wallhu a'lam bhi ash-shawab

Post a Comment

Previous Post Next Post