Pilarmabda.com |
Oleh : Ermawati (Pemerhati Umat, dan Pendakwah Ideologis)
Pembangunan infrastruktur menjadi salah satu fokus pemerintahan rezim saat ini. Menurut Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu, infrastruktur merupakan faktor pendukung penting untuk mempercepat pertumbuhan.
Dalam rangka pembangunan infrastruktur tersebut pemerintah juga butuh pendanaan besar. Sebab, anggaran negara tidak akan cukup, sehingga butuh keterlibatan swasta. Oleh sebab itu, diluncurkan program kerja sama pemerintah dengan badan usaha alias KPBU. Skema ini mendorong kemitraan dari sektor swasta dalam rangka pembangunan.
"Pembangunan infrastruktur yang berkualitas dan memadai membutuhkan pendanaan yang besar. Anggaran pemerintah saja tidak dapat sepenuhnya memenuhi kebutuhan pendanaan, sehingga diperlukan keterlibatan swasta untuk pembiayaan infrastruktur. Kemitraan publik-swasta dengan pemerintah telah menjadi sangat penting secara global," ungkap Febrio dalam webinar Post-Pandemic Infrastructure and Global Public Goods in the G20. Detik.com, Jakarta (18/2/2022 ).
Pemerintah seakan buta dengan kebijakan yang ia buat, karena selalu bertentangan dengan kesejahteraan rakyatnya. Pemerintah lebih mengutamakan pembangunan infrastruktur yang menurutnya untuk kemajuan bangsa ini karena dengan banyaknya infrastruktur yang terbangun akan banyak mendatangkan para investor asing untuk menanam saham. Padahal jika dilihat dari segi keuangan bangsa kita sekarang ini sedang mengalami kemerosotan keuangan. Bahkan pemerintah tidak ragu mengambil dana yang seharusnya dana itu untuk kepentingan rakyat yang lain, contohnya seperti dana haji yang seharusnya digunakan untuk memberangkatkan para jemaah untuk pergi haji terpaksa tertunda dengan berbagai alasan. Karena dananya dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur. Sehingga rakyatlah yang pada akhirnya merasakan dampak dari pembangunan ini karena pemerintah berpihak kepada para investor asing. Padahal keberpihakan yang seperti itu tidak dibenarkan
Sebagaimana Nabi SAW pernah berpesan:
عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ وَنَحْنُ تِسْعَةٌ خَمْسَةٌ وَ أَرْبَعَةٌ أَحَدُ الْعَدَدَيْنِ مِنَ الْعَرَبِ وَاْلآخَرُ مِنَ اْلعَجَمِ فَقَالَ إِسْمَعُوْا هَلْ سَمِعْتُمْ أَنَّهُ سَيَكُوْنُ بَعْدِيْ أُمَرَاءُ فَمَنْ دَخَلَ عَلَيْهِمْ فَصَدَّقَهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَأَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَلَيْسَ مِنِّي وَلَسْتُ مِنْهُ وَلَيْسَ بِوَارِدٍ عَلَيَّ الْحَوْضَ وَمَنْ لَمْ يَدْخُلْ عَلَيْهِمْ وَلَم يُعِنْهمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ وَلَمْ يُصَدِّقْهُمْ بِكَذِبِهِمْ فَهُوَ مِنِّي وَأَنَا مِنْهُ وَهُوَ وَارِدٌ عَلَيَّ الْحَوْضَ.
"Dari Ka’ab bin ‘Ujrah (diriwayatkan) ia berkata: Rasulullah saw menghampiri kami, kami berjumlah sembilan, lima, dan empat. Salah satu bilangan (kelompok) dari Arab sementara yang lain dari ‘Ajam. Beliau bersabda: Dengarkan, apa kalian telah mendengar bahwa sepeninggalku nanti akan ada pemimpin-pemimpin, barangsiapa yang memasuki (berpihak kepada) mereka lalu membenarkan kedustaan mereka serta menolong kezaliman mereka, ia tidak termasuk golonganku dan tidak akan mendatangi telagaku. Barangsiapa tidak memasuki (berpihak kepada) mereka, tidak membantu kezaliman mereka dan tidak membenarkan kedustaan mereka, ia termasuk golonganku, aku termasuk golongannya dan ia akan mendatangi telagaku."
Seperti ini jika hidup dalam sistem kapitalis dimana pemerintah lebih berpihak atau mendengarkan para penguasa tanpa mempedulikan kesejahteraan dan kesehatan rakyatnya mau makan apa dan bagaimana jika mereka sakit karena kita dituntut untuk pintar dan mandiri dalam mengatasi kesulitan hidup. Memang sudah semestinya Islam bangkit karena rakyat butuh pemimpin yang menjalankan aturan berdasarkan hukum-hukum Allah Swt. Sehingga semua kebutuhan rakyat dapat tercukupi, kesehatan dan pendidikan juga terjamin, dan rakyat tidak perlu susah payah dalam memenuhi kebutuhan hidupnya karena memiliki pemimpin yang amanah, jujur, dan adil yang menjalankan kepemimpinannya di atas al-Qur'an dan as-Sunah.
Waallahu a'lam bish-shawab
Post a Comment