Definition List

Mental Illness Menjangkiti Kaum Ibu di Era Sekuler Kapitalis

Oleh: Khaireen ( Penulis)


"Ketika Ibu bahagia, maka seisi rumah akan bahagia". (Muslimah terapist)

Benar saja, ungkapan di atas menunjukkan betapa pentingnya kaum perempuan terutama ibu untuk memiliki pemikiran dan perasaan yang akan membuatnya tetap waras. Ketika seorang ibu dalam keadaan bahagia, maka vibrasi kebahagiaan itu akan mudah dirasakan oleh anggota keluarganya. Tapi ketika seorang ibu sedang rungsing, maka tak heran jika keadaan di rumah itu dirasa kurang nyaman.


Disini pentingnya peran seorang ibu dalam memanage setiap emosi yang sedang dialaminya. Memiliki kemampuan pengendalian emosi dan melepaskannya secara tepat. Memiliki pemahaman yang banyak tentang cara penyaluran masalah yang diderita. Serta memiliki keimanan dan ketaqwaan yang kokoh sebagai benteng problematika.


Masih hangat dalam ingatan, beberapa hari yang lalu kita dikejutkan oleh seorang ibu muda yang tega membunuh darah dagingnya sendiri. Sebut saja Kanti Utami, ibu muda yang berusia 35 tahun tega menggorok ketiga anak kandungnya. Satu dari ketiga anaknya meninggal dunia, dan dua diantaranya selamat. Alasan yang dikemukakan bahwa ia tidak ingin anaknya hidup susah, dengan membunuh ketiga buah hatinya berarti telah menyelamatkan mereka dari penderitaan hidup. Ia juga mengatakan bahwa sudah puluhan tahun memendam rasa sakit akibat trauma masa lalu. Viva.co.id


Belum selesai publik dikabarkan dengan berita miris itu, muncul lagi peristiwa yang sama. Seorang ibu di Jember, Faridatul Nikmah (25)  membuang bayinya ke dalam sumur yang berada di dapur rumahnya. Usia bayi tersebut baru menginjak 40 hari. Alasan ia tega membunuh bayinya karena sering dibully lantaran dianggap sebagai wanita yang kurang sempurna karena tidak mampu memberi ASI untuk anaknya. Ia menggantinya dengan susu formula. Kata Kasat Reskrim Polres Jember AKP Komang Yogi Arya Wiguna, Selasa (29/03/2022). detikjatim


Itu baru sekelumit kasus yang terblow up oleh media. Bisa dipastikan kasus diluaran sana akan lebih banyak. Jika diibaratkan seperti gunung es, dimana yang tampak dipermukaan lebih kecil dibandingkan yang ada di bawah Permukaan. Ini membuktikan bahwa kesehatan mental kaum emak-emak berada di titik yang sangat menghawatirkan.

Mental illness yaitu suatu kondisi dimana seseorang merasakan gejala-gejala yang menyerang fisik maupun psikis yang berkaitan dengan emosi. Dalam kasus orang tua membunuh anak (filicide) sebagaimana kasus di atas merupakan efek dari masalah kesehatan mental yang sering dialami kaum ibu. Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan mental seorang ibu. Diantaranya pengalaman traumatik, faktor keturunan dan menggunakan zat psikotropika.


Kesalahpahaman masyarakat tentang orang yang mengidap gangguan mental ini sering dikaitkan dengan "orang gila", sehingga stigma negatif ini yang membuat para penyandangnya merasa malu untuk mencari bantuan. Ditambah lagi ketidaktahuan masyarakat bahwa yang mereka butuhkan adalah dukungan dan ruang yang aman untuk mendukung kesehatan mental para ibu. Bukan malah menghakimi atau menjudge yang akan memperparah kondisinya.


Semua ini terjadi tak lepas dari sistem yang diterapkan, yaitu sekuler kapitalisme. Dimana mental sakit ini dibentuk secara terstruktur. Bagaimana tidak, ketika agama dipisahkan dari kehidupan. Maka seseorang atau lebih tepatnya seorang ibu akan merasakan jika agama tidak akan membantu menyelesaikan segala masalah yang sedang dihadapi. Akibat pemisahan ini, ia hanya menganggap agama hanya persoalan ibadah saja, tanpa menyadari adanya hubungan yang lebih dengan Sang Pencipta. Sehingga hilanglah sikap tawakal dan mengikis keimanannya.


Akibat sistem sekuler ini pula, kehidupan masyarakat dibentuk menjadi individualis. Ketika ada salah satu anggota masyarakatnya yang mengalami gangguan mental ini malah dibiarkan saja tanpa memberi solusi atau dukungan moral yang menguatkan. Lebih parahnya lagi dengan menghakimi tanpa tahu sebab musababnya .


Dalam sistem fasad ini, kebahagiaan seseorang akan bisa diraih jika kebutuhan fisik terpenuhi. Maka tidak heran jika apapun dilakukan demi mendapatkan materi yang sebanyak-banyaknya. Orang-orang berwatak sekuler kapitalis, akan melakukan berbagai cara agar mendapatkan harta sebanyak-banyaknya tanpa melihat halal haram. Sifat serakah yang dimiliki para kapitalis inilah yang membuat kerusakan tersistem pada masyarakat.


Mereka (para kapitalis) yang memegang kebijakan utama pada pemerintahan. Setiap aturan yang dikeluarkan tidak lepas dari peran para korporasi ini. Jadi, aturan yang katanya untuk kepentingan rakyat, sejatinya untuk kepentingan para pemilik modal. Kita lihat saja berbagai kebijakan yang dibuat, seperti dikelurkannya Omnibuslaw termasuk UU Ciptaker di dalamnya, pemaksaan BPJS sebagai syarat untuk mengurusi segala hal, pencabutan BBM bersubsidi, Kenaikan PPn 11%, proyek IKN yang dipaksakan, serta karut-marutnya penanganan minyak goreng dan kebutuhan pokok lainnya. Ini semua yang membuat masyarakat harus putar otak memenuhi kebutuhan hidupnya. Trigger (pemicu) inilah yang membuat seseorang yang tidak kuat mental terutama kaum ibu saat menghadapi kehidupan yang demikian pelik, membuat mereka harus hidup dengan tekanan yang terstruktur. Maka wajarlah jika banyak kasus filicide.


Untuk langkah preventif, kita harus mempelajari Islam secara kaffah. Islam adalah agama yang sempurna, dimana segala problematika kehidupan bisa diselesaikan dalam Islam (problem solver). Dengan lebih mendekatkan diri pada Allah Sang Pencipta serta mengkaji Islam secara keseluruhan bisa membuat kita terhindar dari mental sakit ini. Hempaskan sekulerisme yang merupakan biang segala masalah, yang akan menjauhkan kita dari nilai-nilai Islam yang sebenarnya, mengacaukan pemikiran dan menggerus identitas kita sebagai umat terbaik.


Sebagaimana Allah SWT. berfirman dalam Qur'an surat Ali Imran ayat 110, yang artinya:

"Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah ..."

Jadi, untuk memutus rantai mental illness ini dibutuhkan perubahan mendasar, yaitu perubahan sistem yang berdasar pada aturan Sang Pencipta. Dengan aturan yang diemban oleh negara yang akan menerapkan syariah Islam kaffah yang sudah terbukti kurang lebih 13 abad lalu mensejahterakan manusia.


Negaralah yang akan menciptakan suasana kondusif di tengah-tengah masyarakat. Menjadikan individu-individu yang berkepribadian Islam, serta masyarakat yang mempunyai pemikiran, perasaan dan peraturan yang sama yaitu Islam, sehingga menjadi masyarakat yang peduli, gemar beramar ma'ruf nahyi mungkar.


Negara akan menjamin kebutuhan tiap warganya. Karena negara bertindak sebagai periayah urusan umat. Dengan menciptakan lapangan kerja sebesar-besarnya untuk para laki-laki, sehingga para ibu tidak perlu ke luar rumah demi memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Mengelola SDA sebaik-baiknya untuk kemaslahatan umat serta menggratiskan biaya pendidikan dan kesehatan yang berkualitas.


Dengan demikian, tidak akan kita temui para ibu yang mengalami gangguan mental seperti yang terjadi di sistem sekuler kapitalis. Para ibu akan dipersiapkan menjadi Ummun warobatul bait, pendidik generasi cemerlang yang akan melahirkan pribadi-pribadi tangguh demi kejayaan Islam. Karena aturan yang dipakai adalah aturan yang sesuai fitrah manusia dan memuaskan akal yang berasal dari Dzat yang Maha Pencipta.


Wallahu a'lam bhi ash-shawab

Post a Comment

Previous Post Next Post