Definition List

Perempuan Tangguh Pencetak Generasi Gemilang

 

Oleh: Eti Setyawati


Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS An-Nahl 97)

Perempuan khususnya ibu adalah sosok penting dalam keluarga meski tak menafikan peran ayah sebagai kepala keluarga. Perempuan lebih dominan dalam pengelolaan rumah tangga dan pola asuh anak. Dari rahim perempuan akan lahir tokoh, ulama, cendekiawan, politikus, atau generasi-generasi cemerlang lainnya. Sebaliknya dari kegagalan pola asuh perempuan akan muncul anak-anak nakal yangt erjerumus pada pergaulan bebas, narkoba, kejahatan atau perbuatan tersesat lainnya.

Sejak dahulu perempuan dalam kehidupan sosialnya terhalangi oleh persepsi yang kurang menguntungkan. Persepsi ini terlanjur berkembang dan membudaya dalam masyarakat hingga membatasi ruang geraknya. Perempuan diposisikan sebagai makhluk lemah yang harus dilindungi. Stigma itu yang akhirnya melekat mengakibatkan terciptanya sebuah kondisi sosial yang menempatkan perempuan hanya sebagai konco wingking atau populer dengan dapur, sumur, kasur. Sesungguhnya, perempuan juga berhak mendapatkan kesempatan menggali kemampuannya agar dapat berkiprah di tengah masyarakat.

Seperti yang diungkapkan Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof. Dr. Hj. Marhumah, M.Pd bahwa inti dari ajaran Islam itu tidak membeda-bedakan derajat seseorang berdasarkan jenis kelamin. Semua manusia baik laki-laki maupun perempuan memiliki kedudukan yang sama di sisi Allah. (tribunnews.com, 16/12/2020)

Dijelaskan pula dalam Al-Qur'an, "Para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Akantetapi para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan dari pada istrinya." (QS Al-Baqarah 282)

Tanggung jawab perempuan tidaklah ringan. Sebagai seorang ibu, harus bisa menjadi contoh bagi anak-anaknya. Tak sekedar mengasuh tapi juga mendidik, memberi teladan yang baik, menanamkan norma-norma kebaikan, menjadi sandaran bagi anak-anaknya mencurahkan perasaan dan pikirannya. Dalam keseharian ibulah yang hadir mendampingi anak-anaknya. Kedekatan emosional inilah yang harus dibangun agar dapat menghantarkan anak-anaknya menuju gerbang kesuksesan.

Tak hanya itu, ketika seorang suami harus kehilangan penghasilannya karena Pemutusan Hubungan 

Kerja (PHK), acapkali perempuanlah yang maju menjadi “garda depan” menyelamatkan perekonomian

keluarganya. Tangan halusnya harus berjibaku dengan keadaan demi menutupi kebutuhan keluarga. Sosoknya mampu berperan ganda tak hanya sebagai istri atau ibu bagi anak-anaknya, ia pun mampu menjadi single parent menjadi tulang punggung keluarga. Dalam satu waktu perempuan mampu malakukan beberapa aktivitas sekaligus. Sesuatu yang tak mampu dilakukan oleh seorang laki-laki yang fokus hanya pada satu pekerjaan.

Inilah istimewanya perempuan. Hingga Islam pun memandang bahwa ibu dianggap lebih mulia 

dari pada ayah. Seperti riwayat sebuah hadis,“Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak untuk kuperlakukan dengan baik?” Beliau berkata, “Ibumu.” Laki-laki itu kembali bertanya, “Kemudian siapa?”, tanya laki-laki itu. “Ibumu”. Laki-laki itu bertanya lagi, “Kemudian siapa?”, tanya laki-laki itu.”Ibumu”., Kemudian siapa?” tanyanta lagi. “Kemudian ayahmu”, jawab beliau.” (HR Bukhari dan Muslim).

Suatu kemuliaan yang dimiliki perempuan mulai dari mengandung, melahirkan, menyusui hingga mengasuh anak-anaknya tumbuh dewasa dengan penuh kasih sayang. Tidak ada peran yang lebih 

mendatangkan pahala banyak melainkan peran mendidik anak-anaknya menjadi anak yang Allah rida kapadanya. Karena anak-anaknyalah sumber pahala dirinya dan sumber kebaikan untuknya. Peran optimal perempuan telah menjadikannya sebagai pihak yang turut andil dalam terwujudnya peradaban yang gemilang.

Sejatinya, tidak semua perempuan lemah sebagian justru terlahir sebagai pribadi-pribadi yang tangguh. Seperti kisah Rumaisha, ketika putranya meninggal justru berdandan cantik. Menyediakan hidangan 

makan dan minum untuk suaminya Abu Thalhah. Melayani suaminya dengan layanan yang lebih baik dari sebelum-sebelumnya. Sampai ketika suaminya sudah kenyang dan tercukupi keperluannya 

Rumaisha akhirnya berkata pada suaminya bahwa anaknya sudah diambil nyawanya. Abu Thalhah terlihat marah lalu pergi menemui Rasulullah dan menceritakan apa yang terjadi. Rasul pun berdoa, “ Ya Allah berikanlah keberkahan kepada mereka berdua.” Tak lama kemudian Rumaisha pun hamil dan melahirkan seorang anak yang kemudian anak ini memiliki sepuluh keturunan yang kesemuanya bisa menghapal Al-Qur’an dan membawa ilmu untuk disebarluaskan ke seluruh pelosok negeri.

Tak hanya memiliki kesabaran dan keimanan pada Allah, Rumaisha juga berperan dalam penyebaran dakwah Islam. Pada saat perang Hunain membantu memberikan minuman kepada para pejuang dan mengobati mereka yang terluka. Sebilah pedang pun dibawanya turun ke medan pertempuran, hingga Abu Thalhah bertanya, “Mengapa engkau membawa pedang itu?” Rumaisha menjawab, “Jika ada seorang musyrik mendekat kepadaku maka akan aku robek isi perutnya.” Hal ini pun oleh abu Thalhah disampaikan kepada Rasulullah. Dan dalam satu riwayat dari Anas bahwasanya Rasulullah pernah bersabda, “Aku pernah memasuki surga, lalu aku mendengar langkah kaki di hadapanku. Ternyata di 

hadapanku ada Ghumaisha (Rumaisha) binti Mulhan.” (HR. Muslim)

Seiring perkembangan zaman, kini perempuan tak harus menghunus pedang maju ke medan 

pertempuran . Karena yang harus dihadapi saat ini adalah perang pemikiran atau Ghazwul Fikri yaitu cara lain dari musuh-musuh Islam untuk meracuni pikiran umat agar jauh dari Islamnya serta merusak 

sendi-sendi keislamannya. Mereka berusaha melumpuhkan akal dan pikiran umat dari kebenaran ajaran Islam kafah. Secara tak sadar diajak mengikuti pola pikir ala sekuler sehingga mudah saja menerima paham pluralisme, liberal, materialis dan kapitalis. Dengan begitu mereka akan berfikir dari sudut pandang paham tersebut. Kaum muslim saat ini lebih banyak mengikuti budaya-budaya atau tren-tren dari Barat seperti cara berpakain, musik, gaya hidup dan lainnya. Cukup menjadi bukti umat diwarisi pemikiran-pemikiran sekuler, dan tanpa disadari mengganggap benar perbuatan tersebut.

Perlu upaya yang sungguh-sungguh untuk mengembalikan kejayaan Islam yang runtuh. Di tangan para perempuan jua harapan disandarkan. Ibu sebagai Madrasatul Ula harus mulai menanamkan nilai-nilai ketauhidan, keislaman dan akhlak sajak dini. Mendidik sedari kecil dapat memberi dampak yang luar biasa nantinya hingga anak memiliki kepribadian yang baik dan berkualitas. Tidak lembek dan tahan terhadap tantangan. Di balik kelembutan perempuan, ia mampu diandalkan untuk mendayagunakan potensi umat yaitu dengan membangun sumber daya manusia yang tangguh. Diharapkan lahir jundi-jundi penerus perjuangan Islam.


Wallahua’lam bishshowab.

Post a Comment

Previous Post Next Post