Oleh : Lia Haryati, S.Pd.I
(Pengamat Politik, Pendakwah Ideologis dan Pendidik)
Hampir dua tahun lebih kegiatan Akbar apapun tertunda karena wabah Covid-19. Namun, Ironis di Negeri yang mayoritas penduduknya muslim, ingin mengadakan kegiatan mulia seperti kajian bernuasa Islam harus dibatalkan bahkan berujung pada pembubaran dengan alasan yang kurang jelas. Seperti kasus dibatalkan sebuah acara Muslim Life Fair.
Dalam lima Events dan Komunitas Pengusaha Muslim Indonesia (KPMI) sebagai pihak penyelenggara Muslim Life Fair melalui akun Instagram resmi @muslimlifefair telah menginformasikan pembatalan acara kajian pada Jum'at lalu. Akan tetapi, tidak ada penjelasan atas alasan mengapa acara tersebut dibatalkan begitu saja, disaat ada ribuan pengunjung yang sudah membeli tiket, bahkan ada pula sebagian jamaah kajian yang telah hadir di lokasi tersebut, demi memperoleh pencerahan ilmu.
"Qadarallahu, karena satu dan lain hal kajian off line tidak dapat dilaksanakan. Jazakumullah khairan, silahkan mengunjungi booth pameran Muslim LifeShop dengan booth-booth yang menarik di Lantai 1 dan 2 serta ikuti workshop yang ada di classroom dan kids corner," demikian pengumuman resmi dari pihak penyelenggara, LIMA Events dan Komunitas Pengusaha Muslim Indonesia (KPMI).
Dan pihak penyelenggara Muslim Life Fair akhirnya buka suara terkait pembatalan acara kajian pada Sabtu lalu. Ketua KPMI, Rachmat Sutarnas Marpaung, mengatakan pembatalan dilakukan atas permintaan dari otoritas terkait yang enggan dia jelaskan secara rinci. (www.bisnis.com, 26/03/22)
Kekecewaan yang teramat berat bagi jamaah apalagi mereka yang sudah membeli tiket, bahkan meluangkan waktu hanya untuk memperoleh ilmu agama. Namun, hal demikian haruslah dirasakan dimana acara pengajian dibubarkan, dibatalkan tanpa kejelasan sangat jauh berbeda ketika konser band dan musik lain digelar tanpa lagi mengindahkan Prokes. Sedih rasanya ketika masyarakat yang ingin cerdas justru terhalang pada satu sebab.
Berbeda jauh dengan koser yang kembali digelar Joyland Festival menjadi penanda suksesnya konser besar. Yang berlangsung selama tiga hari pada 25–27 Maret, festival yang menyajikan beragam aktivitas itu dilaksanakan dengan meriah dan besar di Taman Bhagawan, Bali.
The Panturas sukses membuka perhelatan Joyland keempat ini dengan meriah. Grup musik beraliran surf rock itu memilih Fish Bomb sebagai lagu awalan untuk menggemparkan suasana Joyland Stage. Selanjutnya, mereka membawakan lagu terbarunya berjudul Tipu Daya. Penampilan selanjutnya, ada Yura Yunita. Jum'at, (www.jawapos.com, 27/03/22)
Seolah pemimpin sedang mengarahkan masyarakat untuk jauh dari nilai-nilai agama, di sisi lain terasa kental dengan budaya Barat yang hedonis, individualis, tanpa lagi mengindahkan syariat Islam.
Dahulu kita kenal sosok Harun Ar-Rasyid, seorang khalifah ke lima dari kekalifahan Abbasiyah dan memerintah pada tahun 786 hingga 803, berasal dari Yaman.
Meski berasal dari dinasti Abbasiyah, Harun Ar-Rasyid dikenal dekat dengan keluarga Barmak dari Persia (Iran). Pada masa mudanya, Harun banyak belajar dari Yahya ibn Khalid Al-Barmak.
Di era pemerintahan Harun, yang dilanjutkan oleh Ma'mun Ar-Rasyid, dikenal sebagai masa keemasan Islam (The Golden Age of Islam), sebab di mana saat itu, Kota Baghdad menjadi salah satu pusat ilmu pengetahuan dunia.
Pada masa pemerintahannya:
1. Mewujudkan keamanan, kedamaian serta kesejahteraan rakyat.
2. Membangun sarana pendidikan, kesenian, kesehatan, dan perdagangan.
3. Mendirikan Baitul Hikmah, sebagai lembaga penerjemah yang berfungsi sebagai perguruan tinggi, perpustakaan, dan penelitian.
4. Membangun majelis Al-Muzakarah, yakni lembaga pengkajian masalah-masalah keagamaan yang diselenggarakan di rumah-rumah, masjid-masjid, dan istana.
Demikianlah. Ajaran Islam seharunya bukan sesuatu yang ditakuti, dianggap radikalis. Ajaran Islam sebagai bentuk penjaga umat dari bentuk-bentuk kedzaliman. Bahkan kemuliannya membawa Rahmat bagi seluruh alam semesta. Tapi sayangnya, saat ini Islam di moderisasi dengan label jahat. Begitulah pentingnya peran Negara untuk menjalankan roda pemerintahan dengan efektif dalam upaya preventif kuratif dalam penjagaan akidah umat. Maka, tugas pemerintah seharusnya memberikan peluang, atau menyediakan sarana prasarana untuk berjalannya suatu ilmu mendirikan majelis-majelis keagamaan bukan malah sebaliknya. Semoga kepemimpinan Islam kembali memimpin peradaban dunia. Aamiin
Dari Ibnu Umar RA dari Nabi Saw bersabda :
"Setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawaban atas kepemimpinannya. Seorang kepala Negara adalah pemimpin atas rakyatnya dan akan diminta pertanggung jawaban perihal rakyat yang dipimpinnya."
Wa'allahu'alam bishawab
Post a Comment