Definition List

Mampukah Sistem Kapitalis Sekuler Menyelesaikan Kasus Pemurtadan?


Oleh: Dewi Ummu Hazifa (Pemerhati Umat)



Allah Subhanahu wata'ala berfirman:


وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا ۖوَاذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَاۤءً فَاَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهٖٓ اِخْوَانًاۚ وَكُنْتُمْ عَلٰى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنْقَذَكُمْ مِّنْهَا ۗ كَذٰلِكَ

يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ


"Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk." (Q.S. Ali 'Imran : 103).


Pada ayat ini Allah memerintahkan agar kaum mukmin menjaga persatuan dan kesatuan. Dan berpegangteguhlah serta berusahalah sekuat tenaga agar kaum mukmin semuanya saling membantu untuk menyatu dalam tali agama Allah, agar kaum mukmin tidak tergelincir dari agama Allah. Dan janganlah kamu bercerai berai, saling bermusuhan dan saling mendengki, karena semua itu akan menjadikan kamu lemah dan mudah dihancurkan. Perpecahan merupakan sebab dari timbulnya kerusakan, sementara persatuan merupakan sebab dari keselamatan atau kemakmuran.

Tafsir Ringkas Surat Ali ‘Imran Ayat 103 dari Kementrian Agama RI.


Namun saat ini kita menyaksikan sebagian kaum muslim begitu mudah melepas tali agama yang sudah mereka yakini sejak lama. Mereka dengan mudah melepas keyakinannya berganti dengan keyakinan lain dengan alasan sulitnya ekonomi dan rapuhnya dinding keimanan di dalam jiwa mereka. Bahkan cukup mengejutkan ada dugaan peristiwa di kabupaten Langkat pindah keyakinan secara massal. 


Dikabarkan di daerah kabupaten Langkat, Sumatera Utara (Sumut), sejumlah warganya berpindah keyakinan dari agama Islam (murtad). Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumut mengungkap ada faktor eksternal dan internal yang diduga mereka memilih keluar dari keyakinannya. Menurut Kepala Bidang Dakwah MUI Sumatera Utara, M. Hatta, kepada detikSumut, Minggu, Jakarta (detik.news.15/5/2022).


Akan tetapi MUI Sumut setelah melakukan kroscek ke lapangan mengklarifikasi bahwa berita kasus pemurtadan itu tidak terbukti.


"Setelah dikroscek ke MUI Langkat, mereka sudah melakukan pengecekan ke lapangan ternyata tidak ada yang murtad," kata Sekretaris Umum MUI Sumut, Prof Asmuni, kepada detikSumut, Selasa (17/5/2022).


Namun bagi umat muslim harus tetap waspada akan ancaman gelombang pemurtadan, karena kasus seperti ini diduga pernah dan berulang terjadi di negeri ini, sehingga muncul dugaan adanya tindakan pemurtadan secara sistematis. 


Jika dilihat terjadinya kasus perusakan akidah ini, bahkan belum ada titik terang penyelesaiannya, ini memberikan sinyal pada kita bahwa bencana akidah ini perlu ditanggapi dengan serius. Oleh karena itu, kita perlu mencari tahu penyebab pemurtadan ini dan penyelesaiannya.


Jika kita cermati lebih dalam bahwa penyebab dari murtadnya seseorang ada dugaan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu internal dan eksternal. 


Faktor internal berasal dari dalam diri kaum muslim itu sendiri. Kurang kuatnya keimanan dalam diri seorang muslim menyebabkan mereka dengan mudah dapat dibujuk dan dirayu, serta dengan gampangnya mereka bertekuk lutut kepada para musuh Islam yang jelas-jelas ingin menjauhkan akidah Islam dari kehidupannya. Keimanan mereka tukar dengan kenikmatan dunia yang tidak seberapa, yang rata-rata karena kebutuhan ekonomi dan percintaan.


Lemahnya keimanan kaum muslim pada saat ini terjadi karena kaum muslim hidup dalam sistem kapitalis sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan, sistem ini telah menjauhkan kaum muslim dari agamanya, dan menyebabkan mereka enggan mempelajari Islam secara menyeluruh sehingga keimanan mereka terkikis sedikit demi sedikit dari jiwa dan akalnya. 


Kapitalis sekuler menyanjung kebebasan berakidah, sehingga sistem ini membolehkan warganya pindah-pindah agama, bahkan boleh tidak beragama. Akibat dari sistem kapitalis sekuler ini yang meninggikan akal dari pada ayat Al- Qur'an, dan tidak mengambil Al-Qur’an sebagai pedoman hidup, sehingga menjadikan kehidupan kaum muslim jauh dari petunjuk Sang Maha Kuasa.


Ajaran agama di sekolah sebatas pengetahuan saja. Di berbagai pesantren, ilmu agama banyak dipelajari, tetapi jauh dari praktik. Di sisi lain, masyarakat juga mendapat kebebasan menikmati konten-konten yang tidak sesuai dengan pemahaman agamanya, seperti cara berpakaian, berperilaku, gaya hidup, semua mengikuti kebiasaan Barat. Semua itu mampu menggerus keimanan seorang muslim.


Sedangkan sebab eksternal adalah adanya upaya-upaya sistemik yang dilakukan kelompok-kelompok tertentu sehingga menjadikan goncang keimanan dalam diri seorang muslim. Tidak bisa dimungkiri, tindakan seperti ini sebenarnya sudah lama terjadi menyerang kaum muslim. Melalui pendidikan, bantuan sosial, tawaran pekerjaan dan pernikahan, mereka melancarkan serangannya. Gerakan pemurtadan ini mengalami jatuh bangun, sampai mereka mampu dan berhasil melemahkan iman kaum muslim.


Ini tentu tidak berjalan sendiri, melainkan mendapat dukungan dan biaya dari musuh-musuh Islam. Hingga kapan pun, para musuh Islam tidak akan puas sebelum umat Islam berpaling dari agamanya sendiri. Allah Swt. berfirman:


“Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka. Katakanlah: 'Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya)’. Dan jika engkau mengikuti kemauan mereka setelah kebenaran sampai kepadamu, tidak akan ada bagimu pelindung dan penolong dari Allah." (TQS. Al-Baqarah: 120)


Maka dari itu sangat penting sekali kaum muslim menjaga akidah Islam, jika penjagaan akidah sulit untuk bertahan dalam sistem kapitalis sekuler, maka sangat penting bagi umat Islam untuk memilih sistem lain yang akan membuat akidahnya tetap terjaga, tidak mungkin kita berharap pada sistem sosialis komunis, karena paham ini juga tidak percaya adanya Sang Pencipta. Jadi, satu-satunya jalan adalah memilih sistem Islam sebagai solusi penjaga akidah umat.


Imam Al-Ghazali dalam kitab ‘Ihya Ulumuddin menyatakan, 


“Agama dan kekuasaan adalah seperti dua orang saudara kembar, keduanya tidak boleh dipisahkan. Jika salah satu tidak ada, yang lain tidak akan berdiri secara sempurna. Agama merupakan fondasi, sedangkan kekuasaan adalah penjaganya. Segala sesuatu yang tanpa fondasi akan runtuh,  segala sesuatu yang tanpa penjaga akan hilang.” 


Pernyataan ini menegaskan bahwa untuk menjaga akidah Islam diperlukan kekuasaan Islam (Khilafah). 


Sistem pemerintahan Islam memiliki cara untuk menjaga akidah umat dan menyelesaikan masalah pemurtadan. Di antaranya: Pertama, akidah Islam akan ditanamkan sejak dini dengan mendirikan sekolah dengan kurikulum berbasis Islam. Sejak awal para siswa dari tingkat dasar sampai tingkat tinggi akan diajarkan kurikulum ini. Prinsip belajar dalam Islam bahwa ilmu untuk diamalkan akan ditanamkan. Semua sekolah, baik negeri maupun swasta, wajib mengikuti kurikulum ini.


Kedua, dalam sistem Islam, Sekolah Dasar (SD) akan mengutamakan akidah Islam, demi mengokohkan akidah dan menjauhkan pemikiran yang bertentangan dengan Islam sedangkan pada jenjang yang lebih tinggi anak didik akan diberi pelajaran pemikiran asing  dengan menjelaskan kesalahannya. Hal ini agar kaum muslim memiliki akidah kuat sebelum mengkaji pemikiran lain.


Ketiga, setiap warga negara dapat menikmati kesempatan yang sama untuk mendapatkan ilmu ataupun mempelajari sains dan teknologi. Dan pemerintah dalam sistem Islam akan memberikan fasilitas secara gratis baik untuk siswa muslim ataupun nonmuslim selama menjadi warga Daulah Islam. Dengan begitu, diharapkan hidayah dapat masuk ke jiwa nonmuslim.


Keempat, menutup rapat semua aktivitas syirik, baik pemahaman maupun ritual yang jelas-jelas bertentangan dengan Islam, yang dapat merusak akidah umat.


Kelima, membubarkan organisasi yang beraktivitas menyalahi aturan Islam. Agar aktivitas pemurtadan bisa diminimalisir.


Keenam, memberikan sanksi tegas terhadap siapa saja yang melanggar aturan, baik yang berusaha menodai agama, melakukan kegiatan pemurtadan, maupun yang sengaja meninggalkan Islam (berupa hukuman mati).


Jika keenam langkah ini bisa dilakukan dengan baik, akidah umat akan terjaga, kaum muslim tidak perlu khawatir lagi dengan kegiatan- kegiatan yang dapat merusak akidah umat. Akan tetapi, semua ini hanya bisa dilaksanakan oleh pemimpinin umat Islam (Khalifah) dalam sistem pemerintahan Islam (Khilafah). Mustahil berharap pada sistem yang lain.


Kalau sudah begini, masihkah berharap dan mau mempertahankan sistem kapitalis sekuler? Sementara, akidah umat saat ini sedang dipertaruhkan.


Wallahualam bhishshawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post