Oleh Luth Balqist
Memasuki musim hujan bencana banjir mulai melanda beberapa daerah di Indonesia.
Wilayah Jakarta daerah yang tak pernah absen dilanda bencana banjir. Bahkan banjir di Jakarta mengakibatkan korban jiwa. Hujan deras yang terjadi pada Kamis (6/10) mengakibatkan bangunan tembok sekolah Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 19 Jakarta Selatan roboh dan mengakibatkan 3 orang siswa meninggal dunia.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta lsnawa Adji menyampaikan sebanyak 41 rukun tetangga (RT) terdiri dari 270 warga di Jakarta Selatan terendam banjir. Meliputi Kelurahan Pejaten Barat, Ragunan, Jati Padang, Kalibata, Pancoran, Pondok Labu, Cipete Utara, dan Tegal Parang. (katadata.co.id, 7/10/2022)
Selain wilayah Jakarta banjir juga melanda wilayah lainnya. Di wilayah Aceh Utara banjir melanda 12 kecamatan, berdampak pada 22.535 jiwa sejak Selasa (4/10).
Menurut juru bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Ahmad Muhari, warga yang terdiri dari 5.104 kepala keluarga terpaksa mengungsi ke musala dan dataran yang tinggi di 28 titik lokasi pengungsian.
Asnawi selaku Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Aceh Utara mengatakan curah hujan yang tinggi menyebabkan daerah aliran sungai (DAS) tidak mampu menampung debit air yang tinggi, ditambah air kiriman dari hulu Takengon dan Bener Meriah mengakibatkan banjir semakin meluas.
Dari hasil kajian cepat sebanyak 6.775 unit rumah terdampak, 500 hektar lahan persawahan terendam, dan 4 kantor pemerintahan terendam termasuk 1 gedung fasilitas kesehatan dan 1 gedung sekolah.
Selanjutnya Asnawi mengatakan bahwa BPBD Kabupaten Aceh Utara bersama tim gabungan dari unsur TNI, Polri, instansi terkait dan relawan serta masyarakat terus menyisir beberapa lokasi untuk evakuasi. (katadata.co.id, 6/10/2022)
Bencana banjir yang terus terjadi setiap tahunnya semakin menampakkan bahwa pemerintah tidak serius dalam menanggulangi bencana. Walaupun
BMKG selalu memberi peringatan namun upaya antisipasi dan mitigasi belum diperhatikan serius oleh pemerintah.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebutkan bahwa intensitas curah hujan hanya faktor pemicu terjadinya banjir. Kondisi lahan, saluran air dan kerusakan lahan dapat berpengaruh signifikan terhadap banjir.
Kebijakan penguasa yang semakin memperparah kerusakan alam sehingga alam kehilangan daya dukung lingkungannya. Kebijakan yang lahir dari sistem kapitalisme yang hanya memikirkan keuntungan sehingga pembangunan yang dilakukan bersifat eksploitatif.
Sistem kapitalisme juga melahirkan pemimpin yang tidak serius dalam mengurusi rakyatnya khususnya ketika terjadi bencana.
Sistem lslam melahirkan pemimpin yang mampu mengurus dan meriayah rakyatnya sebagaimana hadist Rasulullah Saw, "lman adalah raa'in (penggembala) dan dia bertanggung-jawab atas rakyatnya". (HR Bukhari)
Pemimpin dalam lslam yang disebut khalifah, tidak hanya bertanggung-jawab di dunia namun hingga akhirat. Salah satu bentuk tanggung-jawabnya, khalifah akan secara optimal mencegah penyebab banjir sehingga masyarakat akan terjaga dan terhindar dari banjir.
Beberapa langkah yang diambil khalifah untuk mengatasi banjir dilihat dari beberapa aspek, semisal:
Pertama, jika banjir disebabkan karena keterbatasan daya tampung tanah terhadap curahan air, baik akibat hujan, gletser, rob, dan lain sebagainya maka akan dibangun bendungan-bendungan yang mampu menampung curahan air dari air hujan, aliran sungai dan lain sebagainya.
Pada masa kejayaan Islam sekitar tahun 970 Masehi dibangun sebuah bendungan Guadalquivir yang diarsiteki oleh al ldris di daerah Kordoba yang masih berfungsi hingga saat ini.
Kedua, membuka pemukiman atau kawasan baru dengan menyertakan variabel-variabel drainase, penyediaan daerah serapan air, penggunaan tanah berdasarkan karakteristik tanah dan topografinya untuk mencegah terjadi banjir.
Ketiga, dalam menangani korban bencana khalifah akan melibatkan seluruh warga yang dekat dengan daerah bencana. Khalifah akan menyediakan tenda, makanan, pakaian, dan pengobatan. Khalifah juga akan mengerahkan alim ulama untuk memberikan taushiyyah-tauahiyyah bagi korban untuk mengambil hikmah dari musibah yang menimpa mereka, serta menguatkan iman mereka agar tetap sabar, tabah dan tawakal.
Hanya dengan menerapkan lslam secara kafah yang mampu melahirkan pemimpin yang mengurus dan meriayah rakyatnya dengan sepenuh hati. Karena pemimpin dalam sistem lslam berorientasi hanya mencari ridha Allah Swt.
Wallahu'alam bishshawab.
Post a Comment