Oleh. Dewi Ummu Hazifa
Pemerhati Umat
Musim hujan baru saja tiba, tetapi banjir sudah terjadi di beberapa daerah di Indonesia. Sejak sepekan terakhir sudah banyak wilayah di Indonesia yang terendam air.
Di Aceh Utara misalnya, sejak Selasa (4/10) banjir terus meluas. Juru Bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana Abdul Muhari mengatakan hingga Kamis sore sebanyak 18.160 warga terpaksa mengungsi. (katadata.co.id 6/10/2022)
Hujan lebat terjadi di wilayah Jakarta dan sekitarnya yang mengakibatkan banjir di sejumlah titik. Di Jakarta Selatan banjir menyebabkan 3 Siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 19 tewas usai tembok sekolah roboh, hingga 270 Mengungsi Banjir menyebabkan 41 RT dan 17 ruas jalan di Jakarta Selatan terendam. (katadata.co.id 7/10/2022)
Bencana banjir hampir setiap tahun terjadi dan menjadi duka mendalam bagi rakyat yang terdampak. Diharapkan upaya antisipasi dan mitigasi bencana diperhatikan secara serius oleh pemerintah. Dan BMKG sudah memberikan peringatan terkait peningkatan curah hujan di seluruh Indonesia.
Menurut Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, pihaknya sudah memprediksi hujan ekstrem yang terjadi tak hanya di Jakarta tapi di seluruh wilayah Indonesia.
"Prakiraan Musim di mana terjadi peningkatan curah hujan sudah disampaikan sejak bulan Agustus yang lalu. Kemudian tiap sepekan sebelum kejadian, dan diulang 2 hari hingga 1 hari sebelum kejadian. Dan akhirnya peringatan dini diberikan 3 jam hingga 30 menit sebelum kondisi ekstrem terjadi," kata dia kepada Liputan6.com, Jumat (7/10/2022).
Hingga hari ini, masalah banjir memang masih menjadi PR besar, bagi pemerintah. Nyaris tiap memasuki musim hujan, banjir selalu mengancam berbagai daerah di Indonesia. Curah hujan yang tinggi menjadi pemicu banjir, ditambah dengan kondisi lahan saluran air dan kerusakan lahan yang juga dapat berpengaruh secara signifikan terhadap bencana ini.
Namun, semua kondisi ini tidak lepas dari faktor alam saja tentunya ada campur tangan kesalahan manusia. Bukan hanya budaya nyampah, tetapi banyak aktivitas manusia yang mengakibatkan terjadinya penurunan daya dukung lingkungan.
Pembalakan liar dan alih fungsi lahan terjadi akibat pembangunan, terutama di kawasan penyangga air. Semua ini akhirnya berdampak pada bencana yang berulang dan terus meluas.
Melihat penyebabnya bencana banjir adalah bencana yang sebagian faktor risikonya diperkirakan bisa dikendalikan manusia. Dalam hal ini, kebijakan penguasa terkait pemanfaatan lahan dan perencanaan pembangunan, sangat dipengaruhi oleh ideologi yang dijalankan. Selama pola yang melatari berbagai kebijakan dikendalikan oleh ideologi sekuler kapitalistik, maka akan sulit menyelesaikan problem ini hingga ke akar.
Hal ini dikarenakan semua kebijakan itu hanya berorientasi pada keuntungan semata, baik bagi penguasa maupun pengusaha. Hal seperti ini tentu sangat bertentangan dengan sistem Islam.
Dalam pandangan Islam, alam, manusia, dan kehidupan dipandang sebagai satu kesatuan. yang tidak bisa dipisahkan. Karenanya Islam memerintahkan manusia untuk menjaga dan mengelola alam dengan sebaik-baiknya.
Bahkan Islam menjadikan penjagaan dan pengelolaan alam ini sebagai salah satu bentuk ketaatan kepada Sang Pencipta. Artinya meletakan tugas menjaga alam ini dengan perannya sebagai hamba Allah Swt, yang akan dimintai pertanggungjawaban kelak di akhirat.
Tentang hal ini Allah Swt, berfirman,
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Telah tampak kerusakan di darat dan di lautan disebabkan karena perbuatan tangan (maksiat) manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS Ar Ruum 41)
Dalam hal ini, Islam tidak hanya memerintahkan untuk mengelola bumi dengan baik dan melarang untuk merusaknya, tapi juga memberikan tatacaranya. Tidak lain berupa seperangkat aturan untuk dilaksanakan oleh manusia sebagai individu, sebagai masyarakat, bahkan dalam konteks negara.
Sebagai individu dan masyarakat, Islam mengajarkan hukum syarak soal adab kepada alam dan lingkungan. Dan diberi peran penting dengan kewajiban menjaga amar makruf nahi mungkar.
Sementara kepada penguasa atau negara, Islam memberi tugas yang lebih besar dalam penjagaan alam semesta. Dimulai ketika Islam menetapkan fungsi negara sebagai pengatur dan penjaga, dengan mewajibkan pemimpinnya menegakkan aturan Islam secara sempurna.
Penerapan Islam inilah yang akan mewujudkan rahmat bagi seluruh alam, termasuk menjaga lingkungan. Hal ini diperkuat dengan aturan kepemimpinan atau sistem pemerintahan dalam Islam. Penguasa menurut Islam, tidak hanya bertanggung jawab pada rakyatnya, tetapi pada Allah Swt.
Seorang pemimpin dalam Islam akan terikat dengan hukum syarak dalam mengambil kebijakannya. Dalam sistem ekonominya, Islam mengatur soal kepemilikan, mana yang boleh dimiliki individu dan yang milik umum juga negara. Oleh karena itu, Islam tidak akan membiarkan para kapitalis serta penguasa merusak lahan-lahan milik umum demi keuntungan.
Sistem Islam juga memiliki sanksi yang tegas untuk menjaga agar pelanggaran tidak terjadi. Sistem Islam akan menghukum berat pihak-pihak yang melanggar hak umat dan menimbulkan kemudaratan bahkan jika terjadi pada dirinya sendiri.
Sungguh hanya aturan Islam yang telah memberi aturan menyeluruh agar segala bencana tidak kerap terjadi. Penerapan aturan Islam secara kafah yang didorong oleh ketakwaan dipastikan akan mendatangkan kehidupan penuh berkah.
Hal ini pernah terwujud dalam sebuah peradaban kehidupan Islam di bawah naungan pemerintahan Islam belasan abad lamanya.
Wallahu a'lam bishshawab
Sumber MuslimahNews.com, editorial 9 November 2021
Post a Comment