pilarmabda.com |
Oleh Ummu Aisha (Muslimah Peduli Perempuan dan Generasi)
Kementerian Kesehatan menggelar Gerakan Nasional Aksi Bergizi dalam rangka menekan kasus stunting di Indonesia melalui pemberian tablet tambah darah (TTD) kepada seluruh remaja putri di Indonesia. “Gerakan ini dimulai 26 Oktober 2022 dengan estimasi jumlah peserta mencapai 1.395.000 orang, dari total jumlah sasaran remaja putri penerima TTD di Indonesia 12.349.190 orang”, kata Endang Sumiwi, Direktur Jendral Kesehatan Masyarakat Kemenkes, Senin 24 Oktober 2022 di Jakarta. (www.megapolitan.antaranews.com).
Selain itu, Maria Endang Sumiwi pun mengatakan bahwa upaya menekan angka kasus stunting sempat terhambat akibat pandemi Covid-19. Menurutnya, Kemenkes melakukan pencegahan stunting pada masyarakat dalam dua tahap, yakni sebelum kelahiran dan setelah kelahiran. Salah satu pencegahan stunting sebelum kelahiran adalah pemberian tablet tambah darah untuk remaja putri di sekolah. Gerakan aksi bergizi adalah gerakan yang pertama, nanti akan diikuti dengan gerakan-gerakan lain yang sedang disiapkan oleh Kementrian Kesehatan. (www.nasional.kompas.com)
Ini beberapa aksi bergizi yang digelar: 1. Pemecahan rekor MURI: “Minum tablet tambah darah serentak seluruh Indonesi.”. 2. Pemutaran video pencegahan stunting pada remaja. 3. Flashmob jingle tablet tambah darah yang dilakukan oleh seluruh siswa. 4.Dialog bersama menteri antara lain Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Menteri Dalam Negeri, Menteri PPN/Bappenas, Menteri Agama, serta Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Kegiatan ini dilakukan secara offline dan online. 5. Lomba kreasi konten aksi bergizi. Selain itu untuk ikut serta meramaikan gerakan nasional aksi bergizi salah satunya dengan cara mengunduh twibbon dan bagikan ke status sosial media seperti instagram, whatsapp dan facebook.(www.seputarlampung.com)
Selain itu, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) menekankan pentingnya pemenuhan gizi keluarga guna mengoptimalkan tumbuh kembang anak. Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kemenko PMK Agus Suprapto mengatakan, perilaku hidup bersih dan sehat perlu ditunjang dengan pemenuhan gizi seimbang dengan nutrisi yang optimal.(www.republika.co.id)
Sementara itu, Dinsos Surabaya mencatat, sedikitnya 23.532 warga di wilayah setempat masuk dalam data kemiskinan ekstrem, yang diketahui dari hasil pencocokan data melalui administrasi kependudukan, yakni kartu tanda penduduk (KTP) dan kartu keluarga (KK) dengan kondisi di lapangan.( www.jatim.antaranews.com)
Begitu juga, Wakil Ketua DPRD DIY, Huda Tri Yudiana menyebut, kemiskinan dan ketimpangan yang cukup tinggi di DIY masih menjadi pekerjaan rumah (PR) utama. Dua hal tersebut diharapkan dapat diselesaikan dan menjadi prioritas agenda kepemimpinan Gubernur/Wakil Gubernur DIY dalam lima tahun kedepan.(www.repjogja.republika.co.id).
Dari beberapa fakta di atas, dapat kita simpulkan bahwa yang melatarbelakangi adanya aksi bergizi ini adalah kondisi Indonesia yang masih tinggi angka stunting pada anak. Cukupkah dengan aksi ini, angka stunting anak menjadi berkurang?
Stunting merupakan kondisi gangguan pertumbuhan pada anak akibat kurangnya asupan gizi, dan jika tidak dicegah, kondisi tersebut berpotensi untuk menghilangkan satu generasi di Indonesia. Pasalnya, angka kasus stunting di negeri ini masih melebihi batas standar dari World Health Organization (WHO). Tercatat di tahun 2021, angka stunting berada di 24,4%, mengalami penurunan dari 26,92% pada tahun 2020. Meskipun begitu, Indonesia masih berada di atas rata-rata standar stunting yang mana seharusnya maksimal 20%. Tidak bisa dimungkiri, akses terhadap makanan dan minumanlah yang menjadi penyebab utama terhadap tingginya angka stunting di Indonesia. (www.kompas.com) Dan ini diakui oleh UNICEF bahwa Indonesia merupakan contoh negara dengan tiga masalah gizi pada anak dan remaja. (www.unicef.org)
Dari sini publik menilai bahwa stunting dapat diatasi dengan memperbaiki kemampuan keluarga mengakses (baca: mampu membeli) makanan dan minuman bergizi. Namun, dengan kondisi kemiskinan yang masih menjadi problem utama di Indonesia, yang belum terselesaikan hingga kini. Terlebih di tengah naiknya berbagai sembako dan paska pandemi, mampukah stunting ini dituntaskan permasalahannya?
Memberikan seruan aksi bergizi pada rakyat untuk makan makanan bergizi di tengah kemiskinan yang melanda adalah bentuk kurangnya empati pada kondisi masyarakat yang berada dalam garis kemiskinan. Seruan untuk memenuhi gizi hanyalah narasi tanpa empati. Masyarakat tak mungkin bisa memenuhinya di tengah kesulitan hidup yang terjadi.
Di sisi lain menunjukkan ketidakpahaman akan realita yang dihadapi rakyat, apalagi angka stunting masih sangat tinggi, negara harusnya peduli dan memberi solusi atas persoalan ini.
Mari kita lihat, berapakah jumlah rakyat miskin di Indonesia? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin pada Maret 2022 mencapai 26,16 juta orang atau 9,54% dari total penduduk Indonesia. (www.indonediabaik.id). Sedangkan Kemendagri melalui Direktorat Jenderal Dukcapil merilis Data Kependudukan Semester II Tahun 2021 tanggal 30 Desember 2022. Isinya, diketahui jumlah penduduk Indonesia adalah 273.879.750 jiwa. (www.dukcapil.kemendagri.go.id).
Dari fakta ini dapat dihitung bahwa jumlah penduduk miskin saat ini 9,54 % dari 273.879.750 jiwa adalah 26.128.128 jiwa. Jumlah yang sangat besar bukan ?
Oleh sebab itu, pengentasan kemiskinan menjadi kunci penyelesaian stunting di negeri ini. Pengentasan kemiskinan merupakan tanggung jawab negara dan erat kaitannya dengan penerapan sistem ekonominya.
Terbukti saat ini, sistem ekonomi kapitalisme ternyata membuahkan kemiskinan, bahkan di negeri kaya raya sumber daya alamnya seperti Indonesia. Kapitalisme, membuat negara yang kaya sumber daya alam menjualnya ke swasta dan asing, serta memiskinkan rakyatnya sendiri.
Kapitalisme membiarkan yang punya modal yang menang dan mengabaikan rakyat yang lemah. Kapitalisme juga membiarkan kekayaan alam dikuasai segelintir orang demi keuntungan pribadi. Walhasil, sumber daya alam yang menguasai hajat orang banyak seperti air, hutan, bahan bakar dikuasai segelintir orang dan harga-harganya pun ditentukan mereka demi mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Rakyat yang menjadi merana sampai-sampai membeli makanan bergizi pun tak mampu, yang berakibat pada masalah stunting.
Sistem kapitalisme yang diterapkan oleh mayoritas negara di dunia --dengan pasar bebasnya-- melegalisasi berlakunya hukum rimba dalam kehidupan. Yang kuat akan makin kaya, yang lemah makin terpinggirkan, sebagaimana fakta saat ini. Dan sistem Kapitalisme meletakkan tanggung jawab ini pada keluarga sehingga masalah stunting mustahil diselesaikan. Negara abai dengan tanggung jawabnya sebagai pelindung dan penjamin rakyat. Lalu, adakah solusi tuntas mengatasi masalah stunting ini?
Penerapan sistem ekonomi Islam adalah satu-satunya harapan untuk mengatasi stunting di negeri ini. Hanya dengan penerapan sistem ekonomi Islam yang akan menjamin kesejahteraan rakyat.
Islam juga mewajibkan negara menyantuni rakyat yang lemah dan memenuhi kebutuhan pokoknya individu per individu sehingga kemiskinan bisa teratasi. Jika kemiskinan teratasi, secara otomatis stunting pun akan terselesaikan. Bahkan rakyat hidup dalam kesejahteraan dan penuh keberkahan sebagaimana pernah terjadi di masa Daulah Islam 14 abad yang lalu.
Dengan demikian, Islamlah satu-satunya harapan untuk memberantas stunting. Islam mewajibkan negara untuk menjamin kesejahteraan setiap individu rakyat, termasuk anak-anak. Islam mengharuskan khalifah sebagai kepala negara bertanggung jawab melayani kebutuhan rakyat, termasuk dalam mencegah adanya stunting. Khalifah akan memperhatikan kualitas generasi karena generasilah yang akan membangun peradaban masa yang akan datang.
Dengan penerapan sistem ekonomi Islam, negara akan mengatur kepemilikan negara dan mewajibkan pengelolaan kekayaan alam untuk kesejahteraan rakyat. Sebagaimana Sabda Rasulullah Saw: “Kaum muslimin berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air dan api “ (HR. Abu Dawud dan Ahmad)
Dengan demikian, negara akan memiliki sumber pendapatan yang besar, sehingga rakyat individu per individu terpenuhi kebutuhan hidupnya dan terhindar dari kemiskinan. Daulah Islam juga menjamin terpenuhinya kebutuhan pangan sesuai dengan gizi seimbang secara berkualitas. Sumber pendapatan yang kuat ini juga membuat Daulah Islam mampu mengatasi kemiskinan dan stunting pun dapat dicegah. Dengan dukungan sistem kesehatan dan sistem lainnya, Daulah Islam mampu memberantas stunting dengan tuntas, bahkan mampu mencegah terjadinya stunting pada keluarga yang berisiko stunting.
Selain itu, keimanan dan ketakwaan khalifah bersama seluruh jajarannya akan menjadikan mereka sungguh-sungguh mengurusi rakyatnya dengan penuh tanggung jawab karena menyadari kepemimpinan mereka akan dimintai pertanggungjawaban Allah di akhirat kelak. Daulah Islam akan mampu mewujudkan generasi yang berkualitas bebas dari stunting yang siap mewujudkan peradaban yang mulia. Wallaahua’lam bishshowab.
Post a Comment