Oleh Siami Rohmah
Pegiat Literasi
Sejumlah negara anggota R20 (Religion 20) mengadakan pertemuan di Nusa Dua Bali, kemudian pertemuan dilanjutkan di Yogyakarta pada tanggal 4 November 2022. Pertemuan ini bertajuk Komunike R20: Upaya Pastikan Agama Berfungsi Sebagai Solusi Global (merdeka.com, 5/11/2022). Dalam pertemuan ini para peserta mengupayakan agar agama muncul sebagai solusi global demi kehidupan yang harmonis pada semua warga negara di seluruh dunia.
Sekilas begitu indah ide yang dibawa dalam acara R20 ini. Mereka ingin agama memiliki peran dalam penyelesaian masalah global. Dari ide ini seharusnya ketika ada wacana, ide, dan seruan untuk kembali kepada agama dalam menjalani tatanan kehidupan akan diberi ruang.
Jika di forum R20 seolah menginginkan agama memiliki peran, hal berbeda terjadi diluar forum R20. Dimana ketika diluar forum agama dan orang-orang yang memperjuangkan agama lebih sering disudutkan dengan berbagai pelabelan yang menakutkan, mulai tuduhan intoleran, radikal, fundamental sampai tuduhan ekstrimisme dan terorisme. Selain itu mereka terus berinovasi dengan berbagai program dan rencana untuk menjauhkan umat Islam dari agamanya. Contoh saja ide moderasi beragama yang merusak terus dikampanyekan dengan masif.
Dalam sebuah dokumen Think Thank Amerika berisi strategi untuk menenggelamkan pandangan para 'fundamentalis' dan mengalahkan ancaman mereka dengan cara; 1) membantu para modernis mempublikasikan literatur tentang muslim yang moderat dengan bantuan subsidi, 2) mendorong para modernis untuk menulis bagi generasi muda, 3) mendorong mereka untuk mengajarkan pandangan sekuler dalam kurikulum ilmu agama Islam, dan 4) membantu mereka mendapatkan popularitas dengan menggunakan media.
Dari sini kita bisa melihat sesungguhnya ada ketakutan mereka terhadap agama, dengan mereka berusaha untuk menyingkirkan ide-ide terkait agama Islam. Karena mereka paham bahwa ide-ide Islam yang mereka labeli fundamental dan sebagainya tadi akan bisa menggeser hegemoni mereka. Jadi kalaupun dalam forum R20 mereka menginginkan agama lebih berperan, yang mereka izinkan adalah Islam dalam batasan ibadah semata bukan sebagai ideologi.
Islam sebagai ideologi semakin diperlukan untuk diterapkan. Selain sebuah kewajiban, kaum muslimin tanpa Islam akan terdampar tanpa bimbingan. Islam sebagai Ideologi menuntut untuk diterapkan, sangat jelas siksaan bagi siapa saja yang hanya mengambil bagian tertentu dari Islam dan meninggalkan bagian yang lain:
"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu." (TQS. Al-Baqarah: 208).
Wallahualam bissawab.
Post a Comment