Oleh Siami Rohmah
Pegiat Literasi
Puluhan ribu karyawan dirumahkan. Tercatat 22.500 karyawan pabrik sepatu di tanah air, kemudian 76.000 karyawan industri tekstil dirumahkan. Menurut Firman Bakri, Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia jumlah ini bisa lebih besar di lapangan, karena banyak yang tidak terdeteksi, sebab perusahaan banyak yang tidak mendaftar ke asosiasi. Firman menambahkan PHK ini bisa semakin masif mulai akhir tahun ini hingga tahun depan. (www.cnbcindonesia.com, 6/11/2022)
Sesungguhnya gelombang PHK sudah lama terjadi, bahkan di tahun 2019 banyak perusahaan sudah melakukan PHK kepada karyawan, sebut saja Krakatau Steel juga merumahkan ribuan karyawannya. NET TV juga melakukan PHK massal karyawannya. Tidak hanya perusahaan domestik, perusahaan global juga sudah mengambil langkah PHK, Nissan, perusahaan asal Jepang ini merumahkan 12.500 karyawannya di seluruh dunia. Sedangkan HP berencana memangkan 9000 karyawan.
Massifnya perusahaan yang harus merumahkan karyawan disebabkan beberapa hal, pertama, lesunya ekonomi dan inflasi yang melonjak di negara tujuan ekspor. Sehingga terjadi penundaan dan pembatalan permintaan ekspor. Ditambah konflik Ukraina-Rusia yang tak kunjung usai. Kedua, kalah daya saing, jika perusahaan tidak mampu bersaing dengan perusahaan lain yang lebih mampu menarik konsumen, maka bisa dipastikan persahaan akan tumbang. Ketiga, efisiensi pengeluaran, gaji karyawan merupakan hal yang dianggap paling membebani perusahaan. Nah, untuk menekan biaya produksi perusahaan memilih mengurangi karyawan. Keempat, perkembangan teknologi 4.0. Yang mana konsumen sudah beralih dari belanja offline menjadi lebih memilih belanja online. Sehingga yang tidak segera berinovasi pasti akan segera tergerus. Kelima, kapitalisasi dan liberalisasi ekonomi. Para pemilik modal besar yang akan keluar sebagai pemenang. Untuk saat ini AS dan Cina masih menjadi yang paling dominan, meskipun geliat kelesuan ekonomi juga terjadi di dua negara tersebut.
Kelesuan ekonomi yang berulang dan ancaman krisis saat ini terjadi menunjukkan lemahnya kapitalisme, dimana hanya para pemilik modal besar yang berkuasa,mereka yang memiliki modal kecil akan tergerus. Berulangnya krisis bahkan di tempat lahirnya kapitalisme menunjukkan bahwa sistem ini tidak tahan banting. Saat inipun negara AS sedang berusaha memperbaiki ekonomi dalam negerinya, selain mempertahankan daya saing terhadap Cina. Meskipun Cina sendiri juga sedang mengalami pelambatan pertumbuhan ekonomi, jika dua negara ini saja terdampak krisis apalagi negara pengekor seperti Indonesia.
Di Indonesia tentu efeknya akan semakin besar, maka tidak heran jumlah PHK karyawan begitu banyak. Namun sayang, akibat sistem kapitalisme ini, disaat banyak rakyat harus kehilangan pekerjaan, negara malah membuka kran masuknya TKA dari Cina. Ini karena Cina memiliki andil besar dalam permodalan ekonomi Indonesia.
Kapitalisme memang sistem rusak yang tak layak untuk dipertahankan. Kehadirannya menjadi biang kerusakan tatanan kehidupan manusia. Maka sudah seharusnya, negeri-negeri kaum muslimin melepaskan diri dari hegemoni sistem ini, dan kembali kepada sistem Islam. Yang mana dalam Islam akan selalu ada kemashlahatan. Islam menyelesaikan masalah tanpa menimbulkan masalah baru. Sejarah mencatat disaat Kekhalifahan Usmani dibandingkan dengan dunia Barat yang diwakili oleh Inggris, antara pertengahan abad 17 sampai awal abad 19, ternyata Kekhalifahan Usmani lebih bisa menjaga stabilitas ekonomi dibandingkan dunia Barat. Wallahu a'lam bi shawab.
Post a Comment