Shofi Lidinilah | Praktisi Pendidikan
Tepat tanggal 25 November 2022, Hari Guru Nasional di peringati se-Indonesia. Mulai dari siswa sampai presiden ikut memeriahkan hari guru. Namun dibalik keceriaan dalam memeringati hari guru, tersimpan kesedihan yang begitu mendalam di hati seorang guru.
Di lapangan, masih banyak sekali status guru yang masih memprihatinkan dipandang dari segi ekomoni. Bagaimana tidak, gaji guru yang diberi ala kadarnya hingga tidak mencukupi kebutuhan hidup yang saat ini terus mengalami kenaikan harga. Seperti halnya di Majalaya Kab. Bandung, seorang guru sudah mengabdi menjadi seorang guru hononer selama 14 tahun namun gaji tidak sesuai harapan (Kompas.com, 25/11/22).
viral kisah guru honorer yang bergaji tidak sampai Rp200 ribu per bulan. Adalah Hafid, guru honorer yang mengunggah video yang memperlihatkan besaran gajinya selama sebulan.
Dalam video yang ia unggah di akun TikToknya, ia membagikan perincian gaji April lalu, yakni Rp. 4 ribu untuk sejam mengajar. Selama sebulan, ia mengajar sebanyak delapan kali. Gaji mengajar tersebut ditambah honor tetap sebesar Rp12 ribu. Jika diakumulasikan, dalam sebulan, gajinya adalah Rp118 ribu. (Tribun News, 19/5/2022).
Hafid tidak sendirian. Masih banyak guru honorer lainnya yang bernasib tidak jauh berbeda. Jika kita sengaja berselancar di media sosial, akan bertebaranlah kisah guru honorer yang membuat hati miris. Bahkan, ada seorang ibu guru yang gaji per tatap mukanya hanya Rp3 ribu. Mereka bertahan selama bertahun-tahun dalam kondisi demikian.
Belum lama beredar video seorang guru di Sulawesi harus menempuh jarak 40 km setiap harinya demi mengajarkan siswa-siswinya dengan gaji 100 ribu perbulan dengan jalur jalan yang harus melewati hutan mamagigi.suara.com, 01/12/22).
Nasib guru honorer di negeri Zamrud Khatulistiwa ini masih saja mengenaskan. Kesejahteraan guru masih dikesampingkan oleh negara. Masyarakat ditanamkan dalam benaknya bahwa guru adalah Pahlawan Tanpa Tanda Jasa, sehingga jasa-jasa mereka kurang diperhatikan atas nama pengabdian dan jerih payah yang telah mereka curahkan tidak sebanding dengan pendapatan yang diterima.
Guru dalam naungan Islam akan mendapatkan penghargaan yang begitu tinggi dari negara, termasuk gaji yang bisa melampaui kebutuhannya. Kesejahteraan guru diprioritaskan karena tugasnya membentuk generasi berkualitas. Tak ada pembedaan antara guru honorer dan non-honorer.
Selain itu, guru mendapatkan kemudahan dalam mengakses sarana-prasarana untuk meningkatkan kualitas kemampuan mengajarnya. Hal ini menjadikan guru bisa fokus menjalankan tugasnya sebagai pendidik dan pencetak SDM yang dibutuhkan negara demi membangun peradaban agung dan mulia, tanpa harus bekerja sampingan dalam rangka mendapatkan tambahan pendapatan.
Hanya sistem Islam saja yang mampu mengurai masalah di seluruh aspek kehidupan khususnya di dunia pendidikan.
Wallahu'alam bii shawwab
Post a Comment