Definition List

Sikap Muslim dalam Menghadapi Musibah

Oleh: Ummu Salsa


Indonesia masih sangat berduka. Gempa di Cianjur bagi sebagian warga dan sekitarnya berdampak sangat mencengangkan. Lebih dari 350 warga meninggal dunia akibat tertimpa reruntuhan bangunan, Ribuan bangunan, khususnya rumah tinggal, hancur. Banyak warga terpaksa tinggal/tidur di tenda-tenda pengungsian hingga saat ini. Fasilitas publik juga banyak yang rusak.  Akses ke posko-posko gempa juga tidak mudah. Akibatnya, meski banyak bantuan dari berbagai daerah, tidak semua bisa didistribusikan kepada seluruh korban yang terdampak gempa. Padahal mereka amat membutuhkan makanan, obat-obatan, popok bayi, akses air bersih, dll. 


Setiap musibah harus dihadapi dengan keimanan bagi kaum muslim. Musibah yang dia alami itu adalah atas kehendak Allah SWT. Allah SWT berfirman:


Ù…َا Ø£َصَابَ Ù…ِÙ† Ù…ُّصِيبَØ©ٍ Ø¥ِلاَّ بِØ¥ِØ°ْÙ†ِ ٱللَّÙ‡ِ 


Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa kecuali dengan izin (kehendak) Allah (TQS at-Taghabun [64]: 11).


Musibah adalah bagian dari qadha’ Allah SWT (QS al-Hadid [57]: 22) . Ketika kita sedang ditimpa musibah sikap seorang Muslim terhadap qadha’ Allah SWT adalah ridha. Rasul saw.bersabda:

Sungguh besarnya pahala itu seiring dengan besarnya ujian. Sungguh jika Allah mencintai suatu kaum, Dia menguji mereka. Siapa saja yang ridha, untuk dia keridhaan itu. Siapa yang benci, untuk dia kebencian itu (HR at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan al-Baihaqi).


Saat kita ridha dengan Qadha dari Allah maka setiap musibah pun harus dihadapi dengan kesabaran (TQS al-Baqarah [2]: 155) serta bertawakal kepada Allah SWT  (TQS at-Taubah [9]: 51),  melakukan istirja'

(mengembalikan segalanya kepada Allah SWT) dan berdoa, tak lupa juga kita banyak berzikir karena dengan berzikir akan dapat menenteramkan hati (QS ar-Ra’du [13]: 28). Hendaknya juga kita memperbanyak ibadah dan taqarrub kepada Allah SWT baik dengan shalat, sedekah, tilawah al-Quran, shalat-shalat sunnah dan taqarrub lainnya. 


Di balik musibah juga melahirkan rasa syukur. Di balik musibah ini kita harus bisa memberikan nilai dan makna atas beragam nikmat yang selama ini telah Allah SWT berikan kepada kita; nikmat sehat, kebugaran badan, nikmat kondisi kehidupan yang normal yang dengan itu bisa leluasa beraktivitas, mencari rezeki, dsb. Rasa syukur itu akan makin meningkat saat musibah berhenti dan saat Allah SWT mengembalikan nikmat berupa kehidupan yang kembali normal. Dengan itu musibah akan berubah menjadi kebaikan dan membuahkan banyak kebaikan. 


Saat musibah menimpa seorang Muslim, mereka juga diperintahkan untuk segera bertobat kepada Allah SWT dan melakukan banyak muhasabah. Allah SWT berfirman :


Musibah (bencana) apa saja yang menimpa kalian adalah akibat perbuatan (dosa) kalian sendiri. Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahan kalian) (TQS asy-Syura [42]: 30).


Rasulullah saw. juga menjelaskan bahwa saat kejahatan merajalela, Allah SWT akan meratakan bencana. Zainab binti Jahsyi ra. pernah bertanya kepada Rasulullah saw., “Apakah kita akan binasa, wahai Rasulullah, padahal di sekitar kita ada orang-orang salih?” Beliau menjawab: 


Ù†َعَÙ…ْ Ø¥ِØ°َا ÙƒَØ«ُرَ الْØ®َبَØ«ُ


Ya, jika kejahatan sudah merajalela (HR al-Bukhari).


Oleh karena itu inilah momen untuk kita kembali kepada Allah SWT dengan tobat yang sesungguhnya, baik secara personal maupun kolektif. Pasalnya, siapapun yang jujur akan melihat di negeri yang mayoritas Muslim justru banyak terjadi pelanggaran terhadap syariah Islam. Banyak terjadi korupsi, LGBT, penistaan agama (Islam), adu domba antar sesama anak bangsa, dll.


Karena itu kaum Muslim harus melakukan tawbat[an] nasuha. Kembali kepada Allah SWT dengan menaati semua aturan-Nya menjadikan al-Quran sebagai petunjuk. Sebabnya, pangkal dari segala musibah (bencana) ini karena kita berpaling dari al-Quran. Keadaan itu telah diterangkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya:

 

Siapa saja yang berpaling dari peringatan-Ku (al-Quran), sungguh bagi dia kehidupan yang sempit dan Kami akan mengumpulkan dia pada Hari Kiamat nanti dalam keadaan buta (TQS Thaha [20]: 124).


 Kaum Muslim harus segera mewujudkan ketaatan penuh dengan menerapkan syariah Islam secara kaffah. Demikian sebagaimana yang Allah SWT inginkan. Allah SWT berfirman:


Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh setan itu musuh yang nyata bagi kalian (TQS al-Baqarah [2]: 208).


Penerapan syariah Islam secara kaffah adalah wujud ketaatan total kepada Allah SWT.

Menolong orang-orang yang terkena musibah adalah kewajiban dan tanggung jawab bersama. Namun yang paling bertanggung jawab adalah pemerintah. Pemerintah memang diamanahi untuk mengurus segala urusan rakyatnya, termasuk saat rakyat ditimpa musibah, sebagaimana saat ini. 


Karena itu pemerintah wajib melakukan ikhtiar terbaik dalam mengatasi rentetan dampak yang dirasakan warga akibat musibah gempa ini. Pemerintah harus memastikan dan menjamin setiap warga negara yang terdampak musibah terpenuhi segala kebutuhannya. Terutama makanan, akses terhadap air, layanan kesehatan dan obat-obatan. Berapapun biaya yang diperlukan harus disediakan dan dikeluarkan oleh pemerintah. Realokasi anggaran, penggunaan sisa anggaran lebih dan sisa lebih penggunaan anggaran, termasuk opsi yang bisa dilakukan. Kuncinya adalah kepedulian dan kemauan pemerintah untuk bertanggung jawab penuh mengatasi semua persoalan akibat musibah gempa ini. Selain itu, sudah seharusnya pemerintah lebih serius dalam melakukan antisipasi ikhtiar optimal jika sewaktu-waktu berbagai musibah (bencana) kembali datang. Ini adalah bagian dari amanah kekuasaan. Kelak di akhirat amanah kekuasaan ini akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT.


Pengurusan rakyat oleh pemerintah ini tidak mungkin bisa dilakukan dengan baik kecuali dengan menjalankan seluruh hukum dan aturan Allah SWT dalam wujud penerapan syariah-Nya secara kâffah dalam seluruh aspek kehidupan. 


WalLâhu a’lam bi ash-shawwâb.

Post a Comment

Previous Post Next Post