Oleh. Dewi Humaira
(Pemerhati Umat)
Sejarah peradaban bangsa mencatat, pemuda adalah aset bangsa yang tidak ternilai harganya. Pemuda adalah tonggak bagi pembangunan dan kemajuan serta menjadi elemen penting yang harus dilibatkan dalam pembangunan sebuah bangsa. Hal ini dikarenakan generasi muda memiliki fisik yang kuat, pengetahuan yang baru, dan memiliki kreativitas yang tinggi. Tanpa adanya peran pemuda, sebuah bangsa akan sulit mengalami suatu perubahan.
Namun, apa jadinya kalau pemuda saat ini hidupnya penuh dengan sensasi. Demi keperluan konten, aksi nekat dan membahayakan sering dilakukan oleh sebagian pemuda saat ini. Seperti aksi yang dilakukan oleh seorang remaja berinisial M yang tewas usai menghentikan paksa satu unit truk yang tengah melaju dari Exit Tol Gunung Putri, Desa Gunung Putri, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor. (detiknews, 17/1/2023)
Padahal Pemerintah Desa Gunung Putri sudah melakukan pengawasan di lokasi exit Tol Gunung Putri dan rencananya akan menambah jumlah CCTV agar supaya tidak ada lagi kejadian penghentian truk dengan paksa oleh remaja dan anak-anak.
(detiknews, 14/1/2023)
Miris, kenapa kejadian ini harus berulang kali terjadi? Perilaku mereka di luar nalar dan makin menggila. Terkadang nyawa mereka menjadi taruhannya. Pikirannya sempit hanya demi ketenaran dan mendapatkan uang, nyawa yang dipertaruhkan.
Semua ini menunjukkan pola pikir dan sikap sebagian pemuda saat ini jauh dari pemahaman yang benar. Pendidikan yang mereka dapatkan di bangku sekolah hanya sebatas nilai yang tertulis dalam rapor, dan pembelajaran hanya sebatas teori namun jauh dari praktik. Sehingga akan sulit bisa menghasilkan insan yang berperilaku baik.
Pendidikan bagi generasi merupakan tanggung jawab kita bersama. Seyogyanya semua elemen masyarakat turut memberikan pembinaan yang benar sehingga lahir generasi yang baik. Sayangnya, sistem pendidikan saat ini, belum bisa mencetak generasi yang berkarakter kuat yang diharapkan mampu membawa perubahan dalam kehidupan mereka.
Sistem pendidikan saat ini berlandaskan kapitalisme-sekularisme. Sehingga dalam pendidikannya hanya untuk mencetak lulusan siap kerja, bukan siap untuk mengarungi kehidupan yang kelak akan mereka jalani. Selama mengenyam dunia pendidikan, mereka hanya sedikit mendapatkan pelajaran agama sehingga menjadikan pemahamannya jauh dari aturan agama.
Dan lingkungan yang dipengaruhi oleh sistem kapitalis-sekular tidak bisa memberi rasa aman dan nyaman bagi generasi. Kejahatan dan kerusakan moral akan terus terjadi, suasana lingkungan yang rusak membuat mereka mudah terpengaruh oleh perilaku yang buruk. Apalagi jika fondasi keimanannya tidak kuat, akan mudah terbawa oleh pergaulan yang salah dan akan berakibat fatal bagi kehidupan mereka. Kondisi pemuda seperti ini jelas tidak akan bisa membuat masa depan bangsa menjadi lebih baik.
Kemajuan suatu bangsa bisa ditempuh melalui sistem pendidikan Islam. Karena pola pendidikan Islam memiliki visi untuk mencetak generasi berkepribadian Islam, yakni yang berpola pikir dan sikap Islam. Dengan fondasi akidah Islam, mereka akan mampu membedakan mana yang benar, mana yang salah dan akan memahami mana aktivitas yang boleh dilakukan dan mana yang tidak.
Dalam Islam, pendidikan dapat diartikan sebagai suatu jalan manusia menuju kesempurnaan sebagai hamba Allah Swt. Dalam Islam sosok yang harus menjadi teladan bagi peserta didik adalah Rasulullah Muhammad saw. Inilah yang membedakan pendidikan Islam dengan yang lain. Oleh sebab itu, dalam pendidikan Islam akidah Islam menjadi dasar suatu pemikiran karena inti dari tujuan sistem pendidikan Islam adalah melahirkan generasi berkepribadian Islam. Sekaligus dapat menguasai ilmu-ilmu kehidupan seperti matematika, sains, teknologi dan sebagainya.
Pendidikan dalam Islam akan menghasilkan peserta didik yang kokoh iman dan mendalam pemikiran Islamnya, yang akan berpengaruh pada keterikatan peserta didik terhadap hukum syarak. Dan tentu saja akan berdampak pada terciptanya masyarakat yang bertakwa, yang di dalamnya tersebar luas dakwah Islam. Setiap warga negara dalam Islam baik muslim ataupun nonmuslim akan mendapatkan hak yang sama dalam mendapatkan pendidikan dan pengajaran secara gratis.
Pembentukan kepribadian Islam ini harus dimulai sejak dini dengan mengutamakan penguatan akidah Islam. Dengan harapan, ketika mereka sudah baligh, mereka dapat menjalankan kehidupannya sesuai syariat Islam dengan penuh kesadaran.
Untuk membentuk generasi berkepribadian Islam, diperlukan peran dari berbagai pihak, mulai dari peran keluarga, masyarakat serta negara harus sinergis, dan saling bahu-membahu turut serta mempersiapkan dan mencetak generasi yang bisa mengubah negeri ini menjadi lebih baik dan maju dalam segala bidang.
Lingkungan masyarakat yang agamis menjadi salah satu faktor yang penting dalam pembentukan karakter generasi muda dan tentunya ini menjadi tugas negara untuk bisa menciptakan dan menjamin lingkungan keluarga yang taat syariat. Negara akan memastikan tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak bisa dijalankan dengan baik. Negara akan menjamin terpenuhinya kebutuhan hidup rakyatnya dengan baik, dengan membuka lapangan kerja bagi laki-laki dan para ibu cukup di rumah mengurus dan mendidik anak, tidak disibukkan dengan membantu mencari nafkah karena sudah dicukupi oleh para suaminya. Selain itu, negara juga akan menjamin terpenuhinya kebutuhan pokok lainya seperti kesehatan, pendidikan, dan keamanan.
Oleh karena itu, tidak ada jalan lain untuk memperbaiki kehidupan generasi muda saat ini, selain dengan kembali kepada aturan Allah Swt. Dengan menerapkan seluruh aturan Islam dalam kehidupan, akan terbentuk generasi yang berkepribadian Islam dan masa depan bangsa pun akan cemerlang.
Wallahualam bissawab.
Post a Comment