Oleh : Lia Haryati, S.Pd.i
(Pendidik dan Pemerhati Umat)
Valentine's day sebuah perayaan dengan tujuan untuk meluapkan rasa cinta seseorang kepada kekasihnya, bagi remaja moments tepat ketika masuk bulan Februari. Dimana Valentine's day disebut sebagai hari kasih sayang, tradisi ini sudah tidak tabu dan selalu berulang setiap tahunnya, tepatnya pada tanggal 14 februari mereka para pemuda turut memperingati.
Bagi mereka ada banyak cara untuk merayakan Valentine’s day, mereka katakan itu bentuk pembuktian rasa kasih sayang, ada yang sengaja memberikan hadiah berupa bunga, boneka, coklat, permen, kirim kartu ucapan, bahkan ada yang memberikan mahkota kemuliaan itu, mereka rela menyerahkan kehormatan nya demi membuktikan kesetianan terhadap pasangan haramnya. Nauzubillah mindzalik.
Banyaknya kasus temuan pemuda pemudi pasca perayaan V-day, tanpa ikatan suami istri mereka asyik bercinta di hotel atau tempat hiburan lainnya.
Ada beberapa dasar terukur yang membuat Valentine's Day harus diwaspadai para orangtua. Di antaranya, kata Reza, data survei Kristen Mark yang menyebutkan bahwa 85 persen responden menganggap seks sebagai perkara penting pada perayaan di Hari Valentine.
"Begitu pula Sigi National Retail Federation, yang menyebutkan 51 persen orang akan melakukan 'itu' atau seks, pada momen yang diidentikkan sejumlah kalangan sebagai hari kasih sayang," kata Reza, kepada Warta Kota, Selasa (tribunnew.com 14/2/2017)
Sungguh pemuda saat ini hidup dalam hiruk pikuk kehidupan ala Sekuler. Sekuler telah berhasil memisahkan kehidupan dunia dengan Agama. Sayang seribu sayang, hal demikian pun semakin menjamur, tidak segan menggerogoti akidah umat dan pemuda, ada yang bangga ikut dalam perayaan tersebut dengan dalih memperingati hari kasih sayang. Dimana rasa cinta dan kasih sayang dapat diluapkan dan diberikan meski salah dalam menempatkannya.
*Membuka Tabir V-day*
Dibalik perayaan tersebut ternyata tersimpan sebuah tabir, dimana seorang pastor bernama Saint (Santo) Valentine, yang hidup di masa Kaisar Claudius II di Roma, di abad ke III. Secara diam-diam, ia telah menentang Kaisar dengan sikap otoritasnya telah menghapus sebuah tradisi yang sudah ada sejak masa Romawi Kuno. Seperti kebanyakan tradisi kuno lainnya, perayaan V-day dalam rangka menghormati Dewa Lupercus yang diawali dengan upacara Lupercilia di setiap tanggal 15 Februari. Tujuan awalnya untuk mengusir serigala ganas yang sering muncul di sekitar kota Roma.
Maka diadakan lah salah satu persembahan dengan mengadakan sebuah festival yang bernama "Drawing Name". Dimana festival ini target utamanya adalah para pemuda yang masih lajang.
Festival drawing name di Roma kala itu, dimulai dengan menulis pada kerta kecil dan dimasukan seluruh nama yang gadis-gadis itu dalam sebuah wadah kaca besar. Setelahnya laki-laki Roma saat itu mengambil nama dalam kertas itu secara acak, dan siapa saja nama gadis yang keluar kala itu maka secara otomatis ia akan menjadi kekasihnya selama satu tahun penuh dengan tujuan bersenang-senang dan para gadis menjadi objek hiburan. Secara tak langsung ini menggambarkan pesta zina dan maksiat lainnya yang jelas hal ini bertentangan dengan syariat Islam.
Saat itu ketika Kaisar Claudius II memerintahkan, sang kaisar kesulitan untuk mencari pemuda yang akan dijadikan pasukan sebab laki-laki Roma kala itu lebih memilih tinggal dan bersenang-senang dengan orang-orang yang mereka cintai. Karena itu, sang kaisar menghapus tradisi pesta drawing name.
Namun, disisi lain Pastor Valentine bersikap otoriter untuk mempertahankan tradisi drawing name itu, dengan prinsip cinta kasih yang dianutnya. Hal ini pun yang menyeret dia ke altar eksekusi mati. Pastor Valentine pun mati di tanggal 14 Februari 269 M, di saat menjelang eksekusi kematiannya Saint (Santo) Pastor Valentine menulis kemudian meninggalkan sepucuk surat cinta kepada seorang anak supir di penjara. Maka seluruh manusia saat ini menyebutnya dengan hari kasih sayang (Valentine' day).
Melihat filosofis tersebut, dapat ditarik sebuah benang merah, bahwa kisah itu bukan berasal dari peradaban Islam melainkan sebuah kisah cinta dari peradaban kufur. Dan hal ini, jelas sangat bertentangan dengan syariat Islam. Sebab siapa saja yang mengikuti budaya kufur, maka ia dinilai menjadi bagian dari orang yang ditirunya.
Sebagaimana hadits dari Abdullah bin Umar r.a bahwa Rosullullah Saw bersabda :
"Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia menjadi bagian dari mereka." (HR. Abu Daud).
Mengapa Para Pemuda Ikut Serta Budaya Kufur?
Pertama : Kurangnya pemahaman Agama sehingga membuat mereka tidak risih mengikutinya. Wajar ketika mereka tidak bisa membedakan mana perbuatan baik yang wajib diikuti, dan mana perbuatan buruk yang harus ditinggalkan, mana halal dan haram. Artinya perlu edukasi dari Negara agar para pemuda tidak terbawa arus sesat. Tidak ada yang aneh ketika para Pemuda tidak tau filosofis tentang Valentine's day.
Kedua : Perlu membangun komunikasi dengan para pemuda, agar tumbuh kesadaran dari pemuda untuk menjaga diri, dari segala sesuatu perbuatan yang sia-sia.
Agar terbentuk benteng pertahanan, sehingga opini tentang budaya kufur, bisa ditolak. Maka terbentuklah identitas muslim di dalam hidupnya.
Ketiga : Perlu membangun kesadaran kepada para pemuda untuk pentingnya menggambil peran dalam kegiatan amar ma'ruf nahi mungkar. Sehingga akan ada banyak para pemuda muslim, yang rindu akan penerapan syariat Islam secara kaffah di dalam kehidupan.
Hasilnya, akan tumbuh kepedulian mereka untuk menjaganya, dan mereka pun paham bahwa tak ada yang salah dalam cinta. Sebab dalam Islam cinta itu sesuatu yang fitrah yang diberikan oleh Allah Subhannahu wa ta'ala kepada semua hambaNya. Ia merupakan bagian dari Gharizah Nau' rasa yang dimiliki setiap insan, rasa ingin mencintai dan dicintai, rasa ingin menjaga dan dijaga, namun hal itu hanya bisa terjaga dalam ikatan suci bernama pernikahan. Dan, rasa cinta tidak hanya terkhusus pada kawan jenis, bisa juga cinta diberikan kepada orang tua, kepada seluruh keluarga, kepada guru, maupun cinta kepada aktifitas dakwah, cinta kepada kebenaran dalam Islam. Dan cinta pula yang menuntut sebuah pengorbanan untuk membuktikan rasa cinta itu. Cinta yang paling tinggi adalah cinta kepada Allah, dengan segenap upaya untuk terikat pada syariat Islam, dan cinta pada Allah ini pula yang akan menuntun pemiliknya untuk tetap berada dalam koridor Islam.
Sebagaimana dalam firmanNya :
"Katakanlah, “Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai dari pada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah memberikan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik." (Qs. At-taubah : 24)
Wa'allahu al-laam bishawab
Semangat terus wahai pemuda, semangat untuk mengkaji Islam kaffah. Jangan biarkan diri terbius oleh hadloroh Barat yang sesat ✊
ReplyDeleteMa Syaa Allah tabarakallah
ReplyDeleteTulisan yang sangat mencerahkan pemikiran
Di tunggu tulisan berikutnya
Post a Comment