Penulis : Maya Dhita
Pegiat Literasi
Asi adalah asupan terbaik untuk bayi. Berdasarkan rekomendasi WHO, pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif adalah selama 6 bulan pertama kelahiran. Lalu meneruskan hingga dua tahun disertai makanan pendamping ASI. Pemberian ASI eksklusif ini tentu sangat memengaruhi keoptimalan tumbuh kembang bayi. Namun faktanya, capaian ASI eksklusif di Indonesia masih rendah.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Kediri, angka capaian ASI eksklusif tahun lalu sebesar 62,8 persen. Untuk itu pemerintah daerah, dalam upaya meningkatkan angka capaian ASI Eksklusif di Kota Kediri, mengadakan lomba menyusui.
Lomba ini diikuti oleh ibu-ibu menyusui yang memiliki bayi usia 0-6 bulan. Pesertanya berasal dari dua orang perwakilan dari tiap kelurahan.
Harapan dari digelarnya acara ini adalah meningkatnya angka capaian ASI eksklusif, karena pada acara ini selain perlombaan juga diberikan edukasi tentang pentingnya posisi dan peletakan dalam menunjang keberhasilan menyusui. (kedirikota[dot]go[dot]id, 8/5/2023)
Sebelum melangkah pada efektivitas program di atas, terlebih dahulu kita telisik apa sebenarnya penyebab rendahnya angka capaian ASI Eksklusif di Indonesia. Penyebab utamanya adalah ibu menyusui adalah ibu pekerja yang tidak mendapat fasilitas untuk menyusui. Misalnya, cuti menyusui atau ruang khusus menyusui di tempatnya bekerja. Selain penyebab lain seperti, jumlah produksi ASI sangat sedikit sehingga menggunakan susu formula. Kemudian faktor lainnya adalah tidak ingin menyusui karena takut mempengaruhi bentuk tubuh. Adalagi karena ibu menyusui adalah seorang perokok, sedang dalam pengobatan atau mengonsumsi obat-obatan. Penyebab lainnya adalah faktor psikologis yang menyebabkannya ibu ini menolak menyusui bayinya.
Dari faktor-faktor penyebab rendahnya capaian ASI eksklusif di atas, dapat disimpulkan bahwa lomba menyusui bukan langkah efektif untuk mengatasi permasalah rendahnya capaian ASI di negeri ini.
Dari sini diperlukan peran pemerintah dalam mengondikasikan ibu menyusui agar memperoleh edukasi, pendampingan serta fasilitas terbaik demi mendukung pemberian ASI eksklusif kepada bayinya.
Membahasa faktor utama penyebab rendahnya capaian ASI eksklusif yaitu adanya ibu menyusui yang harus bekerja sehingga tidak dapat memberikan ASI eksklusif. Pemerintah seharusnya memberikan kebijakan mengenai cuti menyusui bagi ibu yang baru melahirkan selama 6 bulan. Kebijakan ini diterapkan bagi semua instansi, baik negeri maupun swasta. Negara juga harus memberikan jaminan kesehatan dan kesejahteraan yang layak bagi ibu menyusui. Selain itu, setiap tempat kerja dan fasilitas umum harus memiliki ruang khusus untuk menyusui.
Di dalam Islam, terdapat anjuran untuk menyusui bayi selama dua tahun. Dalilnya adalah firman Allah berikut ini.
"Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan...."
(QS. Al-Baqarah ayat 233)
Anjuran ini tentu memiliki potensi yang besar. Dunia kedokteran membuktikan bayi yang diberi ASI hingga 2 tahun terbukti lebih sehat.
Sedangkan faktor ibu bekerja sendiri adalah mubah dalam Islam, maka tidak akan pernah menjadi keharusan baginya untuk bekerja dengan alasan ekonomi. Kewajiban bekerja adalah bagi lelaki yang memiliki keluarga atau tanggungan hidup lain.
Dalam Islam, negara akan memberikan jaminan kesejahteraan, memenuhi kebutuhan pokok warganya sehingga tidak ada wanita hamil ataupun menyusui yang harus ikut bekerja membantu perekonomian keluarga. Malah sebaliknya, negara akan menjamin ketersediaan makanan bergizi untuk ibu hamil dan menyusui. Memberikan edukasi terkait pemberian ASI, serta dukungan lainnya sehingga ibu menyusui ini dapat sehat secara fisik maupun psikologisnya. Sehingga ibu menyusui mampu memberikan ASI eksklusif dengan bahagia sehingga membentuk antibodi dan psikologis yang kuat pada bayinya. Dari sini tidak mustahil jika capaian ASI eksklusif akan mampu menembus angka 90 persen. Begitulah bentuk perhatian Islam dalam memuliakan wanita. Wallahualam bissawab.
Post a Comment