Oleh : Yulia Ummu Haritsah
Pegiat Literasi Dakwah
Ketika umat muslim tengah merayakan hari raya Iduladha, seorang pemuda 37 tahun imigran Irak yang tinggal di Swedia melakukan pembakaran Al-Qur'an di depan masjid di Stockholm dibawah pengawasan Polisi setempat.
Aksi pembakaran Al-Qur'an ini bukan kali pertama, sebelumnya pernah terjadi, seperti politikus yang bernama Rasmus Paludan, pernah melakukan pembakaran Al-Qur'an, juga kelompok Lars Thorsten melakukan hal yang sama di Norwegia, di bawah pengawasan Polisi setempat pula, dengan dalih kebebasan berekspresi.
Kejadian ini kembali terulang, disaat umat Islam merayakan hari raya. Dimana makna toleransi beragama? Dimana makna HAM yang digadang-gadangkan? HAM dan toleransi hanya untuk mereka yang membenci Islam, tetapi untuk Islam sendiri tak berlaku, sungguh dualisme yang bersebrangan.
Kejadian seperti ini terus berulang, karena adanya paham kebebasan, yang dijamin oleh Undang-Undang, yang di usung oleh sistem sekuler dan keturunannya, salah satunya adalah kebebasan berekspresi. Kebebasan ini yang selalu diagung-agungkan oleh sistem sekuler kapitalis sekarang ini menjadi jalan kehidupan nya, yaitu memisahkan agama dalam kehidupan. Paham liberal inilah yang memicu orang-orang untuk bebas melakukan perbuatan apapun.
Begitu rusaknya paham liberal ini yang selalu menjamin adanya kebebasan, bebas berperilaku, bebas berbicara, bebas beragama, bebas berkepemilikan, keempat kebebasan ini di jamin oleh negara yang mengusung demokrasi liberal.
Kejadian ini tentunya membuat dunia Islam marah. Namun, dengan jumlahnya yang mencapai jutaan, umat muslim tidak bisa melakukan tindakan apapun terhadap pelaku pembakaran Al-Qur'an, hanya bisa melontarkan kecaman saja.
Menurut pandangan Islam, tidak ada yang namanya kebebasan, apalagi berperilaku. Dalam Islam semuanya ada aturannya, bagaimana kehidupan bermasyarakat, bagaimana kita harus menghormati orang yang berbeda agama, dengan membiarkan kereka melakukan ibadah sesuai dengan agamanya, yang disebut toleransi.
Bagaimanapun segala perbuatan kita, amalan-amalan setiap hari kita ada aturannya, tidak ada kebebasan di dalam Islam karena manusia diciptakan Allah Subhanahu wa Ta'ala oleh karena itu manusia wajib menuruti apa-apa yang di kehendaki pembuatnya yaitu Allah SWT. Aturan-aturan kehidupan sudah tertulis di dalam Al-Qur'an, manusia hanya mengimaninya dan menuruti apa yang Allah kehendaki.
Hanya dengan Islam manusia, masyarakat, dan negara akan berjalan sesuai dengan fitrahnya, semua ada dalam koridor ketakwaan, tidak ada kebebasan di dalam Islam ketika kehidupan manusia sejalan dengan apa-apa yang Tuhan inginkan, maka kehidupan pun akan sejahtera sehingga kehidupan baldatun toyibatun warobbun ghofur pun tercipta.
Tetapi jika aturan kehidupan yang kita pakai hasil dari pemikiran manusia itu sendiri, maka kehidupan pun akan kacau, karena semua akan menganggap bahwa hanya pemikirnya saja yang benar, padahal kebenaran hanya ada disisi Allah.
Ketika pemikiran itu bertentangan dengan syariat, maka sudah di pastikan pemikiran itu pemikiran bathil, dan sesuatu yang harus dihindari, karena akan menghantarkan pada kerusakan.
Seperti halnya kejadian pembakaran Al-Qur'an, karena merasa adanya kebebasan berekspresi dan berperilaku, sehingga bebas melecehkan agama lain padahal dalam Al-Qur'an dikatakan lakum dinnukum walyadin, untuk mu agama mu, untuk ku agama ku. Tidak boleh ada pelecehan terhadap agama yang lain, kitab agama yang lain, ataupun ibadah agama lain.
Wallahu'alam bishawab
Post a Comment