Oleh : Lia Haryati, S.Pd.i (Pemerhati Remaja, dan Pendidik)
Kembali berduka di dunia pendidikan tepatnya negeri +62, guru yang seharusnya dihormati, dimuliakan sebab memberikan satu ilmu. Justru berbalik arah, guru ditonjok, guru di laporkan ke aparat, ada yang sadis sampai guru di bunuh lantaran sakit hati, dan terbaru seorang wali murid ketapel mata guru.
Pria 43 tahun warga Desa Simpang Beliti, Kecamatan Binduriang, itu langsung diperiksa intensif polisi terkait perbuatannya terhadap Zarahman (58), guru SMA Negeri Rejang Lebong, Bengkulu.
"Pelaku telah kita tetapkan sebagai tersangka," kata Kapolres Rejang Lebong AKBP Juda Trisno Tampubolon, Minggu (newsdetik.com 06/08/2023).
Faktor lainnya
Motif guru SMA di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu diketapel hingga diancam dengan senjata tajam oleh orangtua atau wali murid.
Diduga pemicu aksi penganiayaan yang dialamin korban Zaharman (58) karena orangtua siswa tidak terima sang anak dipukul oleh guru karena ketahuan merokok di lingkungan sekolah saat jam sekolah.
Merasa kesal mendapat aduan dari anaknya ia pun tersulut kekesalan pada sang guru. Bergegas pergi ke sekolah lalu menyerang mata guru dengan ketapel sampai mata sang guru luka dan mengalami kebutaan permanen.
Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Heru Purnomo, saat ini masih berjalan proses hukum orang tua siswa yang ketapel mata guru di SMAN 7 Rejang Lebong, Bengkulu, terus dikawal. "FSGI mendorong proses hukum segera dilakukan oleh pihak kepolisian, karena bagaimanapun kekerasan oknum orang tua terhadap guru adalah perbuatan pidana. Namun demikian, kekerasan terhadap anak (peserta didik) yang dilakukan guru juga merupakan tindak pidana sebagaimana ketentuan dalam UU Perlindungan Anak," katanya di Jakarta, Jumat. (antarannews.com 04/08/23)
Problem adab peserta didik
Krisis akhlak dan adab dalam Sistem Pendidikan hari ini suatu kejadian berulang-ulang. Bermacam masalah timbul seolah menjadi sinyal kuat akan PR negara dalam dunia pendidikan. Sementara itu, pengkajian karakter peserta didik sudah berkali-kali dilakukan hasilnya tetap tidak merubah.
Justru Kurikulum mengalami pergantian terus menerus, tidak lepas dari penelitian karakter siswa. Sangat disayangkan, keluhan para pendidik tidak pernah berhenti. Apalagi saat ini telah terbentuknya kebijakan terkait perlindungan anak. Sebagian pihak menyayangkan bahwa kebijakan seperti itu, berbenturan dengan semangat pendidikan dalam membentuk karakter peserta didik.
Tentu hal ini akan menimbulkan banyak masalah baru. Sebab keluarga, lingkungan, dan negara turut berpengaruh membentuk karakter anak didik. Bahkan dunia digital saat ini melekat pada generasi zaman now. Ia akan berperan membentuk anak didik dengan menawarkan konten-konten hiburan, materi dan eksistensi yang justru mengaburkan minat belajar peserta didik.
Alhasil fokus peserta didik terancam. Sebab konten-konten itu mempengaruhi pola pikir dan pola sikap anak. Apa yang mereka tonton menjadi tuntunan, bahkan mereka tak risau untuk mempraktekan dalam kehidupan reel. Jika konten yang dilihat itu positif lalu dikerjakan justru baik bahkan menambah semangat belajar peserta didik. Justru saat ini digital menawarkan konten-konten yang rusak. Sudah jelas merusak mental siswa, dan terbawa emosi sesaat. Setiap ditemukan masalah, pasti penyelesaiannya dilakukan dengan kekerasan.
Oleh karena itu, meneliti masalah adab pun wajib memilik sifat holistik, agar karakter yang ingin dicapai terwujud dan tidak kehilangan arah. Maka sistem pendidikan saat ini harus mampu membaca lalu menyelesaikannya dengan tuntas.
Masalah yang hadir tidak lepas dari tiga peran besar dalam hidup ini. Dimana peran utamanya adalah individu, lalu dibentuk pula oleh masyarakat jika pemikiran, perasaan dan aturan yang sama ingin muncul, perlu adanya keseriusan negara dalam meriayah pendidikan yang melahirkan peserta didik berkualitas.
Sistem pendidikan Islam adalah solusi alternatif. Jauh berbeda dengan sistem pendidikan sekuler yang sengaja memisahkan agama dari kehidupan. Jadi sistem ini tidak layak dijadikan pilihan oleh seorang muslim.
Dan di dalam Islam adab lebih utama dari pada ilmu. Sebagaimana Imam Malik berkata, "Pelajari adab sebelum mempelajari suatu ilmu." Yusuf bin Al Husain berkata, "Dengan mempelajari adab, engkau jadi mudah memahami ilmu."
Maka wajar saja saat ini remaja darurat adab kepada guru, sebab sistem sekuler sengaja memisahkan kehidupan dari agama. Penting lah bagi kita untuk kembali pada syariat Islam. Karena hanya sistem Islam lah yang memiliki visi misi yang jelas dalam membentuk peserta didik agar memiliki ilmu dan memiliki akhlak yang mulia.
Wallahu 'alaam bishawab
Post a Comment