Oleh : Tuti Rostika
Recep Tayyip Erdogan memenangkan pemilihan presiden (pilpres) Turki putaran kedua. Hasil tersebut membuat Erdogan kembali menjadi Presiden Turki. Hasil pilpres putaran utama menunjukkan 49,5 persen suara diraup Erdogan dan 44,9 persen suara diraup Kilicdaroglu. Capres nasionalis Sinan Ogan berada di urutan ke 3 dengan 5,3 persen suara dukungan dan tereliminasi untuk mengikuti putaran kedua (Detik.com 30/05/2023)
Kemenangan yang semu
Dalam pidato kemenangan di Ankara, Erdogan berjanji untuk meninggalkan semua perselisihan dan bersatu di bawah nilai-nilai dan impian nasional. Berdasarkan pemberitaan berbagai media, kemenangan Erdogan, tidak hanya disambut rakyat Turki, tetapi banyak umat Islam dunia yang turut bergembira, sebagaimana di Gaza, termasuk juga umat Islam di Indonesia. Sosok Erdogan dinilai memperjuangkan kepentingan umat Islam dan menghilangkan sekularisme sedikit demi sedikit di Turki.
Mampukah Erdogan benar-benar mewujudkan persatuan dan memperjuangkan kepentingan umat Islam? Dari apa yang disampaikan Erdogan, jelas bahwa ia hanya mengupayakan persatuan nasional Turki, bukan persatuan umat Islam keseluruhan. Sementara itu, persatuan yang seharusnya kita dukung adalah persatuan umat Islam karena hakikatnya, umat Islam adalah satu tubuh.(MNews, Rabu (31-5-2023)).
Al-Qur’an memerintahkan umat Islam bersatu sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an surah Ali Imran 105.
وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِن بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ ۚ وَأُولَٰئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ.
“Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang bercerai berai dan berselisih setelah sampai kepada mereka keterangan yang jelas. Dan Mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang berat.”
Persatuan Turki adalah persatuan berdasarkan ashobiyah. Persatuan seperti ini tidak akan mampu bertahan lama sebagaimana persatuan-persatuan lain yang didasarkan pada kepentingan dan manfaat. Ketika kepentingan hilang, maka persatuan juga memudar.
Oleh karena itu, semestinya umat Islam kembali pada persatuan hakiki, yaitu persatuan yang didasarkan pada ikatan akidah Islam. Persatuan hakiki yang mengantarkan pada khairu ummah seperti ini, tidak mungkin dapat diwujudkan oleh Erdogan yang sudah menegaskan hanya memperjuangkan persatuan nasional Turki.
Pemimpin yang kita cari dan kita harapkan pemimpin yang mampu menyelesaikan masalah utama bangsa, mempersatukan seluruh umat Islam di dunia dan menerapkan Islam kafah untuk mengantarkan manusia pada rahmatan lil’alamin.
Kemenangan dengan mengganti sistem yang bathil menuju sistem yang shohih
Semua permasalahan ini berawal dari penerapan sistem sekuler kapitalis, aturan yang bukan berasal dari Allah Zat yang Maha Mengetahui urusan makhluk-Nya, serta aturan yang berasal dari manusia yang serba terbatas dan lemah, serta berkepentingan dengan aturan yang dibuatnya.
Umat Islam harus menyadari bahwa kehancuran akan makin cepat terjadi jika tidak ada langkah perubahan dari sistem kapitalisme sekularisme (yang rusak dan merusak) menuju sistem yang menyejahterakan.
Perubahan adalah suatu keniscayaan untuk melakukan perbaikan. Allah Swt. berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai mereka mengubah diri mereka sendiri.” (TQS Ar-Ra’du: 11).
“Bangkitnya manusia bergantung pada pemikirannya tentang kehidupan, alam semesta, dan dunia, dan hubungan ketiganya dengan apa-apa yang sebelum kehidupan dunia dan apa-apa yang setelahnya. Oleh karenanya, keberadaan (kebangkitan) itu haruslah dengan mengubah pemikiran manusia secara mendasar dan menyeluruh dan mewujudkan pemikiran lain baginya hingga mereka bangkit.” (Nizham al-Islam bab “Thariq al-Iman (Metode Menuju Iman)).
Umat pun harus menyadari bahwa perubahan tersebut tidak bisa tiba-tiba secepat membalikkan tangan. Perbaikan membutuhkan proses yang tidak gampang. Proses tersebut membutuhkan keyakinan, kesungguhan, kesabaran, dan keistikamahan para pelaku perubahan.
Perubahan Hakiki
Hal yang penting dipahami bahwa perubahan tidak cukup dengan keinginan, harapan, dan gaung tuntutan, melainkan harus diawali dengan kesadaran tentang perkara yang meniscayakan perubahan tersebut.
Pertama, umat harus sadar bahwa penyebab utama penderitaan, kezaliman, serta berbagai krisis yang terus mengimpit adalah karena sistem kehidupan yang salah. Sekularisme kapitalismelah yang melahirkan semua kerusakan tersebut. Kesadaran yang benar tentang akar masalah ini akan mendorong umat menuntut perubahan sistem, bukan sekadar meminta bergantinya orang yang berkuasa.
Kerusakan sekularisme kapitalisme merupakan perkara mendasar karena sistem kehidupan ini dibuat oleh akal manusia, bukan berasal dari Sang Pencipta manusia. Aturan buatan manusia tidak akan bisa memahami segala hal sehingga kebenaran dan kebaikan yang ditetapkannya bersifat relatif dan bisa berubah-ubah tergantung waktu dan tempat, juga sesuai kepentingan para pembuatnya.
Kedua, umat harus memahami sistem seperti apa yang akan menyelamatkan mereka dari penderitaan di dunia dan mengantarkan pada keselamatan di akhirat kelak. Jangan sampai umat salah menentukan pilihan solusi yang akhirnya bukan membebaskan mereka dari kezaliman, tetapi malah menjerumuskan mereka pada penderitaan lain, pelakunya saja yang berganti. Seperti kata pepatah, “Lepas dari mulut harimau, masuk ke mulut buaya.”
Kesadaran ini harus disertai keyakinan bahwa sistem ini adalah janji Allah Swt. yang pasti terjadi (lihat QS An-Nur: 55). Terkait ayat ini, Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyatakan, “Ini adalah janji dari Allah Swt. kepada Rasulullah saw. bahwasanya Dia akan menjadikan umatnya (umat Nabi Muhammad saw.) sebagai khulafa’ al-ardh, yakni pemimpin-pemimpin manusia dan penguasa atas mereka; dan dengan mereka negeri-negeri diperbaiki dan seluruh manusia tunduk kepada mereka.”
Tegaknya kembali sistem Islam juga merupakan kabar gembira dari Rasulullah saw. sebagaimana dalam sabda beliau, ” … Lalu akan ada kekuasaan diktator yang menyengsarakan. Ia juga ada dan atas izin Alah akan tetap ada. Selanjutnya akan ada kembali Khilafah yang mengikuti minhaj kenabian. ….” (HR Ahmad, Abu Dawud, Ath-Thayalisi, dan Al-Bazzar).
Ketiga, umat harus memahami metode perjuangan untuk menegakkan Khilafah. Perjuangan tidak boleh ditempuh dengan metode yang salah, tetapi wajib mencontoh jalan perjuangan yang sudah dilewati baginda Rasulullah saw., yakni dakwah pemikiran.
Keempat, umat harus memahami bahwa menegakkan sistem islam adalah kewajiban semua muslim sebagaimana firman Allah Swt. dalam QS Ali Imran: 104. Siapa pun yang melalaikan kewajiban ini akan terkena dosanya. Cara untuk melepaskan diri dari dosanya adalah berupaya terlibat aktif dalam perjuangannya, bukan mencukupkan diri sebagai penonton saja.
Upaya yang disiapkan dalam menegakan Islam kaffah
Pertama, umat menerima Islam dan menjadikannya sebagai ideologi, bukan sekadar agama ruhiah. Islam menjadi tuntunan berpikir dan berbuat. Mereka memahami bahwa jika kehidupan yang diatur dengan selain hukum Allah akan mendapat murka-Nya dan kesengsaraan hidup di dunia.
Kedua, umat sepakat akan mengambil bentuk pemerintahan Islam dan siap mengangkat seorang khalifah yang mengatur urusan rakyat berdasar pada Al-Qur’an dan Sunah.
Ketiga, umat mengetahui upaya musuh untuk menyesatkan pemikiran Islam untuk mencegah terwujudnya Islam politik.
Keempat, umat sadar bahwa adanya antek musuh dan menerapkan sistem kufur.
Kelima, umat menerima kepemimpinan partai Islam ideologis. Umat merasakan ketulusan aktivis partai yang berjuang untuk membebaskan umat dan kesiapannya memimpin perubahan.
Dengan demikian, umat wajib mengerahkan seluruh kemampuan untuk memimpin umat menuju tegaknya islam kaffah dengan tidak kenal lelah mengemban dakwah.
Waallahualam bishawab
Post a Comment