Oleh: Vina Meilany
Aktivis Muslimah dan Pendidik Generasi
Krisis air bersih yang terjadi dibeberapa daerah di Indonesia, menjadikan warga kesulitan mendapatkan air bersih.
Liputan6.com, Jakarta (Sabtu, 12/8/2023) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut, musim kemarau dan kekeringan di Indonesia tidak akan separah kondisi di Korea Selatan.
Menurut BMKG diprediksi bahwa puncak musim kemarau di Indonesia, akan terjadi pada Agustus 2023 (minggu akhir) yang dipicu fenomena El Nino.
"Dasarnya kan dari penghitungan suhu muka air laut lalu dihitung dalam indeks atau anomali. Di Indonesia ini relatif paling lemah, kalau di negara lain levelnya bisa lebih tinggi," kata Dwikorita dilansir dari Antara.
Kekeringan yang melanda menjadikan warga kesulitan mendapatkan air bersih. Meski sudah ada upaya bantuan air bersih, tetapi upaya tersebut belum maksimal, apalagi sudah banyak lahan yang mengalami kekeringan parah.
BMKG menyatakan musim kemarau yang terjadi tahun ini, lebih kering dibandingkan tiga tahun sebelumnya. Di tahun 2023, musim kemarau menjadi lebih kering dan curah hujan menjadi sangat rendah. Musim kemarau terjadi karena fenomena El Nino.
Masalah kekeringan air bukalah masalah baru, kepemimpinan saat ini hanya mampu memberikan solusi jangka pendek tanpa menyentuh akar masalah.
Warga semakin sulit mendapatkan air bersih ketika memasuki musim kemarau. Warga hanya mengandalkan bantuan air bersih dari badan penanggulangan bencana daerah. Selain mengandalkan air bersih bantuan dari BPBD, warga harus mengambil kantongnya lebih dalam untuk meraih air bersih.
Dalam sistem kapitalisme, penguasa mengurusi urusan rakyat dengan setengah hati akan tetapi kepada para pemilik modal, mereka sangat sepenuh hati. Ditengah bencana kekeringan, air kemasan yang dijual dijalan-jalan masih banyak, tentulah air kemasan adalah produk dari kapitalisasi sumber-sumber air oleh industri air kemasan.
Banyak yang menjadi teknologi untuk mengolah air laut menjadi air bersih, nyatanya ketersediaan air bersih masih menjadi masalah. Bencana kekeringan air semakin membuat rakyat makin menderita.
Berbeda dengan mekanisme pengelolaan air dan pencegahan bencana kekeringan yang dilakukan oleh negara yang menerapkan sistem Islam.
Rasulullah saw. bersabda: "Imam/Khalifah itu laksana pengembala dan hanya dialah yang bertanggung jawab terhadap gembalaannya." (HR Bukhari dan Muslim).
Hadis tersebut menunjukkan sangat jelas bahwa negara adalah periayah (pengurus) kebutuhan rakyat. Sistem Islam memastikan rakyatnya tercukupi dari semua kebutuhan termasuk penyediaan air bersih.
Sumber air yang jumlahnya melimpah ruah seperti sumber-sumber mata air, sungai, laut, selat, teluk, danau merupakan kepemilikan umum. Kersediaan air seperti termasuk tipe yang secara alaminya mencegah individu untuk menguasainya.
Sehingga jelas sumber air dalam sistem Islam tidak bisa dikomersialisasi oleh pihak swasta, seperti di negara kapitalisme saat ini. Sumber air akan benar-benar dimanfaatkan oleh rakyat secara langsung dengan pengawasan negara, agar ketika dimanfaatkan tidak akan menimbulkan kemudaratan atau bahaya.
Sistem Islam tidak akan mengabaikan kekeringan yang bagian dari fenomena alam. Untuk menghadapi kondisi ini, sistem Islam akan mengarahkan semua ahli terhebat seperti ahli hidrologi, geologi, BMKG dan ahli terkait lainnya untuk menyusun strategi jangka pendek dan jangka panjang.
Kebijakan sistem Islam akan membuat masyarakat terhindar dari bahaya kekurangan air. Sistem Islam akan bertindak tegas kepada yang melakukan kerusakan lingkungan, kapitalisasi sumber air oleh perusahaan air minum kemasan dan sejenisnya.
Dengan demikian potensi air bersih di Indonesia mampu memenuhi kebutuhan air bersih di masyarakat asalkan dikelola sesuai syariat Islam yakni dalam kepemimpinan sistem Islam.
Wallahualam bissawab.
Post a Comment