Oleh : Eti Setyawati
Pemerhati Umat
Jepang adalah salah satu negara maju yang berada di kawasan Asia Timur. Selain memiliki destinasi wisata yang indah, Jepang dikenal dengan kemajuan teknologinya. Memiliki julukan negeri matahari terbit, kini Jepang tengah dilanda krisis populasi. Fenomena tersebut disebabkan banyaknya warga yang enggan menikah dan memiliki anak.
Masyarakat Jepang terbiasa hidup dengan mobilitas tinggi, menggunakan berbagai teknologi canggih dan memiliki standar yang tinggi dalam hidup karenanya kenyamanan pribadi lebih diprioritaskan ketimbang harus berkorban untuk membesarkan anak.
Seorang ibu mengungkapkan penyesalannya yang diunggah melalui cuitan di twitter lantaran memilih memiliki bayi. Iya merasa lelah dengan hidupnya yang harus terus-menerus menekan diri sejak putrinya lahir, ungkapnya. Saat punya bayi ia mengeluhkan tak bisa bangun jam tujuh pagi dan berlama-lama di taman, tak bisa berkreasi membuat makanan, menyedot debu, tidur jam sembilan malam dan semacamnya. (detikhealth, 6/08/2023).
Curhatan tersebut cerminan rasa frustasi sebagai ibu sekaligus merepresentasikan besarnya prioritas warga muda Jepang terhadap keinginan pribadi dibandingkan tanggung jawab untuk menjadi orang tua.
Sebuah riset yang dilakukan oleh Rohto Pharmaceutical menemukan bahwa penduduk Jepang berusia di bawah 30 tahun hampir setengahnya (49.4%) tak ingin memiliki anak. Dari 400 responden sebanyak 53 persen pria dan 45.6 persen wanita tak tertarik untuk menjadi orang tua.
Sungguh fakta yang sangat mencengangkan dan berbanding terbalik dengan perilaku penduduk negara berkembang seperti Indonesia. Di dominasi penduduk beragama Islam, keinginan menikah dan melanjutkan keturunan sangat tinggi. Rasa tanggung jawab membesarkan anak-anaknya pun tumbuh menjadi kewajiban bagi setiap orang tua.
Hadirnya seorang anak dari suatu pernikahan akan memberi warna tersendiri dalam hidup berumahtangga. Apalagi ketika menjalankan ketaatan terhadap perintah Allah Swt bahwasanya menikah dan memiliki keturunan disyariatkan dalam agama. Maka tiap-tiap umat berusaha untuk mendapatkan keberkahan dari ketakwaannya.
Menilik agama yang dianut masyarakat di Jepang kebanyakan Shinto dan Budha selebihnya tidak beragama. Jepang menjamin kebebasan beragama bagi penduduk nya. Hal itu tertuang pada artikel ke-26 Konstitusi Jepang. (p2k.stekom.ac.id).
Pada 2015 Gallup melakukan survei yang hasilnya 24 % orang Jepang menganggap agama sebagai sesuatu yang penting, 75% sisanya menganggap agama tak penting dan 1 % abstain.
Dari gambaran di atas para pemuja kebebasan memang telah mengesampingkan peran agama dalam hidupnya . Maka jamak jika materi dan kesenangan hidup menjadi tujuan utamanya. Menjadi bumerang bagi Pemerintah yang telah memberi kebebasan seluas-luasnyanya bagi warganya hingga sulit mengarahkan penduduknya untuk menikah dan memiliki anak demi keberlangsungan generasi.
Akan berbeda keadaannya jika suatu negara memberi kebebasan tetapi tetap pada koridor syariatNya. Seperti Islam pernah mencontohkan pada masa Kekhalifahan.oleh Islam. Kesempurnaan penerapan Islam tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Dan Islam datang menjadi Rahmat bagi seluruh alam. Tak lain karena semua aturan bersumber dari Al-Qur`an dan hadis Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Sejak bangun tidur hingga tidur kembali ada tuntunannya dalam Islam. Tak hanya masalah pribadi, persoalan negara juga diatur oleh Islam. Salah satunya adalah anjuran untuk mendapatkan keturunan melalui jenjang pernikahan yang sah menurut syariat. Dalilnya diantaranya sebagai berikut.
فَالْآنَ بَاشِرُوهُنَّ وَابْتَغُوا مَا كَتَبَ اللهُ لَكُمْ
“Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 187)
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami, pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Furqan: 74)
Petikan ayat di atas cukup untuk dijadikan dalil yang tegas dan terang bahwa Islam memerintahkan mempunyai anak dengan jalan nikah dan bercampur suami-istri. Sekaligus merupakan larangan dan celaan terhadap mereka yang tidak mau mempunyai anak padahal ada jalan untuk memperolehnya.
Demikian juga keutamaan dan pahala yang akan diraih atas pengorbanannya membimbing dan membesarkan anak-anaknya. Oleh karena itu, sebagai seorang yang berakal tentunya akan termotivasi untuk mendapatkan kemuliaan ini dengan cara memperbanyak anak keturunannya.
Waallahua'lam bishshawab.
Post a Comment