Pilarmabda.com |
Oleh : Bunda Hanif
Kementerian Kesehatan Palestina pada Ahad, 15-10-2023 pagi waktu setempat melaporkan bahwa serangan Israel di Jalur Gaza telah menewaskan sedikitnya 2.329 orang, sedangkan korban terluka di Gaza disebut telah mencapai 9.714 orang. Sejumlah media internasional pada pekan ini masih melaporkan korban tewas di Israel mencapai 1.300 orang. Untuk korban terluka di Israel terbaru dilaporkan telah mencapai 3.227 orang usai Hamas melancarkan serangan baik dari udara, darat dan laut pada 7-10-2023. Alhasil, jumlah korban tewas dalam perang Hamas-Israel terbaru mencapai 3.629 orang dan korban terluka total 12.941 orang (Kontan, 16-10-2023).
Jumlah korban yang semakin bertambah, khususnya dari warga sipil, membuat sejumlah negara mendorong Israel untuk menghentikan agresi militernya ke jalur Gaza. Israel terus melancarkan aksinya secara membabi buta. Mereka menghancurkan rumah penduduk, masjid, hingga rumah sakit. Mereka juga memblokade total aliran listrik, makanan, dan kebutuhan obat-obatan.
Tentu saja perilaku biadab Israel ini mengundang simpati kaum muslim di seluruh dunia untuk mendukung perlawanan yang dilakukan rakyat Palestina yang telah berjuang selama 75 tahun. Namun amat disayangkan, dukungan kaum muslim terkadang tidak sama dengan kebijakan penguasanya. Sejumlah penguasa muslim lebih memilih bungkam bahkan ada yang menjalin hubungan diplomatik dengan Israel, seperti Uni Emirat Arab, Mesir, Arab, Saudi, Sudan, Bahrain dan lainnya. Sungguh sangat miris melihat kenyataan tersebut. Mereka yang seharusnya membela saudaranya sesama muslim, justru menjalin hubungan baik dengan negara musuh. Kalaulah penguasa muslim mendukung, hanya sebatas bantuan kemanusiaan yang hanya meredakan sejenak derita rakyat Palestina, tertapi tidak menghilangkan penjajahan Israel.
Sebagai seorang muslim, hendaknya kita memahami bahwa akar masalah Palestina-Israel lantaran penjajahan dan pendudukan Israel atas kaum muslim di Palestina. Yang dilakukan oleh Hamas adalah sebagai bentuk perlawanan terhadap Israel.
Selama 75 tahun rakyat Palestina berjuang mengusir Israel yang telah merampas tanahnya. Hal ini wajar saja, siapapun tidak akan rela hak-haknya dirampas. Mirisnya, masih saja ada muslim yang justru menjadi pendukung Israel. Sungguh mereka telah dilenakan oleh dunia, sehingga mata hati dan pikirannya mati. Lebih miris lagi melihat para penguasa negeri muslim yang hanya diam, menyaksikan kebengisan Israel terhadap Palestina. Yang mereka lakukan hanya sebatas mengecam, mengutuk dan menyerukan penghentian perang tanpa aksi nyata.
Sampai kapanpun, Israel tidak bisa dihentikan hanya dengan kecaman. Buktinya, sudah lebih dari 30 diplomasi dikeluarkan PBB, tetap saja Israel tidak patuh terhadap hukum internasional, Satu-satunya cara untuk menghentikan Israel adalah dengan memeranginya.
Seharusnya penguasa negeri-negeri muslim mengirimkan pasukan militer ke Palestina untuk menghentikan serangan militer Israel. Sayangnya, sekat-sekat nasionalisme membuat penguasa-penguasa negeri muslim terhalang menolong saudara muslimnya di Palestina. Mereka tidak siap dengan resiko yang bakal ditanggungnya. Sehingga mereka lebih memilih mengirimkan bantuan atau dana kemanusiaan ketimbang harus mengirimkan pasukan militer untuk menyerang Israel.
Umat Islam seharusnya disatukan oleh ikatan akidah. Ikatan akidah dan ukhuwah islamiah seharusnya mampu mendorong para penguasa muslim mengirim tentara militer untuk menolong saudaranya di Palestina. Sekat negara bangsa atau nation state telah mengikis ikatan akidah Islam antar kaum muslim. Padahal umat Islam bagaikan satu tubuh, yang jika sebagian tubuhnya sakit, bagian tubuh lainnya juga merasakan sakit.
Seperti sabda Rasulullas saw : “Orang mukmin terhadap mukmin lainnya tak ubahnya suatu bangunan yang bagian-bagiannya (satu sama lainnya) saling menguatkan,” (HR Muslim)
Penguasa-penguasa muslim seharusnya merasa takut jika di akhirat kelak mereka dimintai pertanggungjawaban, sudahkah menolong saudaranya sesama muslim? Penguasa-penguasa muslim seharusnya mampu mengerahkan segala daya dan upaya untuk menolong muslim Palestina. Jika AS dan negara-negara Barat tanpa ragu membela Israel, mengapa penguasa-penguasa negeri muslim seakan malu-malu untuk meneguhkan pembelaan terhadap Palestina?
Konflik Palestina Israel hanya dapat diselesaikan dengan hadirnya Khilafah. Khilafahlah yang mampu melindungi kaum muslim dari penjajahan , penganiayaan, penyiksaan dan kezaliman yang dibuat musuh-musuh Islam. Umat Islam di seluruh dunia seharusnya bersatu dalam satu kekuatan, satu ikatan dan satu kepemimpinan, bukan tersekat-sekat oleh nation state. Musuh-musuh Islam telah mencerai beraikan umat Islam dengan nation state agar umat Islam tidak memiliki kekuatan. Konflik Palestina Israel bukanlah persoalan dua bangsa tetapi persoalan umat muslim sedunia.
Umat Islam yang jumlahnya banyak, tidak ubahnya seperti buih di lautan. Walaupun jumlahnya banyak, namun tidak memiliki kekuatan, terombang ambing dan cenderung mengikuti arus negara Barat. Semua ini disebabkan tidak adanya satu kepemimpinan seperti yang pernah ada sebelumnya yakni Khilafah Islamiyah. Musuh-musuh Islam sengaja memecah belah umat muslim agar mereka tidak memiliki kekuatan. Yang mereka takutkan adalah kebangkitan umat. Jika musuh Islam sudah demikian kerasnya berjuang untuk melemahkan umat Islam, lalu mengapa kita sebagai muslim malah terlena dan malah mengikuti mereka? Persoalan Israel Palestina bukanlah persolan dua bangsa. Ini adalah persoalan umat. Dan tentunya hanya bisa diselesaikan jika umat bersatu. Jika khilafah tegak, persoalan Israel Palestina tidak akan berlangsung selama 75 tahun, dalam waktu beberapa hari pasti dapat diselesaikan tanpa harus menimbulkan banyak korban.
Sebagai muslim tidakkah kita ingin berjuang? Kita harus menyadarkan umat dengan dakwah, bahwa kita bisa menjadi umat terbaik dengan menjalankan syariat Islam secara kaffah dalam kehidupan sehari-hari. Tidak seperti kondisi saat ini di mana umat Islam menjadi terpuruk karena meninggalkan syariatnya (sekulerisme). Kita juga harus berani menyuarakan fakta dan kebenaran. Persoalan yang terjadi di Palestina lantaran ketiadaan khilafah. Gencarkan dakwah di dunia nyata maupun maya. Dan menyeru penguasa muslim untuk menunjukkan loyalitasnya kepada Islam dan umat muslim, bukan justru berharap solusi semu PBB. Tidakkah kita ingin menjadi penolong agama Allah dengan mengerahkan segenap potensi yang kita miliki? Siapkah kita jika kelak Allah meminta pertanggungjawaban kita, untuk menolong saudaranya sesama muslim? Semoga kita ada di barisan penolong agama Allah bukan di barisan para penentangNya.
Wallahu a’lam bisshowab
Post a Comment