Oleh : Meida (Aktivis Dakwah)
Dikutip dari Muslimah News, Palestina masih membara, korban berjatuhan bertambah dari pihak Palestina dan Israel. Kementerian Kesehatan Palestina pada Ahad pagi (15-10-2023) waktu setempat melaporkan bahwa serangan Israel di Jalur Gaza telah menewaskan sedikitnya 2.329 orang. Sedangkan korban terluka di Gaza disebut telah mencapai 9.714 orang.
Sementara itu, sejumlah media internasional pada pekan ini masih melaporkan korban tewas di Israel mencapai 1.300 orang. Korban terluka di Israel terbaru mencapai 3.227 orang, usai Hamas melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya, baik dari udara, darat, maupun laut pada 7-10-2023. Dengan begitu, jumlah korban tewas dalam perang Hamas-Israel terbaru mencapai 3.629 orang dan korban terluka total 12.941 orang. (Kontan, 16-10-2023).
Sejumlah negara di dunia menggelar aksi dukungan terhadap palestina, yakni seruan free palestine, yang diadakan di negara Kanada, Irlandia, Norwegia, Chicago AS, Belgia, New York AS, Inggris, Korea Selatan, Jepang, Spanyol, Prancis, Sydney Australia. Hal yang menjadi dasar pergelaran aksi di beberapa negara tersebut, Sudahlah pasti yaitu dasar dari Kemanusiaan, yang di mana perilaku bengis dari zionis Israel ini telah melanggar hak asasi manusia, bukan lagi pelanggaran perang. Hal tersebut yang mengundang simpati masyarakat dunia. Begitupun dengan kaum muslim di seluruh dunia, bergejolak perasaannya untuk mendukung saudara kita di Palestina. Dengan menggelar aksi dukungan Palestina seperti di negeri muslim Iraq, Maroko, Malaysia, termasuk beberapa kota di indonesia seperti Padang dan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Hanya saja, dukungan kaum muslim terkadang tidak sejalan dengan kebijakan penguasanya. Seperti yang dilakukan penguasa negeri-negeri muslim saat ini yang lebih memilih bungkam dan menghindari konfrontasi dengan Amerika Serikat (AS). Yang mana AS adalah sekutu abadi Israel. Ironisnya lagi, beberapa negeri muslim bahkan menjalin hubungan diplomatik dengan Israel, seperti Uni Emirat Arab, Mesir, Arab Saudi, Sudan, Bahrain, dan lainnya.
Kalaulah penguasa muslim mendukung, dukungan mereka sebatas bantuan kemanusiaan yang hanya meredakan sejenak derita rakyat Palestina, tetapi tidak menghilangkan penjajahan yang dilakukan Israel. Lalu, kenapa penjajahan ini terus terjadi di Palestina? Bagaimana cara menghentikan penjajahan terhadap palestina ini?
Kita harus melihat akar masalah yang sesungguhnya atas apa yang terjadi di Palestina yang tidak lain adalah bentuk penjajahan dan pendudukan Israel atas tanah Palestina. Dengan memahami fakta ini, hal yang dilakukan Hamas dan rakyat Palestina adalah bentuk perlawanan atas penjajahan yang dilakukan Israel selama ini.
Kepala Biro Politik dan Hubungan Internasional Hamas Basim Naim dalam wawancara eksklusifnya di TV One mengatakan bahwa serangan 7 Oktober 2023 yang mereka lakukan adalah sebagai upaya perlawanan atas 75 tahun penjajahan Israel terhadap Palestina.
Atas aksi ini, Barat bereaksi keras dengan menyebut perlawanan tersebut sebagai perbuatan teroris. Teroris teriak teroris, begitulah Israel, Zionis dengan segudang pelanggaran hukum internasional, kebengisan yang di luar nalar.
Faktanya, kita semua tahu bahwa Israel tidak bisa dihentikan dengan bahas diplomasi atau basa-basi kecaman. Israel hanya bisa ditundukkan dengan kalimat perang. Karena pelanggaran terus terjadi, sudah banyak bangunan sekolah, masjid dan rumah sakit dibangun, tetapi pada akhirnya dibombardir juga. Ini artinya, satu-satunya cara menghentikan kekejian Israel adalah memeranginya.
Seharusnya langkah konkret yang harus dilakukan penguasa negeri-negeri muslim adalah mengirimkan pasukan militer ke Palestina untuk menghentikan serangan militer Israel agar penjajahan Israel bisa dihentikan. Sekat-sekat nasionalisme membuat penguasa-penguasa negeri muslim terhalang menolong saudara muslimnya di Palestina. Mereka lebih memilih mengirimkan bantuan atau dana kemanusiaan ketimbang harus mengerahkan pasukan militer untuk memerangi Israel.
Mirisnya, sejauh ini para penguasa muslim hanya bisa basa-basi dengan mengecam, mengutuk, dan menyerukan penghentian perang tanpa aksi nyata. Hal ini tidak bisa menghantarkan kepada pembebasan Palestina yang hakiki. Karena sekadar kecaman, atau bantuan dana kemanusiaan hanyalah solusi yang bersifat SEMENTARA. Itu artinya, kita perlu memahami dan berusaha untuk mendapatkan solusi yang hakiki bagi seluruh permasalahan kaum muslim seluruh dunia.
Perlu kita pahami mengapa umat muslim tidak bersatu, padahal jumlahnya banyak? Karena Nation-state telah mengikis ikatan akidah Islam antarkaum muslim, padahal umat Islam bagaikan satu tubuh yang jika sebagian tubuhnya sakit, bagian tubuh lainnya ikut merasakan sakit. Rasulullah ï·º bersabda, “Orang mukmin terhadap mukmin lainnya tak ubahnya suatu bangunan yang bagian-bagiannya (satu sama lainnya) saling menguatkan.” (HR Muslim).
Agar seimbang, umat dan negeri-negeri Islam harus bersatu dalam satu kekuatan, satu ikatan, dan satu kepemimpinan dalam naungan satu negara, yakni Khilafah. Bagaimana ini bisa tercapai?
Pertama, umat harus melakukan dakwah dengan menyadarkan pemikiran umat bahwa menjauhkan Islam dari kehidupan (sekularisme) tidak akan mengantarkan kita menjadi umat terbaik, malah menjadi umat terpuruk di segala lini kehidupan.
Kedua, mengerahkan segala daya dan upaya yang bisa kita lakukan untuk menyuarakan fakta dan kebenaran yang sesungguhnya, bahwa akar masalah Palestina adalah penjajahan Israel. Derita rakyat Palestina menunjukkan bahwa betapa nestapa umat Islam tanpa Khilafah.
Ketiga, menyeru kepada penguasa muslim untuk mengarahkan loyalitasnya kepada Islam dan kaum muslim, bukan berharap pada solusi semu PBB atau perjanjian internasional yang menghalangi mereka menolong saudara seiman.
Palestina adalah milik umat Islam seluruh dunia. Masalah Palestina bukan sekadar masalah kemanusiaan atau konflik internal. Lebih dari itu, masalah Palestina adalah masalah umat Islam di seluruh dunia. Ketika Masjidil Aqsha dihinakan, itu sejatinya adalah bentuk penghinaan bagi Islam. Sebab, di Tanah Palestina terhimpun banyak keutamaan dan keistimewaan, yaitu merupakan negeri yang diberkati dan Masjidil Aqsha adalah kiblat pertama umat Islam.
Haram bagi kita membiarkan Palestina tanpa pembelaan dan pertolongan. Kaum muslimin hendaknya bersatu dan bangkit berjuang untuk membebaskan Palestina dan negeri-negeri kaum Muslimin lainnya dari cengkraman sistem kapitalisme yang diterapkan di seluruh dunia saat ini. Di bawah naungan khilafah umat muslim menjadi sebaik-baik umat. Khilafah adalah sistem pemerintahan Islam yang telah terbukti dapat mewujudkan kembali peradaban gemilang.
Jadilah penolong-penolong agama Allah Swt., sebagaimana kaum Anshar yang menolong dakwah Rasulullah ï·º dengan kekuatan dan kekuasaan mereka.
Wallahualam bishawab.
Post a Comment