Definition List

Bullying di Sekolah Marak, Islam Solusi Tuntas


Oleh : Eti Setyawati, Amd
Pemerintah Umat 


Kasus perundungan (bullying) masih saja terus terjadi. Dan yang harus menjadi perhatian tatkala kasus tersebut terjadi di lingkungan sekolah. Mirisnya, kekerasan yang diterima korban perundungan dilakukan oleh teman sekolahnya sendiri.

Seperti belum lama terjadi, seorang siswa SMP di Cilacap menganiaya teman sendiri dengan memukul dan menendang korban. Kejadian ini disaksikan oleh teman-temannya tanpa ada yang berani melerai atau melaporkan pada guru. Videonya sempat viral di jagad Maya, membuat hati teriris juga geram menyaksikan kejadian tersebut.

Kasus lainnya terjadi di Gresik, Jawa Timur. Menimpa seorang siswi kelas 2 SD yang harus mengalami buta permanen pada mata kanannya diduga akibat ditusuk oleh kakak kelasnya. Peristiwanya terjadi pada 7 Agustus 2023. Saat itu korban tengah mengikuti lomba di halaman sekolah tiba-tiba ditarik kakak kelasnya dan dibawa ke sebuah gang lalu dipaksa memberikan uang jajannya. Lantaran menolak kemudian mata kanan korban ditusuk dengan tusuk bakso. (bbcnewsindonesia, 21/09/2023).

Di lingkup pendidikan diharapkan anak-anak nyaman belajar dan bermain. Nyatanya kasus perundungan dan kekerasan justru terjadi di sana. Bahkan terjadi hampir di seluruh jenjang pendidikan dari SD sampai SMA.

Dari Biro Data dan Informasi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) pada periode Januari-April 2023 didapati 

Sebanyak 251 anak berusia 6-12 tahun menjadi korban kekerasan di sekolah. (cnnindonesia, 29/05/2023).

Kasus kekerasan pada anak di lingkup pendidikan tak lepas dari fenomena "geng" di sekolah. Keinginan menonjolkan jati diri terkadang salah arah dan tak terkendali hingga terjebak untuk berbuat semaunya dan tak segan-segan melakukan tindak kekerasan. Merasa paling senior di lingkungannya turut menjadi bagian dari penyebab terjadinya penindasan terhadap adik kelas atau orang yang dianggap lemah.

Beberapa faktor penyebab seorang anak melakukan kekerasan, diantaranya:

1. Faktor Internal

Pola asuh yang diterima anak sejak kecil di lingkungan keluarga. Perilaku anak terbentuk oleh lingkungan di mana mereka tinggal. Apakah sejak kecil dididik dengan norma agama atau dibiarkan bebas tanpa aturan yang membetenginya.

2. Faktor Eksternal

Seperti lingkungan sekolah, pertemanan dan masyarakat. Meskipun seorang anak awalnya baik. Bila berteman atau berada di lingkungan yang penuh dengan toksit akan memberi dampak buruk baginya.

Berbagai upaya pencegahan maupun penanganan kekerasan sudah diupayakan pemerintah. Seperti dengan terbitnya Permendikbud No. 46 Tahun 2023 bahwa setiap sekolah wajib memiliki tim pencegahan dan penanganan kekerasan di satuan pendidikan. Tak hanya itu pemerintah daerah juga wajib membentuk satuan tugas pencegahan dan penanganan kekerasan. Sekolah juga harus memiliki sarana prasarana yang menunjang bagi terciptanya keamanan, ketertiban termasuk kesehatan. Namun pada palaksanaannya masih lemah karena hanya beberapa sekolah saja yang menerapkan.

Kasus bullying yang terus terjadi tak lepas akibat sistem pendidikan yang diterapkan di negeri ini yaitu sekuler kapitalis. Pasalnya program pembelajaran di sekolah saat ini penuh dengan nilai-nilai liberal. Jauh dari nilai Islami. Islam hanya dipahamkan pada aspek ritualnya saja sedang aspek lainnya lebih condong pada nilai liberal. Alhasil generasi yang dihasilkan lebih pada sosok yang melakukan aktivitas sesuka hatinya tanpa landasan iman. Apalagi ditunjang kemudahan mengakses media. Tayang kekerasan di media bisa menjadi contoh bagi kaum milenial ini melakukan hal yang sama dengan yang ditontonnya.

Butuh solusi yang komprehensif untuk mengatasi maraknya bullying ini. Satu-satunya sistem yang mampu mengatasi persoalan ini sampai tuntas adalah dengan Islam kafah. Di mulai dari keluarga. Islam mengajarkan untuk mendidik anak sejak dini. Menanamkan keimanan dan membekali dengan ilmu Islam. Dengan begitu akan terbentuk kepribadian Islam dalam dirinya hingga perilakunya sesuai dengan syariat Islam.

Dari sisi masyarakat, akan membentuk kelompok masyarakat yang Islami dan peduli satu sama lain. Tak memberi ruang bagi tumbuhnya kemaksiatan karena senantiasa menegakkan amar makruf nahi mungkar. Yang ada adalah masyarakat yang hidup penuh ketakwaan.

Negara pun mengambil peran dengan menerapkan pendidikan berbasis Islam. Agar terbentuk generasi dengan pola pikir dan pola sikap Islami. Namun juga handal di bidang sains dan teknologi hingga kelak bisa berkontribusi bagi negara dengan ide-ide cemerlangnya.

Demikian, dengan menerapkan Islam secara kafah di seluruh aspek kehidupan di harapkan anak-anak akan lebih terkendali dalam bertindak karena telah dibekali keimanan sejak dini. Hingga aktivitasnya sesuai ketentuan syariat Islam.


Waallahua'lam bishshawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post