Oleh : Siti Wahidah
Aktivis Muslimah
Berawal dari keyakinan orang-orang Yahudi yang meyakini puncak kejayaan mereka adalah ketika terbangunnya Haikal Sulaiman dan tempatnya adalah di Masjidil Aqsa Palestina maka mereka ingin merobohkan Masjidil Aqsa.
Dan penjajahan di mulai dari tahun 1948 hingga saat ini masih berlangsung, konflik berdarah tersebut berpotensi meletus setiap saat selama belum ada solusi politik yang komprehensif yang adil atas konflik di Palestina. Sudah lebih dari 40 hari sejak 7 Oktober lalu perang yang tidak fair antara milisi Hamas Palestina melawan Zionis Israel masih berlangsung.
Pasukan Zionis Israel ini menjatuhkan serangan dengan membabi buta hingga menewaskan warga sipil Palestina juga menghancurkan fasilitas umum seperti Sekolah, Rumah Sakit, dan tempat ibadah, penderitaan yang dialami oleh warga di Palestina ini sudah berlangsung selama 75 tahun.
Dikutip dari media online Jakarta, CNN Indonesia- Kamis, 09 Nov 2023, Agresi Israel yang makin membabi buta ke jalur Gaza memantik reaksi milisi pendukung Palestina di timur tengah untuk ikut melancarkan serangan ke utara Israel dengan drone 31/10/ 2023, sebanyak tiga kali sejak Zionis Yahudi itu kembali berperang dengan Hamas 7 Oktober lalu.
Juru bicara Houthi Yahya saree menyatakan serangan ini ditujukan untuk mendukung rakyat Palestina hingga agresi Israel di Gaza berhenti, kata saree, seperti dikutip Reuters.
Di manakah gerangan pasukan kaum muslimin?
Para pemimpin negeri-negeri itu punya kekuatan militer besar, untuk apa selama ini mereka berlatih, senjata mereka hanya dibiarkan teronggok di gudang-gudang sampai berkarat.
Mengapa mereka mendiamkan saudara mereka yang sedang berjuang mati-matian mempertahankan tanah mereka tanah kaum muslimin. Disisi lain kaum Zionis Yahudi Israel di dukung oleh sekutunya yaitu Amerika Serikat yang memberikan bantuan militernya.
Sejak runtuhnya Daulah Islam terakhir yang secara resmi di bubarkan 3 Maret 1924, negeri-negeri muslim otomatis terpecah belah dan terbagi-bagi menjadi seperti hidangan dengan pengaruh negara yang membebaskannya dalam bingkai Nasionstate atau Negara bangsa (nasionalisme).
Nasionalisme telah membatasi upaya untuk membela Palestina hanya dengan kecaman dan kutukan semata bahkan abai terhadap realita perang yang terjadi antara negara melawan milisi Hamas, padahal perang idealnya negara melawan negara, kaum muslimin sejatinya menyadari kewajiban untuk membantu mengusir kaum Yahudi penjajah dari bumi Palestina, meskipun negara bersikap berbeda.
Umat Islam ibarat satu tubuh sehingga suatu keharusan untuk membela saudaranya yang sedang teraniaya di Palestina.
Negara seharusnya berperan lebih nyata mengikuti langkah Milisi Islam menjadi pembela adalah suatu kewajiban yang harus dipenuhi sesama muslim dan negeri muslim, apalagi ketika musuh bertindak di luar batas kemanusiaan dan menghilangkan nyawa kaum muslim, negara Islam akan mewujudkan pembelaan terbaik terhadap wilayah yang dirampas oleh penjajah.
Hanya saja kaum muslim saat ini telah kehilangan perisainya. Maka jika kaum muslimin ingin menolong saudaranya di Palestina mereka tidak cukup hanya mengecam, mengutuk, mengumpulkan donasi, mengirimkan logistik, bantuan medis dan sejenisnya.
Solusi ini hanyalah solusi pragmatis yang terbukti tidak pernah menyelesaikan masalah, tidak ada solusi lain kecuali mengirimkan pasukan militernya untuk berjihad mengusir penjajah dari bumi Palestina.
Wallahualam bissawab
Post a Comment