Pegiat Literasi
Seorang bocah di Doro, Pekalongan, mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri. Pemicunya diduga karena dilarang bermain handphone.
Korban ditemukan sudah tidak bernyawa di dalam kamarnya, Rabu (22/11). Dilansir detikJateng, Kamis (23/11/2023).
Muslimah News, NASIONAL – Data Pusat Informasi Kriminal Nasional (Pusiknas) Bareskrim Polri menyebut, ada 971 kasus bunuh diri di Indonesia sepanjang Januari hingga 18 Oktober 2023.
Kecenderungan menyakiti diri dan mencoba bunuh diri di kalangan remaja juga meningkat. Data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menunjukkan, sepanjang 2023 terdapat 17 kasus anak bunuh diri. Jumlah tersebut diperkirakan masih belum menunjukkan angka sebenarnya karena kesadaran untuk melaporkan kasus bunuh diri anak belum terbentuk dengan baik.
Pemicu Banyaknya Remaja bunuh Diri dan solusinya menurut Islam
Menyoroti banyaknya kasus bunuh diri, cendekiawan muslim Ustaz Ismail Yusanto (UIY) mengatakan, setidaknya ada dua pemicu.
“Kita bisa melihat setidaknya ada dua pemicu, yaitu faktor eksternal dan faktor internal,”tuturnya di Fokus to the Point: “Orang Tua Khawatir, Bunuh Diri Marak!” Melalui kanal UIY Official, Senin (4-12-2023).
Faktor eksternal berpengaruh terhadap ketahanan mental yaitu sistem Sekulerisme yang memisahkan agama dari kehidupan yang melahirkan Kehidupan yang serba materialistis, hedonistik, pencitraan yang begitu rupa, ia terima melalui media, khususnya media sosial.
Di media sosial itu, ucapnya, orang menggambarkan kehidupan yang serba enak, liburan, makanan, rumah, dan keluarga.Ini akan memberikan pengaruh kepada seseorang tentang bagaimana citra diri yang berpengaruh terhadap harapan-harapannya di masa yang akan datang. Sementara itu, kehidupan riil dirinya tidak seperti itu sehingga terjadi gap antara realitas dengan keinginan. Gap ini tidak jadi soal jika mempunyai jalan untuk mencapai cita-cita itu.
Jika tidak punya jalan, maka gap itu akan terus menggantung dan berpengaruh kepada dirinya seolah-olah kehidupan itu tidak mungkin berubah, tidak akan mungkin bisa mencapai apa yang ia inginkan, apalagi kalau mentalitas tidak dibentuk, pada titik ini bunuh diri bisa terjadi.
Mentalitas yang dimaksud adalah ketahanan di dalam penderitaan, ketahanan di dalam menjalani kesulitan saat berusaha, ketahanan untuk menghadapi tantangan. Mentalitas itu, lanjutnya, merupakan faktor internal yang mempengaruhi seseorang dalam hidup.
Lemahnya mentalitas generasi saat ini, karena generasi sekarang adalah generasi yang tidak disiapkan untuk menghadapi kesulitan hidup dan kurang siap menghadapi tantangan.
UIY menilai, situasi sekarang telah membawa generasi kepada suatu kehidupan beyond challenging (melampaui tantangan-red.) ditambah mindset yang salah tentang hidup, membuat generasi menjadi lemah.
Diperparah sistem pendidikan yang Sekuleristik dan dalam pengajaran agama yang lebih menekankan aspek ubudiah, akhlak, dan tidak sampai kepada pembentukan kerangka berpikir yang kukuh sehingga agama tidak berpengaruh dalam mengatasi persoalan hidup. ada persoalan yang lebih dalam lagi daripada soal ubudiah, yakni fungsi atau peran agama itu dalam membangun diri seseorang sehingga memiliki mentalitas yang kukuh.
“Ayat-ayat tentang “wala taiasu min rauhillah” (jangan berputus asa terhadap rahmat Allah-terj.), “anak-anak muda bahwa mereka harus memiliki mentalitas yang kuat. Sebabnya, tidak ada cita-cita yang mudah, tidak ada hidup yang mudah, tidak ada persoalan yang tidak terselesaikan.
Meletakkan kerangka berpikir agama sampai pada kesimpulan bahwa bunuh diri itu haram dan tidak mungkin dilakukan itu sangat penting, bukan sekadar tidak boleh.
Memahami haram di situ maksudnya sesuatu yang kalau ia lakukan akan menabrak ketentuan Allah Swt. yang risikonya sangat besar di akhirat nanti. Ini juga soal pandangan akhirat, disebutkan bahwa orang yang membunuh dirinya itu akan di neraka selama-lamanya.
Menanamkan sebuah keyakinan, ucapnya, selama masih hidup ada peluang bahwa susah akan berubah menjadi senang.
Iman kepada takdir adalah penting
Menanamkan keimanan kepada takdir baik dan buruknya berasal dari Allah Swt. Apapun yang menimpa manusia adalah yang terbaik menurut Allah. Apa yang terjadi di balik itu atau setelah itu kita tidak tahu,. Namun, hari ini banyak orang berpikir pendek. Begitu gagal, seolah-olah dunia kiamat, habis masa depan.
Pentingnya mempersepsi semua peristiwa yang terjadi dalam kerangka akhirat, yaitu adanya pahala dan dosa, kebaikan dan keburukan di mata Allah Swt..
Oleh karena itu penting anak-anak dibina dengan tauhid agar bisa membaca semuanya dalam kerangka akhirat. Yang tidak kalah penting seseorang akan memahami makna ma’iyyatullah bahwa Allah bersama hamba-Nya.
Orang yang sabar akan mendapat ma’iyyatullah khashah. Kalau kita punya kualifikasi sabar, muhsin, muttaqin, itu akan mendapatkan nashrullah dan taqyidullah. Pertolongan dan dukungan Allah berupa kemudahan dalam berbagai urusan, jalan keluar atas berbagai persoalan. Ini akan membangun optimisme dalam hidup bahwa hidup itu selalu ada harapan.
Mempererat kedekatan Dengan Remaja.
Orang tua untuk terus memperkuat kedekatan dengan anak remaja mereka. Terlebih di dalam Islam, hubungan orang tua dan anak harus senantiasa terjalin dengan baik. Sehingga setiap punya masalah apa pun anak akan bercerita kepada orang tua nya dan mendapatkan solusi yang benar
Senantiasa Berhusnuzan
Hari ini dengan berbagai kemudahan mendapatkan informasi, terkadang menimbulkan kekhawatiran pada ayah dan ibu terhadap keadaan anak remaja mereka. Apalagi bila anak remaja sedang tidak bersama orang tua, mereka rentan berada dalam kondisi lingkungan dan pertemanan remaja yang jauh dari Islam.
Oleh karena itu, dalam situasi apa pun, Islam memerintahkan setiap muslim selalu berhusnuzan kepada Allah dan sesama muslim, termasuk kepada anak sendiri. Berdasarkan hadis riwayat Muslim, Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah berkata, ‘Aku sesuai prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Jika prasangka itu baik, maka kebaikan baginya. Dan apabila prasangka itu buruk, maka keburukan baginya.'”
Sudah seharusnya husnuzan ada pada setiap orang tua muslim. Ini adalah bagian dari keimanan mereka kepada Allah Taala. Dengan husnuzan akan lahir komunikasi yang baik dan nyaman di antara kedua belah pihak.
Senantiasa Berdoa Kepada Allah
Selalu mendoakan kebaikan bagi anak dan keluarga juga merupakan bagian dari keimanan. Dari Anas bin Malik ra., Rasulullah saw. bersabda, “Tiga doa yang tidak tertolak, yaitu doa orang tua, doa orang yang berpuasa, dan doa seorang musafir.” (HR Al-Baihaqi). Juga dari Abu Hurairah ra., Rasulullah saw. bersabda, “Tiga doa mustajab yang tidak diragukan lagi, yaitu doa orang yang dizalimi, doa orang yang bepergian (safar), dan doa baik orang tua kepada anaknya.” (HR. Ibnu Majah dan Abu Daud). Hadis ini menunjukkan bahwa doa orang tua kepada anaknya mustajab. Imam Al-Munawi rahimahullah menjelaskan, “Doa orang tua kepada anaknya diijabah karena rasa sayang orang tua yang tulus kepada anaknya dan orang tua banyak mendahulukan anaknya daripada dirinya sendiri.” Dengan demikian, setiap doa yang disertai rasa sayang nan tulus mengakibatkan dikabulkan doanya. Orang tua yang senantiasa menyebut nama anak-anak mereka dalam doanya, akan terjalin hubungan yang kuat di antara mereka.
Bersama dalam Pembinaan Islam Kafah
Ketika ayah, ibu, dan anak remaja ikut dalam pembinaan Islam kafah, semua akan memahami cara Islam mengatur peran setiap anggota keluarga. Islam akan menuntun cara bersikap baik sebagai orang tua, maupun sebagai anak.
Bagaimanapun orang tua harus berusaha menjadi teman bagi anak remaja mereka. Namun, posisi dan kewibawaan sebagai orang tua tetap harus dijaga. Meskipun sudah remaja, anak masih butuh ketegasan, perlindungan, dan kasih sayang dari orang tuanya. Oleh karenanya, sikap menghormati dan menghargai ibu dan bapak harus selalu diutamakan anak.
Ayah dan ibu juga harus bisa menjadi pendengar yang baik bagi anak remaja mereka. Seringkali remaja curhat di media sosial karena merasa ini adalah wadah yang nyaman untuk mengungkapkan perasaan mereka. Ayah dan ibu harus berupaya hadir menjadi teman curhat anak remaja mereka. Bisa dengan bertemu langsung atau melalui media komunikasi yang ada.
Ketika pembinaan ini berjalan kondusif, suasana persahabatan antara orang tua dan anak remaja akan terjalin sesuai tuntunan Islam. Terlebih di tengah gempuran paham kapitalisme sekuler liberal saat ini, hubungan orang tua dan anak remaja harus terjalin kuat dan erat agar mampu bertahan bersama menghadapi berbagai serangan ini.
Bersama Meraih Keridaan Allah
Upaya yang dilakukan orang tua agar senantiasa dekat dengan anak remaja mereka adalah dalam rangka meraih keridaan Allah Taala. Begitu pula sebaliknya, anak remaja dekat dan berbakti kepada ayah dan ibunya karena ingin meraih keridaan Allah Taala. Pemahaman seperti ini hanya didapatkan ketika semua pihak istikamah dalam pembinaan Islam kafah. Ini karena dalam pembinaan tersebut selalu dikuatkan keimanan dan cita-cita mulia ini. Juga ketakwaan akan senantiasa dibentuk dan ditumbuhsuburkan dalam setiap sikap dan perilaku mereka, baik sebagai hamba Allah, ayah, ibu, dan anak.
Allah Swt. mengingatkan dalam firman-Nya, “Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras yang tidak durhaka terhadap Allah dan terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS At-Tahrim: 6).
Diterapkannya sistem Islam
Sudah tidak diragukan lagi bahwa dengan sistem Khilafah Islam maka seluruh tatanan kehidupan itu akan didasarkan kepada aturan Allah dan sudah terbukti selama 1300 Tahun Lamanya bahwa Islam akan menghasilkan semua kebaikan baik bagi manusia, hewan, tumbuhan, dan alam semesta ini.
Remaja di dalam sistem pemerintahan Islam itu akan dididik menjadi remaja yang berkualitas yang siap untuk membawa perubahan yang lebih baik bagi dunia ini. jadi tidak akan ada lagi kasus bawa remaja akan memiliki mentalitas yang buruk seperti suka bunuh. maka sudah saatnya kita berjuang untuk tegaknya sistem Islam.
Post a Comment