Oleh : Imas Nurhayati (Muslimah Peduli Umat)
Pada tanggal 14 Februari 2024 pemilu telah berlalu, pesta demokrasi PILPRES dan PILEG yang merupakan pergantian kepemimpinan setiap 5 tahun sekali untuk memilih penguasa baru melanjutkan estafet dan melanggengkan hegemoni penjajah barat atas dunia Islam. Hasil dari pemilu, siapakah yang terpilih dari paslon yang ada baik pengusung perubahan, gemoy dan pengusung melanjutkan pemerintahan sebelumnya semuanya adalah lawan bagi umat Islam. Para penguasa di negeri-negeri kaum muslimin hampir semua di dunia ini tak lepas
Namun sudah menjadi rahasia umum bahwa setiap pelaksanaan pemilu pasti meninggalkan banyak fenomena. Sebab dari sekian banyak calon anggota legislatif yang akan terpilih menjadi anggota legislatif hanya beberapa orang. Hal ini tentu akan mengakibatkan banyaknya calon yang tidak terpilih dan membuat kecewa. Dan lagi-lagi kekecewaan ini diekspresikan dengan berbagai perilaku nyeleneh. Salah satunya yang dikutip dari media news.okezone.com, seorang calon anggota legislatif (caleg) DPRD Kabupaten Subang, Jawa Barat, membongkar jalan yang sebelumnya ia bangun. Hal ini dilakukan karena ia mengalami kekalahan saat Pemilu 2024. Selain membongkar jalan, caleg yang diketahui bernama Ahmad Rizal itu menyalakan petasan di menara masjid di Tegalkoneng, Desa Tambakjati, Kecamatan Patokbeusi, Subang. Aksi teror petasan ini dilakukannya siang dan malam bersama pendukungnya di sejumlah titik yang perolehan suaranya anjlok. (25/02/24)
Fenomena ini merupakan gambaran buramnya sistem saat ini, yang mana menghasilkan generasi calon pemimpin yang bermental lemah. Yang mana ketika menemui kegagalan seolah melakukan bunuh diri dan berbagai aksi nyeleneh lainnya menjadi sebuah solusi. Belum lagi fenomena ini menjadi gambaran bahwa jabatan atas kekuasaan saat ini menjadi sesuatu yang sangat diharapkan mengingat keuntungan yang akan didapatkan akan besar, hingga rela mengeluarkan modal untuk ‘membeli suara rakyat’.
Kerusakan ini bukan terjadi sekali atau dua kali, hal ini terus terjadi pada setiap pemilu yang dilakukan. Hal ini disebabkan sistem sekulerisme kapitalis yang diterapkan di tengah-tengah umat. Yang mana pemilihan pemimpin dijauhkan dari agama (sekulerisme) dan pelaksanaannya bukan bertujuan melayani rakyat namun keuntungan sebagian orang saja (kapitalisme).
Namun bukan tak mungkin hal ini dapat diselesaikan, sebab ada satu sistem yang mampu menyelesaikan seluruh problematika kehidupan termasuk urusan memilih pemimpin, yakni sistem Islam. Yang mana tak hanya menyelesaikan urusan rakyat namun akan menghasilkan pemimpin yang berorientasi kemashlahatan umat.
Hanya Islamlah yang dapat menghasilkan pemimpin yang ideal. Sebab Islam bukan hanya sekedar agama yang sempurna (kaffah), tapi islam merupakan sebuah sistem yang mampu mengatur seluruh aspek kehidupan. Mulai dari yang dipandang kecil mulai dari kita bangun tidur, hingga kita membangun sebuah negara beserta pengaturannya. Begitupun pengaturan terkait pemimpin, Islam akan menjadikan jabatan adalah bagian dari amanah, yang nantinya akan memunculkan berbagai kewajiban yang harus ia jalankan demi kepentingan umat, dan nantinya akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah. Maka tidak akan ada lagi ‘perebutan kekuasaan’ apalagi yang merogoh kocek dalam. Ketika pun tidak terpilih merupakan salah satu jalan terhindap dari amanah yang begitu besar.
Islam memang mengatur segenap perbuatan manusia dalam hubunganya dengan Khaliq-nya, hal ini tercermin dalam aqidah dan ibadah ritual dan spiritual. Seperti: tauhid, salat, zakat, puasa dan lain-lain. Begitupun, mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri. Yang diwujudkan berupa akhlak, pakaian, dan makanan. Lalu, mengatur manusia dengan lingkungan sosial. Hal ini diwujudkan dalam bentuk mu'amalah dan uqubat. (sistem ekonomi Islam, sistem pemerintahan Islam, sistem politik Islam, sistem pidana Islam, strategi pendidikan, strategi pertanian, dan lain sebagainya. Maka sudah sangat seharusnya Islam menjadi bagian dalam tujuan mengatur seluruh problematika yang dihadapi manusia.
Namun sudah menjadi rahasia umum bahwa setiap pelaksanaan pemilu pasti meninggalkan banyak fenomena. Sebab dari sekian banyak calon anggota legislatif yang akan terpilih menjadi anggota legislatif hanya beberapa orang. Hal ini tentu akan mengakibatkan banyaknya calon yang tidak terpilih dan membuat kecewa. Dan lagi-lagi kekecewaan ini diekspresikan dengan berbagai perilaku nyeleneh. Salah satunya yang dikutip dari media news.okezone.com, seorang calon anggota legislatif (caleg) DPRD Kabupaten Subang, Jawa Barat, membongkar jalan yang sebelumnya ia bangun. Hal ini dilakukan karena ia mengalami kekalahan saat Pemilu 2024. Selain membongkar jalan, caleg yang diketahui bernama Ahmad Rizal itu menyalakan petasan di menara masjid di Tegalkoneng, Desa Tambakjati, Kecamatan Patokbeusi, Subang. Aksi teror petasan ini dilakukannya siang dan malam bersama pendukungnya di sejumlah titik yang perolehan suaranya anjlok. (25/02/24)
Fenomena ini merupakan gambaran buramnya sistem saat ini, yang mana menghasilkan generasi calon pemimpin yang bermental lemah. Yang mana ketika menemui kegagalan seolah melakukan bunuh diri dan berbagai aksi nyeleneh lainnya menjadi sebuah solusi. Belum lagi fenomena ini menjadi gambaran bahwa jabatan atas kekuasaan saat ini menjadi sesuatu yang sangat diharapkan mengingat keuntungan yang akan didapatkan akan besar, hingga rela mengeluarkan modal untuk ‘membeli suara rakyat’.
Kerusakan ini bukan terjadi sekali atau dua kali, hal ini terus terjadi pada setiap pemilu yang dilakukan. Hal ini disebabkan sistem sekulerisme kapitalis yang diterapkan di tengah-tengah umat. Yang mana pemilihan pemimpin dijauhkan dari agama (sekulerisme) dan pelaksanaannya bukan bertujuan melayani rakyat namun keuntungan sebagian orang saja (kapitalisme).
Namun bukan tak mungkin hal ini dapat diselesaikan, sebab ada satu sistem yang mampu menyelesaikan seluruh problematika kehidupan termasuk urusan memilih pemimpin, yakni sistem Islam. Yang mana tak hanya menyelesaikan urusan rakyat namun akan menghasilkan pemimpin yang berorientasi kemashlahatan umat.
Hanya Islamlah yang dapat menghasilkan pemimpin yang ideal. Sebab Islam bukan hanya sekedar agama yang sempurna (kaffah), tapi islam merupakan sebuah sistem yang mampu mengatur seluruh aspek kehidupan. Mulai dari yang dipandang kecil mulai dari kita bangun tidur, hingga kita membangun sebuah negara beserta pengaturannya. Begitupun pengaturan terkait pemimpin, Islam akan menjadikan jabatan adalah bagian dari amanah, yang nantinya akan memunculkan berbagai kewajiban yang harus ia jalankan demi kepentingan umat, dan nantinya akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah. Maka tidak akan ada lagi ‘perebutan kekuasaan’ apalagi yang merogoh kocek dalam. Ketika pun tidak terpilih merupakan salah satu jalan terhindap dari amanah yang begitu besar.
Islam memang mengatur segenap perbuatan manusia dalam hubunganya dengan Khaliq-nya, hal ini tercermin dalam aqidah dan ibadah ritual dan spiritual. Seperti: tauhid, salat, zakat, puasa dan lain-lain. Begitupun, mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri. Yang diwujudkan berupa akhlak, pakaian, dan makanan. Lalu, mengatur manusia dengan lingkungan sosial. Hal ini diwujudkan dalam bentuk mu'amalah dan uqubat. (sistem ekonomi Islam, sistem pemerintahan Islam, sistem politik Islam, sistem pidana Islam, strategi pendidikan, strategi pertanian, dan lain sebagainya. Maka sudah sangat seharusnya Islam menjadi bagian dalam tujuan mengatur seluruh problematika yang dihadapi manusia.
Post a Comment